[56] Kabar

1.1K 44 0
                                    

Abi Ghazali dan Umi Humairah datang ke Jakarta menyusul Gus Ruwandana. Mereka berdua khawatir tentang keadaan cucu mereka yang dirawat dirumah sakit.

"Sayang, cepat sembuh ya, kasihan Abimu" ucap Umi Humairah sambil mengusap lembut rambut Aisyah.

Abi Ghazali menatap ke arah Putranya, pasti sangat menderita melihat buah hati jatuh sakit.
"Ruwandana, kau bisa beristirahat sekarang. Biarkan kami berdua yang akan menjaga Aisyah" kata Abi Ghazali yang tak sengaja melihat katung mata di wajah Gus Ruwandana.

Gus Ruwandana menggeleng pelan, disaat-saat seperti ini bagaimana bisa dirinya tidur dengan nyenyak.
"Aku ingin menjaga putriku"jawabnya lemah.

Umi Humairah melihat ke arah nakas, dia menemukan sebuah tas perempuan yang berada disana. Alisnya terangkat " Tas milik siapa ini, nak?" Tanya Umi Humairah sambil memegang tas perempuan berwarna maroon.

"Oh itu punya Ana, Umi"

"Ana?"

Gus Ruwandana mengangguk mengiyakan. Rasanya mendengar nama itu kembali, Umi Humairah sangat senang. Sudah sejak lama dia tak bertemu dengan mantan menantunya itu, pasti dia sekarang sudah sangat cantik sekarang.

"Dia kesini tadi?" Tanya Umi Humairah.

Gus Ruwandana mengangguk pelan.
"Kenapa wajahmu seperti itu? Bukannya kau kemari hanya ingin kembali bersama dia?" Tanya Abi Ghazali.

Gus Ruwandana melangkah mendekati Abinya, dia ikut duduk di sofa panjang di dekat tembok.
"Sepertinya itu sudah terlambat, Bi. Katanya dia akan segera menikah" ucap Gus Ruwandana lesu.

Harapannya pupus saat mendengar perkataan dari Aldari yang mengatakan bahwa dia dan Ana akan segera menikah.

"Terus bagaimana keinginanmu sekarang, nak?" Tanya Umi Humairah.

"Entahlah, aku merasa tidak tega kembali lagi ke Probolinggo"

Umi Humairah mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Bukannya satu-satunya alasan kamu kesini hanya ingin mendapatkan Ana kembali nak?"

"Ini berkaitan dengan Aisyah"

"Kenapa dengan cucuku?"

"Aisyah masuk rumah sakit begini karena terus-menerus merengek meminta Ana untuk menginap dan tidur bersama-sama"

***

Aldari dan Ana sekarang berada di kantin rumah sakit. Aldari memaksa Ana agar segera makan siang, karena tadi di restoran dia tak sempat makan dengan tenang.

"Kak, udah ya. Aku mau ke kamar Aisyah lagi, takut dia kenapa-kenapa" bujuk Ana memohon kepada Aldari.

Aldari menggeleng cepat
"Tidak. Sebelum kamu habiskan ini makanan" ucap Aldari seraya menunjuk sepiring makanan yang berada diatas meja.

"Tapi aku gak kuat makannya kalau sebanyak ini"

Iya juga ya, Aldari tak terfikirkan sebelumnya. Jika Ana menghabiskan sepiring makanan itu sama saja dia makan dua porsi.

"Yaudah, aku bantu deh" Aldari mengambil sendok disebelahnya, dia langsung memasukkan sendok yang sudah ada makanannya ke dalam mulutnya.

"Enak loh" kata Aldari, dia bersemangat memakan makanan didepannya ini.

Ana menggeleng pelan
"Kalau gitu kakak saja yang makan sudah"

Mendengar perkataan itu sontak membuat sendok ditangan Aldari dibiarkan mengambang di udara.
Matanya beralih menatap tajam ke arah Ana. Ana kikuk saat melihat tatapan tajam dari Aldari, jika sudah begini Ana tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah Aldari.

"Bagus. Calon istri yang baik" goda Aldari saat melihat Ana memakan makanan sepiring dengannya.

Dari kejauhan seseorang melihat kejadian antara Aldari dan Ana. Entah dia merasa tak rela atau senang saat melihat Ana dekat dengan Aldari.

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang