10. From The Beginning For Ichi

210 97 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ichi masih sibuk mengunyah bongkahan croissant dalam mulutnya yang sedetik lalu digigitnya lumayan besar, asik duduk menyilang kaki di atas sofa empuk yang menyerong ke arah kaca besar pandangi luar bervirtual padatnya Tokyo dikala Yoon melempar sebuah undangan ke atas meja bundar di depannya, tempat meletakkan piring dan segelas jus apel.

Melirik sekilas. Hatinya membaca pelan, Pesta Peringatan Pernikahan...

Tidak perlu dilanjutkan lagi dan ia mampu sekonyong paham begitu saja. Ichi menatap Yoon sejenak, kembali mengunyah pelan setengah malas. Pria itu menatapnya datar. Dipalingkannya wajah, Ichi akan berpura-pura buram seakan tak pernah membaca deretan tulisan kejam di sana, serta untuk geram melihat seraut datar menyebalkan milik Yoon yang hampir terlihat semacam pria idiot antipati wanita berengsek seperti Ichi.

"Apa itu?" ucap Ichi sedatar mungkin, bahkan suaranya terdengar malas.

"Kamu buta?" Yoon memandang Ichi penuh kekakuan yang tidak pernah dilihat si istri sama sekali sebelumnya. Ichi mengernyit, wajahnya tidak terima atas perkataan Yoon. Namun dia tetap mempertahankan arah pandangan untuk tidak menoleh pada Yoon. "Kita pergi, hari ini." ucapnya lebih datar lagi dengan nada menitah.

"Aku tidak mau." tegas Ichi. "Jangan jadi suami yang tidak tahu diri, Yoon."

"Oh, begitu?" Yoon jengah, "Akan lebih tidak tahu diri membiarkanmu bodoh tinggal di sini sedang orang tuamu mengharap kedatangan kita."

Ichi menoleh, kepalanya meneleng. Sebenarnya dia enggan melanjutkan percakapan ini, namun Yoon seperti berharap untuk berdebat. "Kau bisa datang sendiri, kan? Lagipula, maksudmu apa? Kau hendak mengasihaniku lantaran menjadi gadis menyedihkan tidak punya keluarga? Seharusnya kau tidak perlu menerima perjodohannya, biarkan gadis yang kau anggap menyedihkan ini, tetap selamanya menyedihkan. Kau hanya tidak tahu bahwa janda jalang itu yang merebut kebahagiaan keluargaku."

"Jangan membuatku ingin menampar mulutmu!" ancam Yoon kaku sekali.

"Kau berani lakukan itu? Lakukan sekarang! Aku ingin tahu seberapa berengseknya dirimu." Ichi balik menantang, matanya nyalang tidak berkedip demi memastikan dirinya tidak takut apapun apalagi gentar dengan ancaman itu.

Yoon bergeming, ada napas dan hela yang terputus. Hampir setiap deru napasnya terasa tersengal. Yoon tidak mampu, bahkan dari awal menghadapi Ichi pun dia tahu akhirnya akan merasa tidak mampu untuk terus bertahan dengan kepicikan gadis yang menjadi istri kecilnya ini. Ichi keterlaluan, bahkan amarah Yoon yang telah ia salurkan ke dalam kepalan tangannya sendiri saja masih belum cukup mampu membendung kesalnya terhadap ucapan Ichi, gadis itu kelewatan. Namun apa yang mampu Yoon lakukan selain mengalah?

Yoon mengerjap, perlahan dibuka kepalan tangannya yang sudah memerah lantaran terlalu kuat mengepal. Bersama terbukanya kepalan tangan pria pucat itu, Yoon mengerjap. "Kamu dan aku. Bersiaplah. Sekarang."

HELLUVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang