[9] Pondok pesantren

1.4K 62 3
                                    

"Gus Ruwandana dimana ya? Kenapa masih belum sampai juga" Gerutu seorang pria yang bernama Gus Hafidz.
Dia merupakan Kakak kandung dari Gus Ruwandana. Dia sedikit berbeda dengan adiknya tersebut. Jika adiknya selalu memakai baju yang syar'i seperti gamis. Lain halnya dengan dirinya yang hanya memakai baju biasa saja asalkan itu tidak memperlihatkan auratnya.

Gus Hafidz merupakan mahasiswa akhir yang sebentar lagi akan menghadapi sidang skripsi. Dia melanjutkan pendidikan di Kota Malang. Dari kecil dia ingin sekali menjadi seorang Dokter, hingga dia meminta kepada Abahnya untuk bersekolah diluar.

"Akhirnya datang juga" Gus Hafidz ketika melihat mobil yang dikendarai oleh Adiknya datang.

Gus Ruwandana membuka jendela mobil
"Bang. Biarkan aku yang nyetir yah"

"Baiklah. Tapi cuman sampai Sidoarjo" Gus Hafidz berjalan menuju pintu mobil sebelah kiri.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh keluarga pak Hamzah" ucap Gus Hafidz ketika sudah berada di dalam mobil.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" jawab Hamzah dan istrinya.

Terus ana gimana?

Dia tertidur dengan menyandarkan kepalanya di bahu Mamanya.
Gus Hafidz tak sadar tersenyum saat sekilas tak sengaja melihat wajah Ana yang terlihat adem ayem ketika
sedang tidur.

"Bismillah. Kita berangkat" Gus Ruwandana mulai menjalankan mobilnya.

***
Setelah menempuh lebih dari 3 jam perjalanan. Mereka semua akhirnya telah tiba di kota Probolinggo. Sesuai kesepakatan Gus Ruwandana hanya diperbolehkan menyetir sampai Sidoarjo. Selebihnya Gus Hafidz yang menyetir.

Gus Hafidz melirik dari kaca spion ditengah mobil. Dia melihat hanya Hamzah yang tidak menutup matanya. Sedangkan istrinya pak Hamzah ia tidak tau kapan tiba-tiba sudah tertidur.

Ana. Ya ana mulai dari Surabaya sampai sekarang masih tertidur dengan lelapnya.

Cantik. Batin Gus Hafidz.

Namun dengan cepat Gus Hafidz menggelengkan kepalanya sambil mengucapkan kata istighfar didalam hati.

Astgfirullah

Mobil mereka mulai memasuki halaman pondok pesantren Darul Musthofa. Kerumunan para santri memenuhi halaman. Mereka penasaran dengan santriwati yang dijemput oleh dua orang putra dari pendiri pondok pesantren.

"Apakah dia orang yang spesial?"

"Mungkin dijodohkan sama salah satu Gus kita kali?"

"Astaghfirullah. Jangan suuzdon dulu"

Sedangkan di lantai tiga kerumunan para santriwati memenuhi balkon lantai. Mereka juga turut penasaran dengan seseorang yang dijemput oleh Gus Hafidz & Gus Ruwandana.

"Siapa ya? Apa dia seorang santri baru? Atau santriwati?" Celetuk salah satu santriwati yang bernama Aisyah.

"Mungkin anak orang besar kali"

"Iyah kalik ya "

"Eh lihat itu!" seorang santriwati berteriak saat melihat Ana keluar dari mobil.

Ana keluar dengan mata masih sayup-sayup. Jujur dia merasa nyenyak sekali tadi tertidur selama perjalanan.

"Astaghfirullah. Cantiknya" kata salah satu santri yang berdiri tak jauh dari tempat Ana berada.

"Jangan natap gitu. Zina mata genekoh" cibir salah satu santri.

"Enggih pak ustadz"

Hamzah dan Tutik keluar dari pintu mobil. Mereka geleng-geleng kepala melihat ana berda da ria dengan para santriwati di lantai tiga.

"Nak. Jaga sikap kamu" Tutik memperingati Ana untuk tidak bersikap berlebihan.

Ana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Hehehe sorry ma"

"Mari pak. Kita langsung ke ruangan Abah" ucap Gus Ruwandana melangkah terlebih dahulu, setelah itu Hamzah dan keluarga mengikuti Gus Ruwandana dibelakang.

Gus Hafidz melihat kerumunan para santri yang menatap Ana bagaikan kucing melihat ikan asin.

Gus Hafidz mendengus
"Cepat kembali ke kamar masing-masing. Atau akan saya laporkan pada pengurus" Para santri kaget mendengar ancaman Gus Hafidz. Secepat kilat mereka semua membubarkan diri menuju kamar masing-masing.

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang