[47] Kembali

1.1K 45 0
                                    

Ana masih termenung dalam lamunannya, entah mengapa bisa dirinya sampai lupa diri hanya karena di tinggal pergi oleh suaminya.
Jujur, memang Ana mencintai Gus Ruwandana, namun rasa itu perlahan hilang saat dirinya selalu didekat Almarhum Gus Hafidz.

Clek
Aldari masuk ke dalam kamar, dimana Ana berada. Dia terpaku saat melihat Ana menangis segugukan.
"An. Apa lo baik-baik saja?"

Ana tergelonjak kaget mendengar suara Aldari, buru-buru dia menghapus air matanya.
"Ah? Iya, aku baik-baik saja"

Ana tidak tau bahwa Aldari akan menemuinya, beruntung tadi dia sudah menggunakan hijabnya lagi, meskipun sekarang dia belum memakai cadar.
"Kenapa lo tidak memakai cadar lagi?"

"Aku malu. Aku malu mau memakainya lagi, aku sudah membukanya"

Aldari menghela nafas, dia melangkah menuju sofa yang berada di dekat pintu, lalu duduk diatasnya. Dia memilih berjauhan dengan Ana, takutnya ada setan yang menggoda dirinya dan berbuat yang tidak-tidak, apalagi sekarang mereka seda berdua di dalam kamar.

Aldari menghela nafas panjang
"Gak ada salahnya memulai kembali, An. Lo, harus bisa kembali seperti dulu lagi"

Ana terdiam mendengar perkataan Aldari.
"Lo harus yakin, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini" lanjutnya.

"Terimakasih, Al. Kamu, selalu ada buat aku"

Ada perasaan aneh di hati Aldari. Jika kalian berfikir, Aldari belum move on dari Ana? Jawabannya SANGAT BETUL. Dulu, memang benar Aldari merelakan Ana dengan orang yang tepat menurut nya. Namun, pilihan hati tak pernah bisa berbohong.
"Justru gue yang harus ngucapin terima kasih, Ana. Karena berkat lo, gue bisa sadar dan bisa menjadi seorang mualaf"

"Alhamdulillah"

Ana penasaran dengan baju yang dia pakai sekarang, tidak mungkin ini baju dari mama Aldari. Terlihat dari ukuran dan motifnya.
"Al. Ini baju punya istrinya kamu ya?" Tanya Ana penasaran.

Aldari terkekeh geli
"Gue belum nikah, An"

"Lalu? Ini punya siapa?"

"Itu-"

Tok tok tok

Mama beti mengetuk pintu kamar, meskipun pintu tersebut telah terbuka. "Ayo. Kita semua makan siang"

Aldari beranjak dari duduknya, dia berdehem singkat. Aldari melangkah terlebih dahulu meninggalkan Mamanya dan Ana.
"Dia kenapa?" Gumam Mama beti.

Ana menyibak selimut yang menutupi kakinya. Dia melangkah mendekati Mama beti. " Apa aku merepotkan Tante?"

Beti menggeleng cepat
"Tidak. Tenang saja, cepat lah makan"

Ana mengangguk singkat, dia melangkah turun. Mama beti menutup pintu kamar terlebih dahulu, kemudian ikut turun ke lantai bawah.

"Mama. Masak apa hari ini?" Tanya Aldari yang muncul dari dapur, biasanya dia selalu mencuci tangan terlebih dahulu.

Mama beti menarik kursi untuk Ana, Ana tersenyum lalu mengucapkan terimakasih. Aldari memajukan bibirnya kesal, dia merasa cemburu karena melihat Mamanya bersikap berbeda kepada Ana. " Anak mama ini siapa sih? Dia apa aku?" Aldari

"Heh! Cepatlah makan. Kau ini selalu saja cemburu!"

"Iya iya ma" dengan malas Aldari mengambil secentong nasi, lauk pauk, dan sayuran.

Aldari melirik mamanya yang melayani Ana layaknya seorang orang tua dengan anak. "Ana. Cepat makan. Gak usah pakai acara suap-suapan!"

"Yang mau nyuapi aku siapa?" Ana tak paham dengan maksud Aldari.

"Hoho. Kode nih ?" Goda Beti, dia sangat ingin putranya ini menikah dengan Ana. Apalagi Ana sekarang sudah tak mempunyai suami.

"Apaan sih ma." Aldari menghilangkan kegugupannya dengan memakan cepat makanannya, sampai-sampai dirinya tersedak karena saking terburu-burunya.

Mama beti berdecak kesal melihat tingkah anaknya yang absurd ini.
"Makanya nikah dong, biar ada yang ngurusin" Aldari menerima air putih uang diberikan oleh mamanya, rasanya melegakan setelah meminumnya.

"Mama sih enak bilang gitu. Lah aku? Kan masih belum punya calon"

"Belum atau masih menunggu?" Mama beti mengedib-ngedibkan matanya menggoda.

Aldari mengalihkan pandangannya, jika ditanya dia merasa malu apa tidak? Jawabannya IYA SANGAT MALU. "Ma. Kita mau makan atau mau bergibah?"

"Kamu. kali yang gibah. Kalau mama makan lah" dengan tenang mama beti menyantap makanan di piringnya.

Ana terkekeh kecil melihat perdebatan lucu antara ibu dan anak satu ini. "Memangnya dia sedang menunggu siapa Tante?"

"Ekehm. Gini dia itu sedang nunggu se-"

"Ana. Cepat habiskan. Gue bakal nganterin lo pulang"

Ana menatap Mama beti seolah berkata siapa ma?.
"Dia itu seorang perempuan can-"

"Cepat An" Aldari berusaha menggagalkan mamanya berbicara dengan Ana. Sebut saja dia kurang ajar, karena memotong pembicaraan orang tua. Tapi sekarang baginya tak mengapa, sebab rahasianya tak ingin ada yang membongkarnya.

Ana meletakkan sendok makan, beranjak dari duduknya, dia tak lupa tersenyum kepada mama beti.
"Tante. Aku pulang duluan ya" Setelah mencium punggung tangan mamanya Aldari, Ana bergegas keluar. Disana sudah ada Aldari yang duduk di kursi kemudinya.

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang