[26] Istikharah

1.1K 52 0
                                    

Gus Ruwandana mondar mandir dikamarnya. Dia bingung harus bagaimana lagi. Disatu sisi dia takut membuat Abinya kecewa. Tapi disisi lain dia sudah mulai menyukai gadis lain.

"Ya Allah. Apa yang harus aku lakukan" gumam Gus Ruwandana.

Clek

Abi Ghazali memasuki kamar Gus Ruwandana. Dia tersenyum melihat anaknya masih belum tidur.
"Apa kau sibuk nak?"

Gus Ruwandana berhenti mondar mandir.
"Tidak bi"

Abi Ghazali melangkah dan duduk di sofa dekat kasur.
"Bisa Abi bicara sebentar dengan mu?"

Gus Ruwandana mengangguk
"Baiklah. Bagaimana dengan lamaran Abi? Apakah kau sudah berhasil membujuk abangmu?"

Deg

Gus Ruwandana menundukkan kepalanya. Dia bingung harus berkata apa.
"Belum bi"

"Kenapa belum? Apakah kau yang akan menggantikan posisi abangmu? Benar begitu?"

"Tidak bi" jawab Gus Ruwandana cepat. Entahlah itu refleks atau gimana.

"Baiklah. Abangmu sudah menyelesaikan skripsinya. Minggu depan dia akan wisuda. Saat kita semua pergi ke acaranya, kau harus mengatakan hal itu"

"Baiklah bi"

Abi Ghazali meninggalkan kamar Gus Ruwandana 30 menit yang lalu. Namun Gus Ruwandana masih diam ditempatnya. Dia mengedib-ngedibkan matanya. Dia tidak tau kapan dia mulai mempunyai perasaan kepada seorang santriwati di ponpes Abinya. Mengapa setelah dirinya berhasil menyukai seseorang, ujian datang kepada dirinya.

"Lebih baik aku sholat istikharah" gumam Gus Ruwandana.

Gus Ruwandana mulai mengambil wudhu. Jika seseorang sedang dilanda dilema dia harus mengadu kepada sang pencipta. Karena hanya dengan begitu, kita bisa mendapatkan jalan keluar. Kita harus percaya bahwa tidak ada masalah yang tak bisa terselesaikan.

***

Banyak sekali kejadian konyol saat para siswi SMA Pertiwi berada di dalam pondok pesantren. Mereka banyak yang masih belum beradaptasi dengan baik sehingga menyulitkan mereka agar bisa berbaur dengan padatnya kegiatan.
Bayangkan saja, kalian yang biasanya setiap saat memegang handphone dan tidak bisa hidup tanpa dunia maya. Malah disini tidak diperbolehkan memegang handphone.

"Ya Allah aku gak kuat disini. Tidur cuman 3-4 jam-an. Sungguh hayati lelah" curhat salah satu siswi yang sedang mencuci bajunya.

Ana terkekeh kecil
"Dulu aku juga gitu kak. Tapi sekarang udah biasa"

"Aku tak terbiasa dek" ucap Vivi dramatis

Ana kembali terkekeh, tapi dia baru ingat satu hal. Perasaan kakak kelas yang sedang berada disampingnya kini adalah teman sekelas Aldari.
" Kakak ini teman sekelasnya kak Aldari kan?"

"Bener dek, kenapa?"

"Dia non muslim kan? Kenapa dia ikut pesantren kilat?"

"Hah! Mana ada dek, dia gak ikut. Tadi ada pas naik kereta gak kelihatan dia aku dek"

"Tapi aku yakin kak, seyakin-yakinnya. Kemarin dia ngajak aku ketemuan"

"Berarti diantara kalian belum ada kata putus ya?" Tanya Vivi penasaran.

"Kemarin aku bilang kalau hubungan kita udah gak ada kak"

"Bisa bahaya kalau ketemu sama pak Anton. Terus dia niat kesini pengen ketemu kamu gitu dek?"

"Kurang tau juga kak. Dengar-dengar sih pengen memperdalam ilmu agama"

"Wihhhh! Gercep amat pengen jadi mualaf. Kalian kenapa putus kalau dia udah pengen jadi mualaf?"

"Entar dia diembat loh? Gak takut emang? Dia kek member idol K-Pop loh? Gak nyesel?" Lanjut Vivi.

Ana menggeleng
"Justru aku bersyukur kak, dulu aku dimasukkan ke pondok pesantren ini karena ketahuan pacaran dengan anak non muslim. Jodoh gak akan kemana kak. Lebih baik memilih jodoh itu karena agamanya, Inshaallah kehidupannya nanti akan bahagia"

"Kok aku ngerasa lebih tua kamu ya, please dek. Bimbing kakak ya, biar bisa kek kamu"

"Inshaallah kak. Intinya niat dari hati saja"

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang