27. Berantam

428 22 13
                                    


Mike menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Dia berusaha untuk sampai dengan cepat di tempat Naura berada. Naura sudah menunggu dia terlalu lama. Dan, itu semua disebabkan Carra.

Mike tidak memedulikan klakson mobil dan motor lain karena dia menyalip mereka. Dia juga tidak peduli jika dia mengemudi ugal-ugalan. Yang ada dipikirannya sekarang hanya satu, cepat menjemput Naura.

Setelah sampai, Mike memarkirkan motornya asal, kemudian langsung berlari menemui Naura.

"Naura!" panggil Mike.

"Rico, akhirnya kamu sampai!" ucap Naura senang saat melihat siapa yang menghampirinya.

Mike langsung memeluk Naura. "Maaf ya aku lama."

"Nggak apa-apa kok. Kamu mau jemput aku aja, aku udah senang." Naura membalas memeluk Mike dan menyandarkan kepalanya pada dada Mike.

Setelah beberapa menit, Mike melepas pelukan mereka. "Pulang yuk, udah malam. Sini koper kamu."

Mike kemudian mengambil alih koper Naura dengan satu tangan dan tangan satunya lagi menggandeng Naura.

Mike kemudian menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, meski sedikit susah karena koper Naura yang besar.

Naura yang berada di belakang, memeluk Mike sambil menyandarkan kepalanya pada punggung Mike.

Beberapa puluh menit kemudian, Mike menghentikan motornya di depan sebuah rumah berwarna putih. Mike lalu turun dan membantu Naura turun. Naura mengajaknya masuk dan Mike dengan senang hati menyetujui.

"Kamu mau minum apa?" tanya Naura setelah mereka berdua duduk di ruang tamu.

"Aur putih aja." Naura mengangguk lalu beranjak menuju dapur.

Mike yang ditinggal membuka ponselnya dan terpampang lah foto Carra yang dia pakai sebagai wallpaper. "Astaga! Carra!"

"Ada apa Ric?" tanya Naura sambil menyodorkan segelas air minum.

"Aku tinggalin Carra di mall tadi. Dia udah pulang belum ya?" Mike melihat jam di ponselnya yang sudah menunjuk pukul 10 malam.

"Kamu tinggalin dia?"

"Iya. Malah tadi aku ngebentak dia," ucap Mike frustasi.

"Kenapa kamu bentak dia?" tanya Naura. "Gara-gara kamu jemput aku ya?"

"Nggak kok," jawab Mike sambil tersenyum. "Bukan karena kamu kok. Kami tadi berdebat aja."

"Pantesan kamu lama, ternyata lagi bareng dia."

"Maaf ya aku lama."

"Udah. Gak pa-pa."

"Ya udah. Ini udah malam, aku pulang ya," ucap Mike sambil bangkit berdiri.

"Jangan pulang," ucap Naura sambil menahan tangannya. "Aku takut sendirian. Temanin."

"Tapi-

"Ric, kamu tahu kan aku ga berani ditinggal sendirian? Kalau nanti ada apa-apa gimana? Kamu tega tinggalin aku?" Naura menatap Mike dengan tatapan memelas berharap Mike tidak tega melihatnya.

"Ya udah aku temanin kamu." Mike akhirnya luluh juga. "Tapi, aku pastiin Carra udah pulang dulu ya?"

"Aku ikut!" seru Naura langsung.

"Ga usah. Kamu tunggu di sini aja, aku pasti balik kok," ucap Mike pelan agar Naura menurut.

"Gak! Pokoknya aku ikut!" Naura tetap memaksa. "Kalau aku gak ikut, kamu ga boleh pergi. Aku ga mau sendirian Ric."

Mike menghela nafas lelah, "ya udah. Ayo."

Naura langsung menyunggingkan senyum kemenangan mendengar itu. Dia tentu harus tahu dimana rumah Carra. Mungkin suatu saat itu akan berguna, saat dia ingin memperingati Carra mungkin?

~~~

Mike sudah menunggu di depan gerbang rumah Carra selama hampir satu jam. Sekarang sudah hampir tengah malam tapi Carra tidak kunjungi menjawab teleponnya.

Mike mengerang kesal saat teleponnya lagi-lagi berakhir dengan suara operator. Naura menatap Mike yang masih mencoba menelepon Carra dengan malas. Ternyata Carra anak orang kaya, itu terlihat jelas dari rumahnya yang mewah. Setidaknya itu yang dapat Naura simpulkan.

"Rico, udah mau tengah malam nih, aku udah ngantuk banget. Pulang aja yuk? Dia pasti udah pulang," ucap Naura sambil menghampiri Mike.

"Kamu benar. Dia pasti udah pulang, makanya dia bisa suruh satpam untuk ngelarang aku masuk," ucap Mike. "Ayo kita pulang aja. Maaf ya, kamu pasti capek banget." Naura hanya mengangguk sambil menguap.

"Besok aja aku minta maaf," ucap Mike. Tapi aku gak akan biarkan semua itu terjadi Rico sayang.

Carra memang sudah pulang dari tadi. Dia menelepon Jimmy untuk menjemputnya tadi. Dia melihat kedatangan Mike dan memerintahkan satpam untuk melarangnya masuk. Dia masih marah dengan Mike yang sudah membentak dan meninggalkannya tadi. Terlebih lagi Mike datang bersama Naura. Bayangkan saja betapa kesalnya Carra.

Sella dan Lisa benar, seharusnya dia menolak Mike tadi. Mereka juga benar, Naura akan menjadi pengganggu hubungannya dengan Mike. Dia hanya akan mengacaukan semua rencana Carra. Carra sekarang bingung harus berbuat apa. Dia berpikir untuk meminta saran kedua sahabatnya.

Carra menutup gorden kamarnya saat melihat motor Mike sudah menghilang bersamaan dengan Jimmy yang memasuki kamarnya.

"Carra, kok lo ga temuin dia sih? Dia nunggu lama loh," tanya Jimmy sambil duduk di kasur Carra.

"Lo ga lihat dia bareng cewek? Ngapain gue temuin dia? Biar tahu rasa, seenaknya aja bentak gue terus ninggalin lagi. Emang dia kira dia siapa?"

Jimmy malah tertawa mendengar gerutuan Carra. "Kenalin dia dong."

"Gak. Lo ga perlu kenal dia."

"Ish pelit! Gue kan cuma mau kenalan sama calon adik ipar gue," ucap Jimmy.

"Dia bukan calon adik ipar lo!" sahut Carra tidak terima.

"Suatu saat bakal kan? Lagian dia kan pacar lo."

"Cih, pacar," decih Carra. "Gue putusin juga itu orang."

"Kalian berantam ya?"

"Menurut lo?!" tanya Carra dengan tidak santai.

"Eh, santai buk. Cuma nanya," ucap Jimmy sambil mengangkat tangannya seperti ditodong.

"Nanya tuh yang berfaedah napa?" ucap Carra datar. "Udah keluar sana, gue mau tidur."

~~~

Halo semua! Udah lama ga update. Maaf ya, aku sibuk sama tugas sekolah. Kalau sempat aku pasti update kok. Selalu ikutin cerita ini ya!

Jangan lupa buat vote, komen, dan share cerita ini ke teman kalian. See u next chapter, byee~

Venganza✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang