"Eh dek Yoona udah dateng, sehat kamu nak?" Yoona disambut baik keluarga Pak Herman, meski hanya diam dan wajah datar yang Yoona tunjukkan, "Na itu ditanya sama Tante Dewi." Bu Boa berbisik lalu menyikut pelan Yoona yang duduk di sampingnya.
"Baik Tante." Ucap Yoona dingin.
"Hus hey senyum dong!"
Menuruti Mamih, Yoona mengangkat naik urat bibirnya walau terpaksa, "Maaf ya Bu, anak saya rada jutek kalo baru ketemu laki-laki." Kata Mamih mencoba membuat keluarganya Ichang tetap dalam suasana hati yang baik.
"Na gak boleh gitu ah." Mamih berbisik kembali di telinga Yoona, sebisa mungkin Yoona ingin keluar dari situasi yang tak sesuai dengan hatinya, pergi menghindar jauh lebih baik daripada munafik, baik di depan membenci di belakang. Tapi itu tidak tak semudah yang dipikirkan, kadang melukai perasaan orang lebih buruk daripada terang-terangan memberikan penolakan.
"Jadi kalian saling kenal karena Yoona kerja di perusahaannya Ichang?"
"Iya Mah, Yoona awalnya driver ojek tapi Ichang pindah tugasin jadi customer care karena kebetulan kita kekurangan setelah satu karyawan kita resign."
"Kalian cukup deket dong kalo ruang kerjanya gak berjauhan."
"Iya, sebelum saya resign."
"Resign?" Mamih keheranan, karena Yoona belum cerita soal pengunduran dirinya dari kantornya Ichang, "Kamu beneran resign dari kantor?"
"Demi kentrentraman hati, Yoona resign dari kantor," Yoona mendelik ke arah Ichang, "Karena Yoona belum siap dengan semua ini, permisi saya harus keluar sebentar." Daripada makin runyam, Yoona memilih hengkang meninggalkan meja, pergi keluar gedung restoran.
"Saya juga permisi Om, Tante, Mah, Pah." Ichang ikut beranjak dari kursi menyusul Yoona yang pergi meninggalkan meja.
"Yoona!" Ichang meraih tangan Yoona, "Saya minta maaf kalo saya bikin kamu gak nyaman soal ini, saya gak mau kamu jadi gini sama orang tua kamu sendiri. Mana Yoona yang lembut dan ramah? Kalo kamu gak suka sama saya gak berarti kamu harus bertindak semena-mena sama orangtua kamu."
"Makasih Pak, saya coba untuk tetap tenang tapi untuk kali ini saya rasa saya belum bisa."
Yoona menghindar untuk tidak terlalu lama dengan Ichang, siapapun itu Yoona ingin menghindar dari semua yang ada sangkut pautnya dengan drama perjodohan ini.***
Menganggur tanpa pekerjaan di rumah itu terasa memang kadang menyenangkan bisa malas-malas santai-santai sendiri. Tapi kalau perasaannya lagi galau, mana bisa dong nikmatin waktu. Itulah yang Yoona rasakan saat ini, hanya diam dan banyak melamun kerjaanya itu itu saja.
"Hello...sister Yoona ada what with you? Kenapa your face like paper contekan, lecek you know."
"Apa banget Mark, lo jangan bikin gue tambah bete dengan kegajean lo ya.'
"What? Bete?"
"Aku bete sama kamu aku sebel sama kamu aku keki sama kamu aku bete bete bete." Mark joget-joget sambil nyanyi dangdut di depan Yoona, tujuannya cuma biar kakak sulungnya bisa tersenyum lagi, gak manyun terus kayak sekarang.
"Sumpah gak lucu!" Bukannya terhibur Yoona malah melayangkan bantal ke kepala Mark, bukan senyum malah tambah bete Yoona dibuatnya.
"Halo, Apaaah? Gue diterima kerja di cafe lo? Oke gue siap-siap kesana sekarang!" Yoona masuk ke kamar, siap-siap ke tempat dimana cafe milik temannya itu berada.
"Yah angry aja like perawan huh!" Mark mendengus ketus gara-gara Yoona, "Eh iya masih virgin tapi lapuk hiih pantes angry terus worknya."
"Halo Kak Chu!" Mark mengambil ponselnya menelpon Jisoo, kakaknya yang lain sepertinya ia sedang merencanakan sesuatu, "Laksanakan Kak Chu!" Mendengar perintah Kak Chu lewat telepon, Mark berlagak macam dapat perintah dari komandan pasukan tentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONIS (Brondong Manis) (iya ✖ osh)
Fanfictiongue sayang sama lo kak -Sehun sorry, gak doyan brondong apalagi sepupu sendiri -Yoona Hidup Yoona berubah ketika Sehun, sepupunya numpang tinggal di keluarganya. +retjehh +bahasa non baku +lokal