Setiap pertemuan pasti ada tujuannya, begitu juga dengan pertemuan kita.
-------------------------------------------------------"Carra bangun! Bentar lagi bel nih." Sella berusaha membangunkan Carra yang tampak tidur nyenyak.
"Hmm," gumam Carra sambil merentangkan tangannya tinggi-tinggi, gerakan khas orang bangun. Carra masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih setengah.
"Bisa-bisanya lo tidur padahal ini kelas ribut banget." Sella hanya geleng-geleng melihat Carra yang masih mengantuk.
Setelah nyawanya sudah terkumpul, Carra mengedarkan pandangannya ke sekitar menatap teman sekelasnya. Kelasnya sudah tampak ramai meski beberapa masih di luar. Saat masih asyik menatap sekeliling, tanpa sengaja Carra melihat ke arah pintu. Carra melihat seorang cowok yang masih menenteng tas di bahu menatapnya lekat. Carra melihat ke belakang lalu ke kiri dan kanan, memastikan lagi siapa sebenarnya yang ditatap cowok itu. Carra tidak mau terlalu percaya diri dulu. Tapi, di sekelilingnya kosong. Sella dan Lisa juga tidak terlihat.
Tak mau ambil pusing, Carra sedikit merapikan rambutnya yang mungkin saja berantakan karena dia tidur tadi. Cara berusaha menyibukkan dirinya. Sesekali Carra melihat ke arah pintu, cowok itu masih setia berdiri di situ sampai bel berbunyi. Siapa ya itu cowok? Gue pernah ketemu ga ya sebelumnya? Aneh banget, mana tadi senyum-senyum sendiri lagi.
Lamunan Carra terhenti saat seorang guru memasuki kelas. Sepertinya itu Pak Tobi yang Carra ketahui sebagai wali kelasnya.
"Selamat pagi anak-anak. Perkenalan nama saya Pak Tobi. Saya akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun ini. Saya juga akan mengajar kalian biologi. Senang bertemu kalian," ucap Pak Tobi sambil tersenyum. Pak Tobi sepertinya cukup asyik, tidak terlalu kaku. Pak Tobi juga terlihat lucu dengan kumisnya yang selalu dia pegang. Carra tertawa dalam hati, sepertinya itu kebiasaan beliau.
"Sekarang perkenalkan diri kalian masing-masing. Silahkan berdiri dari...kamu." Pak Tobi melihat-lihat muridnya sebelum matanya tertuju pada Carra. Carra terpilih untuk maju pertama. Diam-diam Carra menghela nafas. Carra tidak suka menjadi yang pertama atau terakhir, dia lebih suka berada di tengah.
Meski tidak suka, Carra tetap harus berdiri. "Nama saya Carissa Geneysia Immanuel."
Carra sudah hampir duduk saat wali kelasnya menyahut, "masa cuma kenalin nama? Hobi, makanan kesukaan sama cita-cita kamu mana?"
Carra menghela nafas lalu berdiri tegak lagi. "Hobi saya mendengarkan lagu, menyanyi dan membaca. Makanan kesukaan, semua makan. Cita-cita penyanyi." Teman sekelas Carra tampak kagum saat mendengar cita-cita Carra.
"Wah, ada calon artis nih," sahut salah satu teman sekelasnya sambil cengengesan ga jelas.
Pak Tobi tersenyum. "Bagus sekali. Semoga cita-citanya dapat tercapai. Silahkan duduk. Hmmm selanjutnya...
Satu persatu murid memperkenalkan diri masing-masing. Carra tidak memperhatikan sama sekali, menurutnya semua tidak penting. Lama-lama mereka akan saling kenal dengan sendirinya.
Tak terasa belajar sudah berbunyi lagi, waktu istirahat. "Oke anak-anak, silahkan istirahat. Setelah masuk, semua langsung kumpul di aula ya."
Pak Tobi berjalan keluar dari kelas setelah mengingatkan muridnya. Semua murid bergegas menuju kantin, lapar.
"Carra kantin yuk," ajak Sella. Carra hanya mengangguk dan segera menyusul Lisa yang sudah menunggu di pintu.
Saat sedang dalam perjalanan menuju kantin, Carra tiba-tiba berhenti. Hal itu membuat Sella dan Lisa yang berjalan di belakang Carra hampir menabrak punggungnya.
"Ya ampun Carra, jangan berhenti sembarangan dong," ucap Lisa kesal.
Carra bergeming di tempatnya. Pandangannya terkunci ke depan. Melihat tidak ada respon dari Carra, Lisa mengangkat pandangannya ke depan untuk melihat apa yang dilihat Carra sampai terbengong seperti itu. Lisa mengernyitkan dahi melihat ada seorang cowok di depan sana. Cowok itu juga terlihat bergeming menatap Carra. Itu cowok di depan kelas tadi kan? batin Carra.
Cowok itu tersenyum lalu berjalan menghampiri Carra. "Kita bertemu lagi."
Setelah mengatakan satu kalimat itu, cowok itu langsung pergi meninggalkan tanda tanya yang mendalam pada kedua teman Carra.
~~~
"
Siapa sih itu cowok? Lo kenal?" tanya Lisa penasaran akan cowok yang sempat membuat langkah mereka terhenti tadi. Carra hanya mengangkat bahu, dia juga tidak mengenal siapa cowok itu.
Sella memandang Carra curiga, "lo yakin?"
Carra mendengus. Tak mau ambil pusing dengan kedua sahabatnya itu, Carra memilih untuk menyantap makanan yang ada di depannya. Meski merupakan murid baru dan ini merupakan hari pertama sekolah, ternyata Carra sudah menarik perhatian laki-laki. Terbukti dengan beberapa pandangan yang terarah padanya. Tetapi, sepertinya Carra yang cuek tidak menyadari hal itu.
Sella dan Lisa melirik satu sama lain saat melihat beberapa cowok menghampiri meja mereka.
"Hi," sapa salah satu diantara mereka dengan riang.
"Nama gue Mario, di sebelah gue itu Dion, Mark dan Steve. Nama kalian?" tanya cowok bernama Mario itu sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Gue Lisa dan ini Sella." Lisa menunjuk Sella yang duduk di sebelahnya lalu pandangannya tertuju pada Carra. Sedikit ragu, Lisa berkata, "dan ini namanya Ca..."
Ucapan Lisa terpotong karena Carra yang tiba-tiba berdiri. "Gue ke toilet."
Carra sudah akan meninggalkan meja saat Mario menahan tangannya. Carra tampak tidak suka dengan hal tersebut. Carra berusaha melepas cekalan di tangannya.
"Lepas," ujar Carra datar.
Mario tersenyum, "Nama lo siapa?"
"Lo ga perlu tahu." Carra yang berhasil menarik tangannya dari cekalan Mario langsung pergi begitu saja.
Mario tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. Baru kali ini dia ditolak. Meski tidak langsung, itu menyakiti harga dirinya. "Gue ditolak bro."
Teman-temannya menertawakan Mario. Belum pernah ada cewek yang menolak Mario, malah biasa mengejarnya. Lisa dan Sella meringis melihat Carra yang sudah meninggalkan kantin.
"Maaf ya kak, Carra emang gitu orangnya," ucap Sella mewakili Carra untuk meminta maaf, tanpa menyadari sudah menyebut nama Carra.
"Carra, jadi namanya Carra," gumam Mario dengan suara pelan. Tanpa mengatakan apa-apa, Mario langsung meninggalkan meja itu, diikuti yang lain. Sella dan Lisa meringis sambil saling menatap.
"Mampus dah." Sella dan Lisa hanya bisa pasrah.
~~~
Hi readers! 😀
Makasih udah tetap baca Venganza.
Hope u like it. ❤❤❤
Sorry, kalau ada kesalahan. Mohon maaf. 🙏🙏Pada chapter ini akhirnya mereka bertemu secara resmi untuk pertama kalinya. Ya, meski cuma saling tatap. Semoga cepat kenalan, hehehe.
Setelah pertemuan pertama ini, apakah akan ada pertemuan kedua dan seterusnya?
Terus ikutin cerita ini untuk mengetahuinya. Jangan lupa vote, komen dan, share cerita ini ke teman kalian. See u next chapter, byee~
KAMU SEDANG MEMBACA
Venganza✔
Roman pour AdolescentsVenganza Bahasa Spanyol yang berarti 'balas dendam'. Cerita ini menceritakan tentang bagaimana dendam bisa menghancurkan sebuah hubungan yang terjalin dengan baik. ---------------------------------------------------- Carissa Geneysia Immanuel, cewe...