Berlarian Yoona langsung mencari dimana kamar tempat Mamih dirawat. Di ruang tunggu, Sehun menanti kehadiran anggota keluarga lain datang. "Gimana kondisi Mamih?" Gemetar dan kesedihan melanda hatinya, "Tante tadi pingsan di rumah, yang gue tau hidungnya tadi mimisan dan banyak memar di badannya."
"Ya ampun Mamih..."
"Mohon maaf mengganggu, apakah saya bisa bertemu dengan pihak keluarga dari Ibu Boa?" Dokter berntanya ketika keluar dari ruangan tempat Mamih diperiksa, "Saya putrinya Dok, Mamih saya kenapa Dok?" Dua binar mata yang meredup seakan ikut khawatir mengikuti suasana hatinya.
"Kami telah menganalisis hasil dari pemeriksaan gejala-gejala yang terjadi pada Ibu anda, setelah kami periksa Bu Boa punya riwayat pernah menjalani kemoterapi untuk penyakit kankernya dan bisa pulih tetapi untuk kali ini saya harus katakan bahwa Bu Boa terdiagnosis mengalami Acute Myeloid Leukemia (AML) dengan resiko tinggi."
"Jadi Mamih selama ini..."
"Na, Mamih gimana kondisinya?" Dengan kepanikan kedatangan Papih bersambut tanya pada sang putri sulung yang terlebih dahulu sudah sampai rumah sakit.
"Papih kenapa gak pernah bilang sama Yoona kalau Mamih menderita selama ini?"
"Papih sama Mamih kenapa gak pernah bilang kalo Mamih sakit, kenapa Pih?"
"Kenapa?"
Sungguh segala emosi rasanya ingin diluapkan, amarah dan air mata berlomba-lomba menguasai seorang Yoona yang memukul-mukul dada Yunho, sang ayah yang tak sempat mengatakan sebuah derita yang Mamih pendam selama ini. "Mamih gak mau anak-anaknya sedih Na." Papih membalasnya dengan dekapan hangat untuk putrinya, "Kalo Mamih jujur pasti gak akan kayak gini kejadiannya Pih."
"Om saya permisi duluan ya!" Sehun pamit karena harus kembali ke sekolah, kehadirannya di sini pun terasa bagai bayangan tak terlihat, sebelum ketidaknyamanan itu berlanjut, Sehun memilih kembali me sekolah.
***
Terduduk dengan lara hati di depan ruang tunggu pasien, Mamih ditemani Papih di dalam kamar sedang Yoona sendiri bersama air matanya di ruang tunggu. Diri dan jiwanya merasa berdosa atas penyakit yang diderita Mamih saat ini, terlalu sering rasanya ia membangkang pada Mamih dalam hidupnya.
"Na... Are you okay?"
Ichang memijakan kakinya di depan gadis yang kini berpilu menangis dengan tatapan kosong, tanpa harus banyak berkata Yoona memeluk Ichang karena terlalu sesak laranya jika hanya sendirian ia merasakan, pelukan hangat Ichang mungkin sanggup sedikit melegakan pilunya walau sebentar saja.
"Saya terlalu banyak salah sama Mamih."
"Ini bukan salah kamu Na," Tangan Ichang mengusap helaian surai hitam milik gadis yang tersengut-sengut bersedih dalam pelukannya, "Ini hanya sepetik kisah perjalanan dalam kehidupan, kamu kuat untuk menghadapinya Na, itu pasti."
"Saya terlalu banyak salah sama orang termasuk kamu dan Mamih."
"Kamu boleh sedih tapi menyalahkan diri sendiri itu gak baik."
Dari jauh Sehun hanya terdiam terhenyak sendiri menyaksikan bagaimana Yoona memeluk Ichang dan lelaki itu membalas dekapan kesedihan gadis yang seharusnya mungkin memeluknya. Keadaan yang seharusnya benar terjadi tetapi salah menurut perasaannya, mengapa harus terjadi kegoncangan dalam hubungan yang dinantikannya, apakah memang sejak awal cintanya memang salah?
kringg...krrinnggg...
Ponsel milik Sehun bergetar. Sebuah panggilan dari Ambu di Bandung yang harus Sehun jawab, "Iya Mbu, Abah sakit?" Sehun mendapat kabar dari Ambu mengenai kondisi Abah yang ternyata sedang sakit juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONIS (Brondong Manis) (iya ✖ osh)
Fiksi Penggemargue sayang sama lo kak -Sehun sorry, gak doyan brondong apalagi sepupu sendiri -Yoona Hidup Yoona berubah ketika Sehun, sepupunya numpang tinggal di keluarganya. +retjehh +bahasa non baku +lokal