[13] Plin plan

1.2K 42 4
                                    

Hamzah mengerutkan keningnya. Dia merasa ada yang janggal dengan kehidupan putrinya.

"Kalau kamu kembali. Bagaimana dengan Gus Ruwandana? Bukankah dia masih menjadi suami dari Ana?"

Gus Hafidz melihat ke arah Ana yang menampakkan ekspresi 'jangan beritahukan segalanya'

"Dia memilihku dan Gus Ruwandana akhirnya menikah dengan__"

"APA!"

Hamzah sontak langsung menatap tajam ke arah Ana.
"Kau kenapa, nak? Dulu waktu kau bersama Gus Hafidz, kau malah ingin bersama Gus Ruwandana. Tapi, sekarang ketika kau bersama Gus Ruwandana, kau malah ingin bersama dengan Gus Hafidz"

Ana menundukkan kepalanya, ia merasa bersalah karena tidak bisa memberitahukan segalanya.

Ini masih belum waktu yang tiap untuk menjelaskan semuanya kepada kedua orangtuanya.

"Maafkan aku, pa"

Hamzah menutup matanya agar rasa emosi yang seketika datang hilang.
"Papa udah gak tau lagi harus ngomong gimana. Kalau mama kamu tahu, dia pasti bakal marahin kamu habis-habisan"

"Maaf, pa"

Gus Hafidz melihat Ana, ia merasa kasihan dengan istrinya itu. Sudahlah ini mungkin konsekuensinya jika tidak mengatakan yang sebenarnya.

"Menantuku. Kalau memang kamu masih hidup waktu itu, mengapa kamu tidak memberitahu kepada semuanya?"

Gus Hafidz menghembuskan nafas lesu "Aku dulu hanya ingin menenangkan diri. Terlalu sakit menghadapi kenyataan kalau perempuan yang sangat aku cintai malah mencintai adikku sendiri"

"Kalau kamu memang laki-laki ngapain jadi pengecut seperti itu? Ngapain sembunyi?"

Gus Hafidz terkekeh kecil
"Aku tidak sembunyi, pa. Aku selama 2 tahun koma di rumah Nenek. Dan setelah aku sadar, aku berusaha kembali lagi. Tapi, nyatanya aku gak bisa menghancurkan kebahagiaan orang yang aku cintai"

"Aku memberikan kesempatan kepada Gus Ruwandana agar bisa membahagiakan Ana. Selama ini Ana tak pernah sebahagia itu. Makanya aku gak bisa kembali waktu itu" Lanjutnya.

"Tapi kenapa sekarang kamu kembali? Pasti sudah terjadi sesuatu kan? Tolong bicara jujur sama papa" Ucap Hamzah menuntut penjelasan.

Gus Hafidz melirik Ana
"Alasanku kembali lagi karena Gus Ruwandana telah menghancurkan hati Ana. Aku gak bisa diam aja ketika perempuan yang aku cintai disakiti seperti itu"

Mata Hamzah melotot ketika mendengar ucapan dari Gus Hafidz.
Berani-beraninya ada yang menyakiti hati putrinya.

Ana seketika langsung menangis terisak. Dengan cepat Hamzah langsung duduk disamping Ana.
"Menangislah, Nak. Tapi janji setelah itu kau harus tersenyum"

Gus Hafidz yang mengerti suasana dia memilih memberikan waktu untuk mereka berdua berbicara. Dia melenggang keluar dari kamar.

"Pa, kenapa dia menyakitiku?"

Hamzah menarik kepala Ana agar bersandar pada bahunya.
"Kamu dengar sayang. Ada satu orang yang tak akan pernah menyakitimu" Ucap Hamzah seraya menepuk-nepuk punggung Ana lembut.

"Siapa?"

"Papa. Papa tidak akan pernah menyakitimu. Jika suamimu berani menyakitimu, papalah orang pertama yang akan menghapus air matamu" Ucap Hamzah sambil menghapus air mata Ana.

***

Gus Ruwandana tak sengaja melihat Gus Hafidz baru keluar dari kamarnya. Buru-buru dia langsung mendatangi kakaknya itu untuk bertanya hal yang sebenarnya.

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang