[46] Tersadar

1.1K 47 0
                                    

"Kalian kembali?" Tanya Mama beti.

"Enggak Ma. Kita gak-"

"Iya Tante"

Mama beti membulatkan matanya terkejut saat mendengar pengakuan dari Ana. "Bukannya kamu sudah menikah nak?"

"Menikah? Saya tidak punya suami Tan" Ana tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan dari mama beti.

"Maksudnya gimana?" Mama beti Menatap Aldari, seolah sedang bertanya penjelasan tentang maksud perkataan dari Ana.

"Ceritanya panjang ma, kek jalan tol"

"Terus kenapa dia memakai pakaian seperti ini dan tidak memakai hijab?"

Aldari mendekat ke arah mamanya, dia mencondongkan bandannya, lalu berbisik " Dia frustasi banget ma, sampai-sampai dia lupa diri"

"Maksudnya?"

"Gitu deh, dia frustasi gara-gara suaminya meninggal"

"Innalilahi" Mama beti menutup mulutnya terkejut.

"Tante sama Aldari udah masuk Islam ya?" Tanya Ana

"Alhamdulillah. Iya, nak."

Ana tertawa terbahak-bahak
"Oke-oke"

Aldari mengajak mamanya ke dapur,ada suatu hal yang ingin ia bicarakan berdua dengan mamanya.
"Ma. Ini gimana? Apa perlu kita ruqyah dia?"

Mama beti berfikir keras, bagaimana cara mengembalikan Ana seperti sedia kala.
"Yaudah. Kamu bacain ayat-ayat Alquran saja"

Aldari mengangguk, segera mungkin dia berlari ke lantai atas, tepatnya dikamarnya untuk mengambil kitab suci Al-Qur'an.

Mama beti mengintip Ana dari balik tembok, sungguh malang nasib perempuan itu. Pernikahannya baru seumur jagung, tapi sudah ditinggal pergi oleh suaminya.
"Ya Allah. Kembalilah Ana seperti sedia kala" Mama beti tak tega melihat kelakuan tak waras dari Ana. Sebegitu frustasi kah?

Aldari berlarian dari atas tangga, dia menghampiri mamanya yang sedang mengintip Ana.
"Ma. Aku sudah mengambil wudhu tadi"

Mama beti terkejut dengan suara dibelakangnya.
"Cepat. Segeralah baca didekatnya"

Aldari mengangguk, ia buru-buru melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, dimana Ana berada.
"Ana. Jangan bergerak ya, aku akan membacakan ayat suci Al-Quran terlebih dahulu"

Ana menatap Aldari yang sedang mengaji, ada perasaan aneh saat mendengar bacaan Alquran dari Aldari. Ana meneteskan air matanya, dia tak tahu mengapa dia menangis seperti ini?

Semakin lama, rasanya Ana ingin berteriak. Ana menutup telinganya berusaha tidak mendengar suara dari Aldari.
"Hentikan!"

Aldari tak gentar untuk terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dia yakin, dengan begitu Ana, akan kembali sadar.

Ana yang tak kuat mendengarkan lantunan ayat suci tersebut, akhirnya jatuh tak sadarkan diri. Mama beti yang melihat itu langsung menghampiri Ana.
"Nak. Bangun, ayo bangun"

Aldari mengehentikan aktivitasnya, dia menoleh dan mendapati Ana jatuh pingsan. Dengan sigap, dia langsung meletakkan Al Qur'an di tempat yang aman, kemudian dia menggendong Ana menuju kamarnya di lantai atas.

Mama beti ikut mengekori mereka, dia cemas dengan keadaan mantan pacar dari anaknya ini.
"Ya Allah. Bantulah Ana kembali menjadi seperti dulu"

Aldari meletakkan Ana diatas kasur king size miliknya. " Gue mohon cepat sadar dan kembali seperti dulu"

Mama beti menyentuh pundak Aldari
"Nak. Kau keluar dulu ya. Biar mama yang akan menggantikan baju Ana"

"Baiklah ma. Nanti kalau ada apa-apa, langsung panggil aku ya"

"Iya iya, cerewet banget sih"

Aldari memajukan bibirnya kesal
"Yaudah, aku keluar"

Setelah memastikan Aldari keluar, Mama beti menutup pintu kamar tersebut. Untuk jaga-jaga dong.

Mama beti menepuk jidatnya, dia lupa, jika dikamar anaknya kini tak ada pakaian wanita.

"Ma. Dilemariku ada pakaian untuk Ana" teriak Aldari dari luar kamar.

Mama beti geleng-geleng kepala mendengar perkataan dari Anaknya itu, bagaimana bisa dia menyimpan baju wanita?

Tak mau ambil pusing, Mama beti langsung membuka lemari Aldari. Matanya terpaku pada seperangkat baju gamis, yang lengkap dengan cadar. " Apakah dia menyiapkan ini untuk Ana?"

Setelah mengganti baju Ana, Mama beti duduk dipinggir kasur tersebut. Dia sengaja tidak memakaikan Ana cadar terlebih dahulu, alasannya takutnya dia merasa risih.

Selang beberapa menit, Ana mulai membuka matanya." Aku dimana?"

Mama beti tersenyum senang melihat Ana sudah sadar.
"Kau berada dirumah Aldari"

Ana berusaha duduk dari tidurnya, Mam beti membantunya, agar Ana bisa duduk dan menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.
"Kenapa aku disini?"

Mama beti menghela nafas, dia mulai menceritakan segala tentang perilaku Ana yang melenceng dari biasanya. Ana meneteskan air mata, takkala mendengar perkataan dari Mama beti.
" Apakah aku sebegitu frustasi nya tan?"

"Aku sudah berdosa karena melepas hijab, ya Allah. Bagaimana ini?"

"Kembalilah nak. Ke jalan yang benar, Inshaallah, Allah. akan mengampuni dosa mu"

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang