[7] Kenyataan pahit

1.4K 74 0
                                    

~Akar dari kesedihan adalah berharap lebih pada kebahagiaan~

"Apa kamu tidak mau tahu kriteria pasangan Ana yang bakalan saya kasih restu?"

Aldari mengangguk cepat
"Iyah om. Saya ingin tau"

Hamzah menghela nafas
"Apa kau rajin beribadah?"

"Tentu saja om, saya setiap minggu selalu beribadah" jawab Aldari jujur.

Jedarrrr

Seperti disambar petir, Hamzah berdiri dari tempat duduknya.
Aldari ikut berdiri juga.
"Ada apa om? Apa ada yang salah dengan ucapan saya?" Aldari bertanya, takutnya dia salah berucap.

Hamzah menggeleng pelan
"Duduklah kembali" ucapan Hamzah kini tak selembut beberapa menit yang lalu.

Aldari menuruti permintaan Hamzah
"Apa kamu non muslim?" Pertanyaan ini spontan Hamzah tanyakan, sebab mana mungkin seorang muslim beribadah hanya seminggu sekali.

"Iyah om"

Plak

Tamparan Hamzah mendarat di pipi Aldari.
Dada Hamzah bergemuruh hebat. Ia tak menyangka putrinya berpacaran dengan seorang non muslim.

Orang muslim saja ia tak restui jika akhlaknya tak baik, apalagi yang bukan muslim, sudah pasti Hamzah menolaknya mentah-mentah.

Aldari memejamkan matanya supaya amarahnya dapat ia tahan. Ia tak mau calon mertuanya kini mengetahui bahwa dirinya gampang tersulut emosi.
"Apa salah saya om? saya mengatakannya dengan jujur" Aldari berani menatap Hamzah.

"KAMU SALAH BESAR. KARENA KAMU TIDAK SAMA DENGAN ANA. KAMI MENJAGANYA AGAR TIDAK PACARAN, NAMUN KENYATAANNYA LEBIH PARAH, DIA MALAH MENJALIN HUBUNGAN DENGAN SEORANG NON MUSLIM" Emosi Hamzah tersulut mendengar perkataan Aldari.

"Saya MENCINTAI anak om. Saya tidak salah "Elak Aldari.

Hamzah tersenyum sinis
"Apa kamu bilang? Cinta ? Memangnya cinta kamu bisa bikin anak saya masuk surga" bagaikan tamparan tajam, kata-kata itu membuat Aldari tertohok.

"Kalau begitu saya akan jadi mualaf"

Hamzah tertawa meremehkan
"Kamu pikir Agama sebercanda itu HAH! Agama itu komitmen hidup, jika kamu ingin pindah agama bukan karena Ana tetapi karena keinginan murni dari diri kamu sendiri"

Aldari beranjak dari tempat duduknya
"Baiklah om. Hari ini saya mengaku kalah, tapi suatu saat saya akan datang kesini untuk melamar putri om dengan mahar syahadat". Aldari melenggang pergi setelah mengatakan hal itu.

Dengan membawa nampan yang berisi minuman, Ana melangkah menuju ruang tamu. Namun langkahnya tercekat saat melihat Papanya menampar Aldari.

Ana tercengang melihat pertengkaran antara Papanya dan Aldari.
Jujur dia belum mengetahui bahwa Pacarnya tersebut non muslim.

Tutik yang berada di belakang Ana tak kalah terkejut. Ia pikir anaknya akan selektif memilih teman yang seiman.

Tutik menyentuh pundak Ana
"Minta maaflah pada Papamu" Ana mengangguk, ia memberikan nampan yang ia bawa ke Mamanya.

Ana menunduk sambil melangkah menuju sofa tempat dimana Papanya sedang duduk.

"Apakah kamu mencintai dia?" Ana tercekat mendengar pertanyaan Papanya.

Jujur Ana tak dapat menjawab, ia tahu akan perasaannya sekarang.
Memang dia pacaran dengan Aldari karena keputusan sepihak dari Aldari. Namun melihat kesungguhan dari Aldari dia merasa mulai menyayangi dia.

"Iya pa"

Hamzah mendelik tajam. Bagaimana bisa putrinya ini mencintai orang yang beda Agama dengan dirinya.

"Apa yang membuatmu mencintainya?"

"Dia laki-laki yang sangat cekatan, pintar, sungguh-sungguh dalam berusaha, dan yang terpenting dia mencintai Ana pa" Ana menjawab sesuai dengan perasaannya sekarang.

"Apa kau tidak tau dia berbeda denganmu?"

Ana menunduk sambil memilin ujung bajunya
"Jujur... Ana baru tahu pa" jawabnya ragu-ragu.

Brakkk

Ana tersentak saat melihat Papanya menggebrak meja. Dia tak pernah melihat Papanya semarah ini sebelumnya.

Yang Ana tahu, papanya orang yang penyabar, dia selalu bisa mengontrol emosinya. Tapi sekarang apa yang terjadi?

Hamzah berdiri lalu menatap tajam Ana
"Putuskan dia sekarang juga!" Setelah mengatakan itu Hamzah melenggang pergi.

"Baik pa" Ana mengangguk pelan, hanya ini yang dapat Ana lakukan, dia tak kuasa melawan papanya.

Hamzah berhenti melangkah
"Persiapan dirimu, besok kau akan papa kirim ke Jawa timur"

Ucapan papanya membuat Ana menutup mulutnya terkejut.
Bagaimana bisa ia akan pindah ke provinsi di ujung timur pulau Jawa?

TBC

Blessings of love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang