08. Alarm

261 106 49
                                    

Sebab book ini emang hanya iseng-iseng di publish dan belum punya kesiapan dan hanya baru buat outlines

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebab book ini emang hanya iseng-iseng di publish dan belum punya kesiapan dan hanya baru buat outlines. Aku publish berarti aku niat ngetik, kalau engga ya tidak ada update. Dan aku, sungguh, ini ngetiknya super-ngebut selepas 대쥐타, MV Agust D 2 keluar.

Aku tahu part ini tidak terlalu istimewa dalam segi apapun, tapi ini hanya untuk menyampaikan seberapa besar senangnya aku dengan hari istimewa ini.

***

Tiada yang paling indah selain mengingat masa kecilnya di Okayama yang rasa-rasanya menjadi segenggam memori kecil berbasis kenangan menakjubkan. Dulu bukan lagi hanya kunjungan sekali dua kali mereka berkunjung ke Okayama. Mungkin mampu dikatakan semacam rutinitas tiap dua bulan sekali?

Ayah Ichi dulunya adalah pemuda yang dilahirkan dan hampir sebagian masa kecilnya dihabiskan di kota kecil Nagi, yang kini masuk dalam prefektur Okayama di distrik Katsuta. Ayah memang dibesarkan di Nagi, namun ketika nenek (ibu dari ayah Ichi) meninggal, pada usia delapan tahun ayah dibawa kakek ke Tokyo, bermaksud untuk membangun bisnis kecil di ibukota Jepang itu. Siapa sangka bisnis kecil yang dibangun dengan modal sisa hasil penjualan rumah, rupanya mampu bertransformasi pesat menjadi bisnis super manufaktur yang terus berkembang.

Masih segar sekali ingatannya tatkala temukan kenangan yang membawanya pada kunjungan pertama ke Negeri Bunga Sakura itu. Tentu kunjungan pertama mereka terlalu mengesankan, bahkan mampu menjejaki penghargaan yang Ichi berikan sendiri berupa medali spektakuler. Ichi untuk pertama kalinya tahu Tokyo adalah tempat paling ramai dan berisik. Di mana segala profesi dan jutaan aktivitas dapat ditemukan di sana. Usia Ichi masih delapan tahun waktu ayah menunjukkan bekas tempat tinggalnya dulu di Tokyo yang nyatanya telah dialihfungsikan menjadi gedung tekstil dan penyablonan tiga lantai. Kala itu, selepas berjalan-jalan seharian di Tokyo, ayah bilang bahwa Ichi seharusnya tahu lebih banyak bukan hanya sekadar Tokyo. Semua orang tahu Tokyo adalah ibukota jepang yang terlalu padat, namun belum tentu semua orang tahu letak Okayama dan Nagi yang terlampau indah dan hening.

Ayah memang jelas benar. Istimewa sekali Nagi itu, seistimewa pertemuannya yang singkat di air terjun. Ichi tidak dapat lupakan pertemuan itu yang membuatnya terus teringat pada kincir air buatan sepasang tangan kecil. Di Nagi pertemuan pertama itu rupanya jadi yang terakhir, sebab ketika kedua dan ketiga ia menunggu di batu besar air terjun, yang ditunggunya tidak lagi pernah muncul. Ayah bilang, mungkin ia bertemu dengan penunggu air terjun dan mengatakan bahwa Ichi mungkin hanya berimajinasi. Akan tetapi, Ichi dapat presisikan bahwa semua adalah nyata, kincir air itu adalah buktinya. Tatkala semua orang mengatakan bahwa ia hanya berimajinasi dan terus katakan bahwa: "Mana ada anak kecil mampu membuat kincir air di dekat air terjun?". Mulai saat itu ia tidak lagi pernah ceritakan apapun, termasuk tentang kerinduan bermain air terjun dengan teman yang ditunggunya itu.

Memori masa kecilnya teramat banyak yang indah di Jepang. Kincir air, jembatan antar desa, juga minka sederhana di di ujung tanjakan. Nagi jadi tempat yang lumayan. Maksudnya, lumayan membuat Ichi jadi terus galau. Kunjungan demi kunjungan Ichi, memori-memori baru berdatangan terus menjejali kepalanya nyaris semakin bersenang. Terang Ichi telah mulai melupakan teman air terjunnya itu, namun tidak dengan kenangannya. Paman Shimizu-lah yang menjadi temannya selama berkunjung ke Jepang. Orang tua itu adalah tangan kanan ayah, sekaligus orang yang mengurus bisnis manufaktur ayah di Jepang (sebab ayahnya sudah membangun bisnis lain di Korea, itulah mengapa tiap dua bulan sekali mereka mengunjungi Jepang. Semata mata dalam rangka menengok bisnis ayah). Paman Shimizu sudah Ichi anggap sebagai ayah keduanya. Orang tua itu tampak mengerikan hanya dengan melihat visual kasarnya dari luar. Namun hatinya jauh lebih baik daripada banyak orang yang mengaku baik di luar sana.

HELLUVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang