Tadi salah namain, aku ngeklik chapter 17 terus mau namain ulang karena agak kurang cocok sama sub-judul awalnya. eh malah kepencet epilog, epilognya kuganti namanya masa, ngga sadar serius wahaha. Wattpad-ku error, part yang ditulis jadi acak kenapa ya? Idiot emang ini wp makin lama makin ngga ada akhlak. Tapi untung ngga dibaca duluan sama kalian:(
Yaudah, cepet baca!
***
Pagi ini sarapan bersama seperti biasa, namun sepertinya pagi yang ini beda lantaran semua anggota keluarga kesiangan. Masalahnya, yang membuat Ibu Yura sedikit kesal, kedua anaknya yang tinggal; Ryu dan anak bungsu, keduanya sudah dibangunkan dari sejam lalu. Namun keduanya masih saja kesiangan hingga kemarahan menggumul di kepala Ibu Yura ketika wanita itu harus kembali memanaskan makanan.
Ibu Yura. Wanita itu selalu mewajibkan sarapan dan entah waktu jam makan sebagai waktu bersama, sebab diluar jam itu, semuanya sudah sibuk dengan dunianya. Jadi alih-alih mengomel, wanita nyaris renta itu sejatinya hanya tidak ingin kehilangan waktu bersama keluarga. Ibu Yura sangat merindukan ketika meja makan terisi banyak makanan sedang anak-anaknya berebut mencomot paha ayam. Itu dulu sekali ketika wanita itu belum menikah dengan Ayah Ichi. Selepas menikah dengan Ayah Ichi, Ibu Yura semakin tak miliki waktu emas untuk anak-anaknya.
Mereka dibiarkan hidup lepas sedang Ibu Yura dan Ayah Ichi harus menetap di Tokyo, Ibu Yura menemani mengurus perusahaan Ayah Ichi yang kala itu terlilit masalah dan tentu menyangkut gulung tikarnya perusahaan itu. Mereka sangat sibuk mengembalikan dan menyelesaikan banyak masalah. Membantu serta mencoba merunut benang. Maka dari itu Ibu Yura seakan ingin meminta maaf dan membayar waktu yang terbuang.
Kini Ibu Yura duduk, mulai membagi nasi dalam mangkuk kecil berwarna hitam. Yoon yang menatap Ibu Yura kini tersenyum di kala bibinya itu menyodorkan mangkuk yang berisi nasi hangat (menuju dingin).
"Senyumlah sedikit, Bibi. Ayah, kan, tidak suka kalau bibi marah."
Ibu Yura menatap Yoon, "Diamlah. Lihatlah adik iparmu. Terlebih pada Ryu. Bisa pula Ryu itu, dia padahal sudah lebih dulu pulang kemarin lusa, tetapi entah mengapa alasannya lelah. Tidak masuk akal sekali."
Yoon hanya terkekeh seadanya. Ia menunduk. Tentu saja ia tahu alasan Ryu lelah. Pertengkaran Yoon dan Ichi tentu terdengar Ryu. Ceritanya panjang. Termasuk ketika Ryu juga mendengar suara desahan. Idiot sekali. Itu memalukan. Ryu sendiri yang menceritakan proses mengupingnya itu di pagi hari sekaligus kala wanita itu bertanya apakah Yoon dan Ichi baik-baik saja, dan tersipu sambil menggaruk kepala saat bercerita tentang desah. Lantas setelahnya jadi runyam sebab Ryu tragisnya menjadi samsak seorang Ichi. Kasihan sebenarnya.
Menuruni tangga, Yoon yang mendengar langkah kaki dari atas kini menoleh. Pun juga Ibu Yura dan si anak bungsu. Semuanya termasuk Ryu yang kembali melangkah ke meja makan sembari mengibas-kibaskan tangan pun ikut terhenti. Mungkin kecuali Ayah, pria renta itu hanya menatap kosong ke piringnya, benar-benar tatapan yang sudah nyaris kosong sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLUVA
Fanfiction𝑻𝒉𝒆 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒐𝒇 𝑩𝒍𝒂𝒄𝒌-ü𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔, 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒕𝒂𝒓𝒕𝒔 𝒉𝒆𝒓𝒆 Atas semua hal kehitampekatan yang sudah didedah habis Yoon nyaris membuatnya kembali terlahir sebagai manusia kapas halus polos yang bersih. Pr...