[21] Penyelundupan

1.2K 56 0
                                    

Aldari mengendap-endap memasuki rombongan temannya yang akan menuju kota Probolinggo Jawa timur.
Mereka sekarang menaiki Bus yang akan mengantarkan mereka ke stasiun. Setelah disepakati oleh guru-guru dan wali murid. Mereka lebih memilih menggunakan kereta api sebagai alat transportasi. Meskipun perjalanannya memakan waktu yang lumayan lama. Tapi tak mengapa karena biayanya cukup murah dibandingkan dengan pesawat terbang.
"Loh bos kok ikut?" Tanya Krisna yang masih belum tau

"Iyah dia mau memperdalam ilmu agama biar bisa jadi mualaf" pungkas Raka memberitahu

"Bos, gimana caranya nanti Lo naik kereta. Kan kursinya udah pas?"

"Tenang aja. Pasti ada kursi buat gue kok" jawab Aldari santai.

Perjalanan mereka menuju stasiun kereta api memakan waktu tidak begitu lama.

"Tuh kan bos. Gue bilang apa? Lo gak mungkin dapat kursi" dengus Krisna.

Aldari menatap keseluruha ruangan didalam kereta. Jelas, dia tidak kebagian kursi. Sebab dia tak memesan tiket.
"Bisa kok" Aldari tersenyum misterius

Dia mengambil kain berwarna hitam, tak lupa dia juga mengambil bantal yang sudah ia persiapkan dari rumah.
"Lah bos mau ngapain?" Tanya Raka yang bingung saat Aldari merebahkan tubuhnya di lantai bawah kursi mereka.

"Diem. Jangan berisik. Kalau ada yang tanya, bilang aja gue itu tas kalian. Pokoknya kalian gak boleh jadiin tubuh gue sebagai alas kaki. Awas aja ya" Ancam Aldari setelah itu dia memposisikan dirinya agar nyaman berbaring di lantai kereta api yang dingin.

"Demi kamu aku jadi kek gini An. Semoga aja kamu bisa kembali lagi ke aku" lirih Aldari.

Butuh waktu 17 jam untuk mereka sampai ke kota Probolinggo. Aldari merasakan tubuhnya ditimpa beban beratus-ratus ton. Lebay ah. Ketika dia menyibak kain yang menutupi dirinya, dia melihat Raka dan Krisna menumpukan kakinya pada tubuhnya.
"Shit. Gue bilang jangan jadiin tubuh gue jadi bantal" bisik Aldari.

Krisna dan Raka masih dalam keadaan tertidur. Aldari berdecak saat dirinya tak direspon oleh sahabatnya. Ia melirik jam tangan uang melingkar di tangannya. Rupanya jam telah menunjukkan pukul 22.30. Wow rekor terbesar dirinya bersembunyi lebih dari  17 jam lebih. Aldari meregangkan otot-otot yang terasa pegal.

"Anak-anak kita akan segera sampai di stasiun Probolinggo. Persiapkan barang-barang kalian." Ucap Pak Anton menginterupsikan.

Anak-anak yang berada di dalam terkejut dan langsung terjaga dari tidurnya.

"AWWW" spontan Aldari berteriak karena tubuhnya rasanya diinjak truk tronton. Segara mungkin dia menutup mulutnya.

Raka dan Krisna spontan terduduk kembali. Mereka baru sadar. Bahwa dibawah mereka ada Aldari yang sedang bersembunyi.

"Siapa itu?" Tanya Pak Anton.

Raka menoleh ke arah Krisna. Krisna menelan ludahnya susah. Harus bagaimana mereka sekarang.
Pak Anton melangkah menuju kursi Raka dan Krisna.
"Siapa yang berteriak tadi?" Tanya pak Anton menatap tajam Raka dan Krisna.

"Sa-saya pak" Raka mengangkat tangannya terpaksa. Dia mengaku dirinya lah yang berteriak tadi.

"Kenapa kamu teriak?"

"Kecoa. Iya kecoa pak. Saya takut banget pak" ucap Raka dengan nada segenit mungkin. Jika disituasi biasa. Dia tak Sudi berbicara dengan nada segenit itu. Demi Lo bos. Demi lo

"Ada-ada saja kamu ini. Cowok kok takutnya sama___ apa itu?" Pak Anton yang tak sengaja melihat kain hitam yang menonjol dibawah kursi Raka dan Krisna.

Krisna berkeringat dingin
"Oh itu cuman-"

"Pak Anton cepat kesini. Kita akan segera sampai" teriak Bu Malika dari ujung pintu gerbong.

Pak Anton sejenak menghilangkan rasa penasarannya. Dia memilih ke Bu Malika. daripada nanti kena semprot beliau. Bisa berabe nanti.

"Alhamdulillah selamat" lirih Raka.

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang