21. Sakit

553 29 15
                                    


"Meski gue lakuin ini ada alasannya, gue mau lo tahu kalau gue tulus."
-----------------------------------------------------------

Carra berdecak sambil terus melirik jam di tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul 06:45, setengah jam lagi bel akan berbunyi tapi Mike tidak kunjung muncul.

"Kemana sih itu anak? Katanya mau jemput," gumam Carra. Lelah berdiri dan menunggu, Carra pun masuk ke dalam lagi.

"Kok belum berangkat sih Car?" tanya Jimmy heran melihat Carra yang belum berangkat dan mukanya tampak masam.

"Tukang ojeknya ga datang-datang," ucap Carra menahan kesal. Hari ini Senin dan akan ada upacara bendera. Carra tidak mau telat dan berakhir diberi hukuman.

"Tukang ojek? Pesan aja lagi," ucap Jimmy.

"Ish, bukan tukang ojek itu."

Jimmy mengernyit bingung, tetapi tak lama kemudian mengerti. "Oh, yang sering anterin lo pulang itu? Kok lo manggil dia tukang ojek sih?"

"Dia sendiri yang sebut kayak gitu," ucap Carra cuek.

"Tuh lah kan, tadi gue mau anter nggak mau, mau nunggu tukang ojek datang. Sekarang? Mau ga gue anter?" tanya Jimmy.

"Heh! Gue masuk emang mau nyuruh lo anterin," ucap Carra sambil memukul lengan Jimmy.

~~~

"Eh Carra, tumben banget lo ga disamperin fans lo," ujar Lisa karena tidak melihat kemunculan Mike ataupun Mario.

Carra yang ditanya hanya mengangkat bahu santai. "Bagus lah, malas banget liatnya."

"Kok lo gitu sih? Bukannya lo mulai dekat sama Mike?" tanya Sella sambil menyeruput es teh manisnya.

Carra mendengus malas melihat kedua temannya mulai membahas topik ini lagi. "Gue kan udah jelasin kemarin."

"Emang apa sih alasannya? Bilang dong, bikin penasaran aja," ucap Lisa.

Bukannya menjawab, Carra malah asik makan. Hal itu membuat Lisa ingin sekali memukul kepala Carra dengan apa pun supaya saraf Carra yang rusak bisa terperbaiki dan Carra bisa mendengar serta berbicara dengan normal lagi.

"HEH! Lo bisa ngomong ga sih?! Please, berhenti kacangin orang Carra! Berapa kali sih harus dibilangin? Lo bukan anak kecil!" ucap Lisa penuh emosi.

"Kalau ga suka ga usah ngomong lagi sama gue," balas Carra santai. "Gue juga udah sering bilang buat berhenti bahas dia. Lagian tumben marah-marah, PMS?"

Lisa semakin berang mendengar nada santai yang keluar dari mulut Carra. "Terserah lo aja!" Lisa langsung meninggalkan kantin.

Sella sendiri hanya diam mengamati keduanya. Sekarang dia dilanda dilema antara tetap bersama Carra atau mengejar Lisa.

"Lo kejar dia sana," titah Carra. Sella mengangguk dan tersenyum singkat pada Carra sebelum mengejar Lisa.

Carra hanya memandang punggung Sella yang semakin menjauh sambil tersenyum kecut. Lisa sendiri tidak akan marah lama padanya, nanti mungkin dia sudah akan bertingkah seperti biasa lagi.

Tak mau ambil pusing, Carra pun melanjutkan makannya sendiri. Iya, sendiri.

Ditengah-tengah makannya, dia melihat Claudio lewat di hadapannya. "Emm kak!" panggil Carra.

Claudio yang merasa dipanggil pun menoleh. "Temannya Mike kan?" tanya Carra. Claudio hanya mengangguk.

"Tahu ga dia dimana?"

"Lo ga tahu? Dia sakit, ga masuk," jawab Claudio.

"Sakit?"

"Iya."

"Oh, oke. Makasih infonya." Claudio pun melanjutkan langkahnya yang terhenti tadi.

Sedangkan Carra sudah memutuskan untuk menjenguk Mike pulang sekolah nanti. Kesempatan gue nih buat perhatiin dia.

~~~

Sesuai rencananya tadi, sekarang Carra sudah berada di depan gedung apartemen Mike. Setelah membayar ongkos ojek yang mengantarnya, Carra berjalan masuk tapi dihadang dua satpam.

"Mau cari siapa dek?" tanya salah satu satpam.

"Mike," jawab Carra. Ngapain sih nanya-nanya?

"Mike yang mana ya? Di sini ada dua Mike," ucap satpam yang lain.

"Michael Federico Susanto."

"Oke, kamar nomor berapa?" tanya satpam berbadan kekar itu lagi.

"Emang kenapa ya pak?" tanya Carra malas namun masih berusaha sopan.

"Kalau jawaban adek salah, adek ga boleh masuk. Di sini peraturannya seperti itu. Kalau adek emang temannya, adek pasti tahu."

Carra jadi teringat perkataan Mike waktu pertama kali berkunjung ke sini waktu itu. "Ini kamar gue, nomor 213, lo ingat ya, jangan dilupain. Cukup nama gue aja lo lupain. Nanti seandainya lo tiba-tiba kangen sama gue terus mau berkunjung, lo ga akan tersesat atau dilarang masuk."

"Nomor 213," ucap Carra.

Satpam itu kemudian mengecek daftar penghuni apartemen itu. "Silahkan masuk," ucapnya setelah memastikan Carra benar.

Carra pun masuk dan langsung menaiki lift. Tak lama kemudian, lift itu terbuka lagi. Huft, untung ga macet ditengah jalan.

Setelah sampai di depan pintu dengan angka 213, Carra langsung mengetuknya. Tak lama pintu terbuka.

"Carra?"

~~~

Halo semua! Udah lama ga update. Hehehehe. Ada yang nungguin ga? Makasih banyak buat yang masih nungguin dan baca cerita ini. Kalau ada yang salah, aku mohon maaf.

Btw, mau nanya dong kalian suka baca cerita genre apa? Komen ya :)

Kalau aku sih paling suka itu fantasy tapi tetap aja koleksi novel sama cerita wattpad hampir semua romance, heheheh.

Aku pingin tahu, apa tanggapan kalian untuk karakter cerita ini. Buat Carra, Lisa, Sella, Mike, Mario, Jimmy dan lainnya. Komen ya:)

Seperti biasa, jangan lupa buat vote, komen, dan share cerita ini. See u next chapter, byee~

Venganza✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang