"Serius lo?!" tanya Lisa saat Carra selesai menceritakan kejadian semalam. Carra hanya mengangguk."Wah, ngajak berantem Mike. Beraninya dia gituin sahabat gue," ucap Lisa yang dianguki Sella.
"Biarin aja kali."
"Kok biarin sih? Cowok kayak gitu tuh harus dikasih pelajaran," ucap Sella. "Lagian, udah dibilangin juga tolak dulu."
"Gue kan ga ada perasaan sama dia, jadi gue ga peduli dia mau ngapain," ucap Carra.
"Lo jangan lain di mulut lain di hati dong," ucap Lisa. "Jujur aja napa? Siapa sih yang ga kesal kalau jadi lo?"
"Iya. Jangan mau disakitin Carra. Lebih baik lo putusin dia sekarang daripada nanti lo nangis-nangis dia sakitin," saran Sella.
"Gue ga bakal putusin dia. Gue udah berjanji ini semua bakal berakhir kalau dia putusin gue," ucap Carra sambil meminum jus jeruknya.
"Ya ampun Carra! Terserah lo deh. Yang penting udah kami bilangin," ucap Lisa pasrah dengan Carra yang keras kepala. "Jangan ngadu sama kami kalau lo disakitin."
"Lo yakin bakal kuat?" tanya Sella.
"Iya lah!" jawab Carra yakin.
Ketiganya pun berhenti berbicara dan melanjutkan makan mereka yang terhenti karena cerita Carra tadi. Ditengah-tengah acaranya makan mereka, seseorang datang menghampiri mereka.
"Hi semua!" sapa orang tersebut riang. "Apa kabar? Lama ga jumpa."
"Kak Mario?" ucap Lisa.
"Iya. Ga lupa kan sama gue?" tanya Mario dengan senyum lebar.
"Gak kok," jawab Lisa. Carra sendiri tidak memedulikan kedatangan Mario dan tetap fokus pada makanannya.
"Carra, kangen ga sama gue?" tanya Mario pada Carra.
"Ga," balas Carra singkat.
"Yah, sedih deh," ucap Mario pura-pura bersedih. "Gue gabung di sini ya?"
"Tapi cuma ada satu kursi," ucap Sella.
"Ga pa-pa. Kalian cari tempat lain sana." Teman-teman Mario yang semula berdiri di belakang cowok itu langsung beranjak pergi setelah mencebikkan bibir dan menjitak kepala Mario.
"Btw, kalian penasaran gak gue selama ini kemana?" tanya Mario berharap.
"Gak!" jawab ketiganya berbarengan memancing tawa Mario. "Canda kak."
"Gue juga cuma bercanda kok. Tapi, karena kalian mau tahu gue bakal bilang." Ucapan Mario membuat Carra memutar bola mata malas. "Gue sibuk persiapan belajar nih. Terus kemarin gue ada urusan keluarga jadi izin."
Sella dan Lisa hanya mangut-mangut mendengar perkataan Mario. Jangan tanya apa yang Carra lakukan. Dia htidak peduli dan tetap menyantap makanannya.
"Jadi, gue mau tanya. Selama gue pergi, udah sejauh mana hubungan lo sama Mike?"
"Kenapa memangnya?" Ini adalah kalimat pertama yang Carra ucapkan setelah kedatangan Mario.
"Gue cuma pengen tahu."
"Kami pacaran. Ada masalah?"
"Oh ya? Segitu telatnya gue?" tanya Mario lebih terhadap dirinya sendiri.
"Ga juga kok. Mungkin dulu gue lebih suka Carra sama Mike tapi sekarang gue lebih pilih lo sebagai pacar Carra," Ucap Lisa membuat kening Mario berkerut bingung.
"Loh kenapa?"
"Lo ga perlu tahu." Ucapan Carra membuat Lisa tidak jadi berbicara. "Ini masalah kami."
"Iya, lo benar. Tapi, tadi gue lihat Mike bareng perempuan cantik ke ruang guru." Sebenarnya itulah alasan kenapa Mario kembali mendekati Carra. Dia sudah ikhlas awalnya melepaskan Carra, tetapi Mike malah menyakiti Carra dengan bersama perempuan lain. Meski awalnya ragu, tetapi setelah mendengar ucapan Lisa tadi dia yakin dia benar.
Ucapan Mario tadi membuat suasana menjadi hening. Semuanya diam, bahkan Carra langsung melepaskan sendok yang digenggamnya dan mengepalkan tangannya. Pantas saja Mike tidak menjemputnya pagi ini dan membuat dirinya hampir telat.
Carra tiba-tiba saja beranjak pergi membuat semua yang duduk semeja dengannya menatapnya heran. Mario pun langsung mengejar Carra yang sudah menghilang.
"Carra tunggu!" panggil Mario sambil tetap mengejar. Mario juga ikut berhenti saat melihat Carra berhenti.
Ternyata Carra menghentikan langkahnya karena ada Mike dan juga Naura yang setia mengalungkan tangannya pada lengan Mike. Keempatnya membuat semua orang membicarakan mereka.
"Siapa tuh yang sama kak Mike? Bukannya dia sama kak Carra ya?" bisik seorang murid kelas 10 yang melewati mereka. Carra yakin dia pasti akan ikut menjadi gosip beberapa hari kedepan.
"Loh? Carra sama Mario ya? Gue kira sama Mike," ucap anak kelas 12 yang merupakan teman sekelas Mario.
Keempatnya sudah berhenti sedari tadi dan masih saja diam saling menatap tanpa memgucapkan sepatah kata pun. Pandangan Carra tertuju pada Mike dan tangannya yang digandeng Naura. Dia menatap Mike tajam sekali lagi dan langsung berlalu begitu saja.
"Carra," panggil Mike sambil menahan lengan Carra.
"Lepas." Carra melepaskan tangan Mike dengan mudah dan langsung pergi tanpa memedulikan panggilan Mike. Emang enak dikacangin? Siapa suruh kemarin kacangin gue, di mall lagi.
Mario sedari tadi masih tetap mengekor di belakang Carra. "Carra, lo mau kemana?"
"Lo mending pergi deh. Gue lagi bad mood banget. Mending pergi sebelum gue lampiaskan kekesalan gue sama lo."
Mario tersenyum lalu menarik Carra untuk mengikutinya. "Ikut gue yuk."
"Gak! Lepasin." Carra melepaskan cekalan Mario.
"Ikut aja yuk, gue bakal bawa lo ke tempat yang bakal lo suka. Percaya deh." Carra yang masih kesal dengan Mike punya mengikuti Mario. Dia tidak mau berada di kelas karena mungkin saja gosip baru itu sudah menyebar dan dia akan diberondongi pertanyaan oleh teman sekelasnya.
Mario merasa senang karena Carra menurutinya. Dia pun membawa Carra menuju rooftop sekolah yang tidak pernah didatangi murid karena kurang terurus.
"Gimana suka gak?" tanya Mario saat mereka sudah sampai. Angin di atas sini sangat sejuk dan menenangkan. Carra pun mengangguk karena memang menyukainya.
"Ayo, kita naik ke sana." Mario menunjuk atap kecil yang bisa dinaiki. Dia naik duluan kemudia membantu Carra naik.
"Waw," ucap Carra terkagum-kagum karena pemandangan dari sini yang sangat indah. Dia bisa melihat lapangan sekolah di sebelah kanan dan jalanan depan sekolah di sebelah kiri. Di belakangnya juga terdapat pemandangan kota Jakarta dengan gedung tinggi dimana-mana. Dia tidak menyesal mengikuti Mario ke sini. Dia benar-benar merasa tenang.
"Bagus kan pemandangannya?"
Carra mengangguk sambil tersenyum. "Gue suka banget, makasih ya."
"Iya. Gue juga suka ke sini kalau lagi bad mood. Lupain aja masalah lo sama Mike," ucap Mario sambil menatap Carra lembut. "Ga ada murid yang mau ke sini karena kurang terurus padahal bagus banget. Tapi bagus sih, jadinya lebih enak."
Keduanya menghabiskan istirahat bersama sambil saling bercerita dan melepas tawa. Carra merasa sangat senang. Dia bisa tertawa begitu lepas tanpa beban sama sekali. Dia juga bisa melupakan masalahnya dengan Mike untuk sesaat.
~~~
Halo semua! Apa kabar? Makasih masih baca cerita aku. Mohon maaf apabila ada yang salah.
Karena dari kemarin udah kesal-kesalan, hari ini jangan dulu deh. Istirahat bentar. Jadi kalian masih tim Mike Carra atau tim Mario Carra?Jangan lupa buat vote, komen, dan share cerita ini ke teman kalian. See u next chapter, byee~
KAMU SEDANG MEMBACA
Venganza✔
Fiksi RemajaVenganza Bahasa Spanyol yang berarti 'balas dendam'. Cerita ini menceritakan tentang bagaimana dendam bisa menghancurkan sebuah hubungan yang terjalin dengan baik. ---------------------------------------------------- Carissa Geneysia Immanuel, cewe...