[25] Ceramah

1.1K 50 0
                                    

"Cepetan dong gue udah ada diujung nih" pekik salah satu siswi yang mengedor-ngedor pintu kamar mandi.

"Iyah kak. Sabar" sahut salah satu santriwati yang sedang mandi didalam.

"Cepetan Astaga" Naura mondar mandir supaya bisa menahan sedikit lagi.

Clek
"Udah-" Belum sempat santriwati itu menyelesaikan perkataannya. Naura langsung menyelonong masuk ke dalam kamar mandi.

"Astaghfirullah" gumam santriwati

Selalu ada saja kejadian lucu para siswa dan siswi ketika berada di pondok pesantren. Dari yang tak terbiasa makan makanan biasa, tidak biasa ngantri, dan tidak terbiasa berjauhan dengan doi. Eaaaa.

"An. Sekarang acaranya apa ya?" Tanya Imelda.

Mereka kini sedang melangkah menuju aula ponpes. Ana menoleh dan menghentikan langkahnya. Otomatis Imelda mengikuti Ana untuk berhenti juga.
"Ceramah Agama, nanti ada sesi tanya jawabnya kok"

"Wah. Berarti bisa tanya apapun dong?"

"Iya. Nanti kalian semua bisa tanya tentang masalah apapun itu. Inshaallah ustadz  akan menjawabnya"

Di aula sudah banyak para peserta pesantren kilat duduk di lantai beralaskan karpet. Mereka masih dibagi menjadi dua. Akhwat dibagian kiri, sedangkan Ikhwan dibagian sebelah kanan. Ditengah-tengah aula diberi kain panjang sebagai pembatas.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" ucap Ustadz mengawali

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" balas semua anak yang berada di aula kecuali satu anak yaitu Aldari.

"Baiklah kali ini saya tidak akan memberikan materi terlebih dahulu. Karena saya yakin kalian tak akan bertanya sesuai dengan materi yang saya berikan" Ustadz terkekeh melihat wajah terkejut para santri pesantren kilat.

"Oke. Pertama saya akan memberikan kesempatan pada para Ikhwan untuk bertanya"

Yang mengangkat tangannya hanya ada beberapa. Termasuk Aldari, Krisna dan Raka.

Pak ustadz menunjuk Raka
"Iyah kamu. Silahkan bertanya"

Raka berdiri dan tersenyum
"Baik. Perkenalkan nama saya Raka, Saya mau bertanya tentang cinta pak"

"Huuuuuuu" sorak para santri pesantren kilat

"Saya mau bertanya. Apakah menikah dengan gadis beda agama itu sah pak?" Aldari menatap tajam ke arah Raka. Bisa-bisanya dia bertanya tentang hal itu.

"Cinta beda agama, HARAM!. Manusia di bumi ini 2 milyar lebih. Apakah tidak ada orang lain yang akan kau nikahin? Menikahlah dengan orang yang agamanya sama"

Krisna mengangkat tangannya
"Pak. Jika seseorang masuk Islam karena ingin menikah dengan orang yang dicintainya. Apakah itu betul pak?"

Pak ustadz menggeleng
"Itu tak betul. Jika kamu ingin pindah Agama itu bukan karena seseorang. Tapi karena dia yakin bahwa Allah SWT. Adalah Tuhan"

"Tapikan itu sah sah saja pak"

"Memang sah. Tapi cinta karena paras cantik, ganteng, pintar. Itu lama-lama akan memudar. Jika memudar nanti mualaf itu akan balik lagi ke Agamanya sendiri. Nah istrinya karena cinta pasti akan ikut suaminya. Itu bahayanya"

Deg

Mengapa semua pertanyaan ini menampar Aldari. Tapi dia tak akan semudah itu menyerah. Dia harus bisa mendapatkan cinta pertamanya kembali.

Ana menangis mendengarkan perkataan Ustadz. Ceramah ini bagai tombak yang menusuk hatinya. Beruntung dulu papanya memasukkannya ke dalam pondok pesantren. Jika tidak, mungkin dia sudah akan ikut Aldari menjadi murtad.

Naura melihat Ana meneteskan air mata. Ia mengerti mengapa Ana meneteskan air mata.
"Ana. Sudahlah. Yang terpenting kau masih selamat" Naura menyodorkan tisu kepada Ana.

Ana menerima tisu tersebut dan langsung mengusap air matanya.
"Terimakasih Ra"

"Sama-sama. Intinya jangan bersedih lagi. Gue lihat itu si Gus Gus yang kemarin liatin kamu sambil senyam-senyum sendiri loh"

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang