[58] Permintaan terakhir [ENDING]

1.5K 47 8
                                    

Tangis Ana semakin pecah mendengar suara kesakitan dari Aisyah. Dia tak dapat membayangkan bagaimana sakitnya Aisyah hari ini.

"Uhmi. A-Aisyah i-ingin me-melihat u-mi me-me-menikah de-dengan a-abi"

Ana memejamkan matanya mendengar ucapan Aisyah yang terputus-putus. Dia berusaha bicara meskipun dirinya tak mampu lagi.
"I-itu pe-permintaan a-aku ya-yang ter-akhir"

Gus Ruwandana menggelengkan kepalanya. Disaat-saat seperti ini dia tak bisa membayangkan bagaimana dia bisa memenuhi permintaan dari anaknya.

Pikirannya kacau, dia tak mau bernegatif thinking terlebih dahulu. Dia harus yakin bahwa putri kecilnya akan bisa sembuh.

Penyakit yang diderita oleh Aisyah bukan sembarang penyakit. Awalnya Gus Ruwandana mengira bahwa Aisyah hanya demam biasa. Namun, ternyata dia salah. Selama ini dia terlalu buta tentang penyakit yang diidap oleh Aisyah sampai semuanya akhirnya terlambat.
"Kamu akan sembuh sayang. Kamu sayang kan sama Abi? Ayo sayang semangat untuk sembuh"

"Aisyah. Mo-mohon umi"

Dokter menyarankan agar Gus Ruwandana dan Ana menyanggupi permintaan dari Aisyah. Setidaknya meskipun Aisyah tidak selamat ia akan tenang di alam sana karena permintaannya telah terpenuhi.

Gus Ruwandana mengajak Ana untuk berbicara berdua di luar kamar rawat inap Aisyah. Dokter hanya mengizinkan mereka berbicara hanya 5 menit karena keadaan Aisyah yang semakin memprihatinkan.

"Ana, aku harus bagaimana?"

Ana menggeleng pelan, dia juga sama pusingnya dengan Gus Ruwandana. Di satu sisi dia akan menikah dengan Aldari, namun disisi lain dia tak tega untuk tidak mengabulkan permintaan dari Aisyah.

"Menikahlah"

Ana dan Gus Ruwandana menoleh bersamaan. Disana Aldari tersenyum ke arah mereka berdua. Ana mengernyitkan keningnya heran, mengapa bisa Aldari dengan mudah mengatakan begitu?

"Maksudnya apa Kak?" Tanya Ana tak paham.

"Menikahlah dengan Gus Ruwandana. Gue gak tega lihat Aisyah seperti itu. Sebenernya sih gue ikhlas gak ikhlas sih nyuruh kalian berdua nikah, tapi mau bagaimana lagi? Ternyata kamu masih memendam perasaan terhadap Gus Ruwandana. Gue bisa apa?"

"Kamu serius?" Tanya Gus Ruwandana tak percaya.

Aldari menepuk pundak Gus Ruwandana. "Gue titip Ana ya. Lo jangan sampai bikin dia nangis. Sekali aja lu bikin dia nangis, gue yang akan rebut dia kembali"

Ana meneteskan air matanya, dia dapat melihat jelas dari mata Aldari kalau ia terpaksa mengatakan hal seperti itu. "Kakak bercanda kan?"

"Cepet masuk. Gue udah panggil penghulu tadi. Waktu kalian gak banyak. Tenang, gue yang bakal jadi saksi pernikahan kalian"

Acara pernikahan sederhana akhirnya terlaksana dengan lancar. Tepat setelah penghulu menyatakan sah, Aisyah menghembuskan nafas terakhirnya.

***

"Apa kau yakin dengan pernikahan yang telah kau lakukan itu, nak?" Tanya Tutik pada Ana.

Ana menghapus air matanya
"Iya, ma"

"Lalu bagaimana dengan Aldari?"

"Dia lah yang menyakinkan aku agar menikah dengan Gus Ruwandana"

Tutik menutup mulutnya tak percaya. Bagaimana bisa Aldari merelakan Ana menikah dengan orang lain? Setahu Tutik, Aldari jika sudah mencintai sesuatu dia tak akan melepaskan begitu saja. Apalagi merelakannya.

Tok tok tok

Gus Ruwandana membuka pintu kamar Ana. Tutik beranjak dari tempat duduknya. Dia tersenyum kepada Gus Ruwandana lalu berlalu ke luar untuk menemani para pelayat yang memang ditempatkan di rumah keluarga Hamzah.

Rencananya setelah sholat Ashar selesai dilaksanakan. Mereka semua akan pulang ke Probolinggo untuk memakamkan jenazah Aisyah. Mereka ingin Aisyah dimakamkan di sebelah makam Uminya.

"Ana, maafkan aku"

"Kenapa Gus?"

"Karena Aisyah, kau harus menikah denganku. Seharusnya kau menikah dengan Aldari" ucap Gus Ruwandana menundukkan kepalanya.

Ana beranjak dari kasur. Dia melangkah mendekati Gus Ruwandana. " Tidak Gus. Mungkin ini takdir dari yang Allah. Sejauh apapun kita terpisah, jika sudah jodoh ya pasti akan bersama"

Gus Ruwandana menarik Ana ke dalam pelukannya. "Terimakasih ya Allah. Telah menyatukan cinta kita. Maafkan aku selama ini. Semampuku aku tak akan pernah menyakiti mu wahai istriku"

Ana mengeratkan pelukannya, dia membahas terharu. Rasanya seperti mimpi dia bisa bersama dengan Gus Ruwandana.
"Aku mencintaimu karena Allah"ujar Ana sambil tersenyum senang.

"Aku juga istriku"

TAMAT

Yeay akhirnya udah tamat. Setelah sekian lama aku dilema untuk menentukan endingnya.

Terimakasih para readers ku tercinta (。♡‿♡。).

Bagaimana? Apa kalian puas dengan endingnya?

Timnya Gus Ruwandana, Seneng gak ?

Timnya Aldari, Sedih gak?

Nantikan ya extra chapter nya.
Oh iya, soal Aldari bagaimana nasibnya setelah ini? Ada yang penasaran? Aku bakal buat sekuelnya, ini menceritakan tentang Aldari dari kecil sampai dia nikah sama seseorang. Judulnya A little happiness.

Nantikan ya coming soon (✷‿✷)

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang