18. Janji

514 23 7
                                    

"Kalau ga bisa tepatin, mending ga usah bilang janji sama orang."
-------------------------------------------------------

"Oke anak-anak, pelajaran kita hari ini sampai di sini saja. Jangan lupa dikerjakan PR-nya," ucap Pak Tobi sambil melangkah keluar kelas.

Melihat Pak Tobi sudah keluar, Carra langsung menutup buku biologinya dengan keras. Dia masih kesal dengan segala ucapan wali kelasnya itu. Dia tidak habis pikir, bagaimana gosip itu bahkan terdengar sampai ke telinga guru.

"Udah lah, ga usah dipikirin," ucap Sella sambil menepuk pelan bahu Carra.

"Gimana gue ga pikirin coba? Guru aja tahu," ucap Carra.

"Udah lah, lo kan memang terkenal. Gosip ini ga bikin lo mendadak terkenal. Lagian cepat atau lambat kalian bakalan pacaran kan?" ucap Lisa tiba-tiba.

"Lo diem deh! Urusin aja tuh gebetan lo," ucap Carra sarkas.

Raut wajah Lisa langsung berubah, "jangan bahas itu lah."

Carra hanya berdecak lalu segera membereskan barangnya. Hari ini Jimmy berjanji akan menjemputnya. Tanpa basa-basi, Carra langsung berjalan keluar. Kedua sahabatnya hanya bisa memandang kepergian Carra sambil geleng-geleng kepala.

"Kirain udah berubah itu anak," ucap Lisa.

Di sisi lain, Carra berjalan menyusuri koridor. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Itu telepon dari Jimmy, Carra pun segera mengangkatnya.

"Halo Carra, gue ga bisa jemput lo. Lo pulang sendiri ya?" ucap Jimmy.

"Hah?! Kok gitu? Kan lo udah janji mau jemput gue," ucap Carra sambil menahan kesal.

"Ya sorry, gue harus ketemu dosen hari ini. Ga bisa ditunda. Sorry ya, ntar malam gue temanin ke mall deh."

"Janji ya? Awas kalau ga, gue pukul."

"Iya. Jangan ngambek ya?"

"Hmm. Bye." Carra langsung mengakhiri telepon itu sebelum Jimmy sempat membalas. Carra mendengus kesal sembari memasukkan ponselnya ke saku kemeja. Pulang naik apa gue?

Mau ga mau, Carra pun terpaksa memesan taksi online. Carra menunggu sambil bersenandung pelan. Kakinya bergerak sesuai tempo.

Karena hari ini ada banyak kegiatan ekskur, sekolah kelihatan sepi. Hanya ada beberapa murid yang sedang menjalankan ekskur basket.

Tak lama kemudian, taksi online yang Carra pesan sudah sampai. Saat Carra ingin masuk, sebuah tangan menariknya.

"Apaan sih! Lepas!" ucap Carra saat melihat siapa yang menahannya. Seseorang dengan seragam basket.

"Pak, ini uangnya. Dia ga jadi naik," ucap orang itu, Mike, sambil memberikan selembar berwarna hijau. Mike langsung menarik Carra menuju parkiran. Carra berusaha melepaskan cekalan tangan Mike.

"Lo apaan sih!" ucap Carra setelah tangannya terlepas.

Merasakan tangan Carra terlepas, Mike pun menghentikan langkahnya. "Lo pulang bareng gue aja, ga usah naik taksi."

"Tapi gue udah pesan Mike. Lo seenaknya aja tadi." Carra langsung membalikkan badannya, dia berniat memesan taksi lain.

Kok Carra plin-plan sih orangnya? Tadi baik sekarang jutek, aneh. Melihat Carra berhenti melangkah, Mike langsung bersidekap.

Carra menghentikan langkahnya karena teringat hal itu. Ya ampun, kok gue lupa terus sih? Carra mengambil nafas dalam dan berbalik lagi. Dia melihat Mike yang bersidekap seakan menunggu Carra berbalik.

Venganza✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang