***
Seolah tiada pedulikan dirinya yang mulai basah perlahan. Jelas ia berjalan di bawah langit yang tengah muntahkan ribuan kubik rintik air hujan. Tak sederas air bah, namun bila berjalan santai pasti akan kuyup juga.
Terobos hujan dengan langkah santai, berjalan sembari menenteng thai tea dalam cup dan menyesapnya disela dua langkah kaki jenjang menyusuri sepanjang bahu jalan. Yang berpayung bersitatap sedetik saat berpapasan, tak acuh justru memajan wajah pongahnya tatkala beberapa orang lemparkan tatap aneh. Semua tak ayal, sebab dia sendirilah gadis gila yang berjalan di bawah hujan tanpa payung.
***
Sejenak ruangan besar itu lengang, deru mesin pendingin ruangan terdengar samar dengan hening berkelindan di udara sejuk langit-langit. Tak ubahnya macam suasana yang senyap digerus kegugupan berpat-gulipat. Terdengar satu-dua hela rendah, sebab pria berjas itu tak hentinya mengedarkan pandangan. Tatap legat menikam raga itu amati satu persatu orang yang duduk memenuhi setiap kursi dalam satu meja besar, alih-alih mengintimidasi.
"Lima belas bulan mendatang bukanlah waktu yang lama, pun tak dapat disepelekan begitu saja. Tergantung pada kita yang menjalani. Persiapan seharusnya telah lebih matang, ditingkahi kinerja dinamis serta stabilitas konsisten. Aktivitas padat! Telah saya serukan berulang kali selepas Vociverouf menandatangani kontrak kerja sama. Jauh-jauh hari saya ingatkan akan jangka waktu, jadwal deadline telah ditentukan dan mereka tegaskan tak suka dengan kemangkiran perusahaan yang jauh dari kata kompeten. Lalu begitu, kita tunjukkan superioritas yang kita miliki. Dan itu seharusnya!"
Mengedarkan pandangan sekadarnya, "Saya benci katakan ini, namun Vociverouf menilai kinerja kita lambat tiga bulan terakhir. Ini bukan pertama kalinya kita menangani perusahaan kakap, semua puas hasilnya. Saya malu mendengar pertama kalinya ada perusahaan kelas kakap laporkan hal macam itu. Memalukan! Saya tak ingin kehilangan mereka. Adakah di antara kalian yang anggap mudah untuk jerat Veciverouf agar bekerja sama dengan kita?"
Punggungnya tersandar penuh pada sandaran kursi empuknya, satu tangan memegang map. Sekali lagi edarkan pandang sebelum berkutat pada kertas-kertas rumit dalam map. Hening. Sembilan orang dalam ruangan (tidak termasuk si pria berjas), semuanya bungkam tak satu pun berani ucap barangkali hanya sepatah kata.
Beberapa di antaranya menunduk, saling lirik skeptis, dan ada pula yang hanya malas memutar pena di tangan. Si pria berjas teliti merunut isi laporan dengan ujung jari, mata sipit itu bergerak pelan seirama dengan bibir tipisnya. Alisnya mengerut samar.
Kasar menutup laporan dalam map. Sekeras debam map, ia mendorong laporan itu sampai persis di dekat orang yang dituju. Seketika mampu membuat semua orang lontarkan curi pandang mereka takut-takut.
"Saya ingin laporan lebih rinci, spesifikasi jelas tak bertele. Tampak sekali lihat dengan ujung hidung, anak kuliah magang pun dapat membuat seribu laporan kacau macam itu. Besok pagi, di ruangan saya, laporan itu harus telah siap. Berapa ratuskali kau buat laporan? Ini yang terburuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLUVA
Fanfiction𝑻𝒉𝒆 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒐𝒇 𝑩𝒍𝒂𝒄𝒌-ü𝒓𝒂 𝒔𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔, 𝒆𝒗𝒆𝒓𝒚𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈 𝒔𝒕𝒂𝒓𝒕𝒔 𝒉𝒆𝒓𝒆 Atas semua hal kehitampekatan yang sudah didedah habis Yoon nyaris membuatnya kembali terlahir sebagai manusia kapas halus polos yang bersih. Pr...