***
"Dapatkah kita pergi sekarang?"
Sederet yang terdiri dari empat kata itu didengarnya untuk pertama kali tatkala membuka mata, setengah mengerjap sipit pandangi satu objek yang masih buram-buram tampan. Kesadaran bahkan terasa merangkak lambat untuk sadarkan otak Ichi yang masih berproses. Hingga dirasai ada satu kejanggalan pada apa yang dilihatnya, Ichi lantas gelagapan mendudukkan tubuh sembari sedikit mundur dengan tangan yang gesit mengambil selimut, merekatkan selimut putih hangat itu guna tutupi dada. Seraut pasi tersirat jelas pada paras Ichi itu. Wajah bantal dipadu kurang indah atas rambut yang acak-acakan. Sayangnya, bagi Ichi, semua itu nomor dua selain tubuhnya yang harus dia lindungi.
"Hei, hei. Aku Yoon. Tadi kita sudah sepakat," ucap Yoon angkat tinggi-tinggi dua alis kapaknya itu. Coba bangkitkan kesadaran Ichi lebih banyak lagi. "ingat?"
Ichi coba renggut lagi kesadaran yang masih melayang-layang di atas kepalanya. Coba ingat kembali beberapa jam lalu. Tentu saja, ia baru ingat. Kala pertama tapaki langkah di bumi Jepang, lantas dapati seorang suruhan menjemput mereka di bandara bersama seorang wanita yang mungkin staff hotel, wanita senyum empat jari itu menjelaskan bahwa penyelenggara acara telah turut menyelenggarakan akomodasi dan penginapan untuk para tamu undangan yang tiba. Jelas kala itu Ichi sesak, bukan lantaran mereka harus tinggal di hotel sedang rumah Yoon sudah mengalahi luasnya kapal Titanic, tapi lantaran mendengar ucapan si wanita yang sambung penjelasan diakhir dengan nada sok turut bersukacita.
Dia bilang, "Bapak Park pimpinan memberi fasilitas khusus untuk Anda dan Nona, Pak Yoon. Kalian diberi kamar deluxe sebagai kado pernikahan, mengingat Pak Park tidak dapat hadir di hari pernikahan kalian. Di hari itu, beliau sedang berada di luar negeri untuk pengesahan proyek kerja samanya. Begitu yang beliau sampaikan, mungkin Anda juga telah mengetahuinya langsung dari Pak Park. Beliau akan temui kalian tepat saat pesta bila tidak ada kendala. Semoga kalian puas dengan pelayanan terbaik yang kami berikan." begitu jelasnya dengan senyum empat jari yang teramat manis menjadi penutupnya.
Dan setibanya di hotel. Ichi pikir, mereka akan dapat kamar sendiri-sendiri. Menyuarakannya itu pada Yoon, suaminya itu malah mengatainya tolol. Dan katakan bahwa; mana ada suami istri tinggal di kamar yang berbeda seperti kita? Pernikahan kita memang tidak waras. Jelas aku ini kekurangan gizi biologis.
Kesadaran lain mendadak menyergapnya tanpa jeda, sungguh merasa ditampar. Ichi sadar bahwa beberapa jam lalu ia luluskan kesepakatan yang Yoon ajukan. Tidak ada pura-pura salah pegang, tindih-menindih, dan keluar dari zona teritorial masing-masing. Begitu aturannya. Jelas ia luluskan kesepakatan itu, semua lantaran Ichi yang dapati tubuhnya lelah dan ingin cepat berbaring daripada tanggapi perang mulut.
Ichi mengusap wajahnya frustasi, dihelakannya napas yang nyaris seperti tertahan. "Ah, kau benar."
"Tidak usah terkejut lagi, aku tidak meraba apapun." obrol Yoon yang malah senang menanggapi. "Kamu sudah baikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLUVA
Fanfiction𝑻𝒉𝒆 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒐𝒇 𝑩𝒍𝒂𝒄𝒌-ü𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔, 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒕𝒂𝒓𝒕𝒔 𝒉𝒆𝒓𝒆 Atas semua hal kehitampekatan yang sudah didedah habis Yoon nyaris membuatnya kembali terlahir sebagai manusia kapas halus polos yang bersih. Pr...