[52] Melamar

1.2K 40 0
                                    

Gadis kecil yang berada digendongannya kini memeluk erat leher Ana. "Abi, Aisyah udah ketemu sama Umi" ucap gadi kecil tersebut mencium pipi Ana.

"Hah?"

Gus Ruwandana mematung saat melihat putrinya bergelayut manja dengan Ana. Sedangkan Ana melebarkan matanya mendengar perkataan dari putri kecil yang bernama Aisyah.
"Nak, ayo kita pulang. Dia bukan umi" ajak Gus Ruwandana, dia berusaha mengambil putrinya dari gendongan Ana.

Aisyah semakin mengeratkan pelukannya, dia merengek meminta Ana ikut dengan mereka.
"Sayang. Jangan nyusahin tante, nak" sekali lagi Gus Ruwandana berusaha mengambil Aisyah.

"Kamu?" Aldari terkejut saat diluar Cafe melihat Ana, Gus Ruwandana dan gadis kecil yang memeluk erat leher Ana.

Ana menoleh ke arah sumber suara
"Kak, maaf lama. Ini gadis kecil bernama Aisyah tak mau lepas dari gendonganku"ucap Ana

Aldari sekilas melirik ke arah Gus Ruwandana, dia yakin jika gadis kecil yang berada dihadapannya ini merupakan anak dari Gus Ruwandana.
"Dek, itu Abinya kasihan mau pulang katanya. Apalagi Umi mu kasihan kan?" Aldari berusaha membujuk gadis kecil tersebut.

Aisyah mengembulkan kedua pipinya
"Iya ya om. Makasih om ganteng" Aisyah tersenyum senang ke arah Aldari. "Umi, ayo kita pulang" ajak Aisyah pada Ana.

"Huh? Ana, apa maksudnya ini?" Aldari cukup terkejut dengan pertanyaan yang disampaikan oleh Aisyah.

Ana meringis pelan, dia bingung harus bagaimana lagi sekarang.

Aldari menatap sengit ke arah Gus Ruwandana yang sedang duduk disamping kanan Aisyah dan Ana yang berada disamping kiri Aisyah. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Bagaimana dengan Aldari? Dia cukup mengenaskan, dia seperti jomblo yang gak dianggap.

Mereka tadi sempat bersitegang di luar Cafe, namun karena permintaan dari Aisyah yang merengek ingin makan, akhirnya mereka semua memilih masuk ke dalam Cafe.

Aldari memakan cake red Velvet nya dengan sangat kasar, seperti macan yang memakan sebuah daging. Dia rasanya terbakar melihat Aisyah yang menyuapi Gus Ruwandana dan Ana. Sungguh dia ingin segera pergi dan tak lupa mengajak Ana tentunya.

"Ih, om selem deh, masak makannya kek seekol macan sih" cibir Aisyah, dirinya masih tak bisa mengucapkan huruf R, jadi jika dia sedang ngomong malah terdengar lucu.

Aldari menghentikan aktivitasnya, dia merasa malu saat Ana menatapnya dan terkekeh geli. "Aisyah udah kan makannya? Om sama tante Ana mau pulang ya"kata Aldari mengalihkan pembicaraan.

Aisyah meraih tangan kiri Gus Ruwandana lalu tangan kanan Ana, dia memegang kuat-kuat tangan mereka. "Pokoknya, Abi sama Umi tetep disini, kalau om mau pelgi ya sudah, pelgi saja sana" Aisyah menjulurkan lidahnya.

Gus Ruwandana melepaskan genggaman tangan Aisyah, dia harus segera mengakhiri kejadian ini. Jika ini terus menerus berlanjut, itu sama saja dengan memanfaatkan anaknya agar Ana kembali pada dirinya.
"Aisyah sayang umi kan?" Aisyah mengangguk mengiyakan " kalau begitu kita pulang dulu ya, nanti bisa ketemu lagi sama tante Ana" ucap Gus Ruwandana lagi.

Aisyah memajukan bibirnya
"Umi bukan Tante. Dia umi Aisyah" ucap Aisyah keukeh menganggap Ana adalah Uminya.

Gus Ruwandana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal " Maafkan putriku ya, An." Ucap Gus Ruwandana tak enak pada Ana.

Ana menggeleng cepat
"Tidak apa-apa"

***
Setelah Gus Ruwandana dan Aisyah pergi, Aldari dan Ana juga pulang. Di dalam mobil kecanggungan terjadi, tak ada yang mau bersuara entah itu Ana maupun Aldari.
"Ana"

"Kak"

Ucapan mereka bersamaan, Aldari tersenyum kikuk saat menyadari mereka memanggil secara bersamaan.

"Kau saja duluan" Ucap Aldari mengalah.

"Kenapa tadi kakak bilang tunangan ku?" Tanya Ana heran, bukannya Ana dan Aldari masih belum tunangan kan, melamar saja belum.

Aldari berdehem singkat
"I-itu soalnya temenmu itu tanya tentang ya kau tau sendiri kan" Kata Aldari, dia tak mau mengucapkan kata-kata yang bisa membuat Ana kembali bersedih.

Ana tersenyum
"Tak apa kak, Alhamdulillah aku sudah ikhlas dengan kepergian Mas Hafidz. Pasti Allah memberikan ku cobaan seperti itu agar aku bisa lebih bersabar lagi, atau Allah menghukum ku" ucap Ana

Alis kiri Aldari terangkat
"Maksudnya? Hukuman apa?" Tanya Aldari.

Mungkin kali ini Aldari lah yang akan mengetahui perasaannya. Ya Ana harus menceritakan segalanya tentang kehidupannya dulu.

Ana mulai menceritakan semuanya sampai Gus Hafidz meninggal dunia. Aldari tersentak kaget saat baru mengetahui fakta bahwa Ana menyukai Gus Ruwandana meskipun dirinya dan Gus Ruwandana masih-masing sudah menikah.
"Jadi?"

Ana menoleh
"Jadi apa kak?" Tanya Ana tak paham dengan pertanyaan Aldari yang setengah-setengah.

"Jika ada yang melamarmu, apa kau akan menerimanya?" Tanya Aldari lebih lanjut. Jujur sudah sejak lama ia ingin menanyakan hal ini padanya.

"Ya tergantung sih kalau-"

"Oke fix besok gue sama mama mau kerumahmu" potong Aldari cepat.

Ana membuka mulutnya terkejut
"Hah?"

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang