45. Luka

2.9K 121 6
                                    

Aku sudah lelah dengan luka ini. Egoiskah jika aku berlari?

🐢

Cahaya matahari menyilaukan mata seorang gadis yang tengah berbaring lemah didalam kamar pasien berwarna serba putih itu. Perlahan matanya  terbuka, menampakkan seorang laki laki yang tengah berdiri membelakanginya sembari menatap keluar jendela, menjadikan dirinya hal pertama yang gadis itu lihat saat terbangun dari tidurnya.

Gadis itu masih diam, menatap laki laki yang dengan perlahan mulai membalikkan badannya, tangan kirinya memegang tas sekolah yang ia sampirkan dibahu, sedangkan tangan kanannya berada dalam saku sweater yang dia pakai. Laki laki itu memperlihatkan senyumannya saat melihat gadis yang ditunggunya telah membuka kedua mata indahnya.

"Selamat pagi" Key tak menjawab, matanya kembali melihat langit langit kamar.

Ia sudah sadar dari kemarin malam, namun saat itu ia tak melihat Karell disekitarnya. Dan pagi ini, ia muncul dihadapannya.

Karell berjalan mendekat, duduk dipinggir tempat tidur lalu menatap gadis dihadapannya lekat. Ada rasa sakit dalam hatinya, gadis yang selalu berusaha ia jaga kini terluka, terbaring lemah dihadapannya. Marah, sudah pasti, namun pada siapa? Bima tak mengizikannya ikut campur dalam hal ini.

Dia hanya bisa menuruti apa kata Bima, dia tidak mau memperburuk keadaan. Melihat Key yang diam saja Karell meraih tangan gadis itu, lalu menggenggamnya "lo marah" bibir Key tertutup rapat, seakan tak berniat untuk bicara. Key menarik tangannya, lalu bangun dan merubah posisinya menjadi duduk.

Karell yang melihatnya tersentak, dengan cepat ia membantu Key yang telah membuatnya khawatir itu.
"Kenapa bangun? Udah tidur aja!" Key berdecak.

"Apaan, gue gak papa kok"

Karell menghela nafasnya, semoga Key memang sudah baik baik saja, dan semoga dia juga tidak melakukan hal hal aneh, baru mendengar suaranya saja Karell sudah senang, dia bersyukur Key kuat dan dapat pulih dengan cepat.  Keheningan terjadi, beberapa kali mereka beradu pandang namun masih tetap saling diam.

"Maafin gue" Ucap Karell tiba tiba.

Key menatap Karell didepannya, lalu tersenyum simpul.

"Gue juga" ucap Key pada akhirnya.

"Kenapa lo disini?" lanjut Key.

"Ketemu lo"

"Dimana yang lain? Mama, kak Ava?" Key bertanya lagi.

"Sebentar lagi pasti pada dateng"

Tangan Karell tergerak, menyentuh kepala Key yang terbalut perban putih, mengelus lembut rambut panjang Key yang tergerai bebas "jangan marah lagi yah" pintanya.

"Gue yang harusnya bilang gitu! Lo jangan marah marah mulu!" tukasnya membuat Karell tertawa pelan.

"Gue kira lo bakal tinggalin gue" lirihnya.

Karell berdiri, menghampiri Key lebih dekat lalu merengkuh gadis itu, memeluk dia erat, melepas rindu yang menghampirinya beberapa akhir ini.

"Gue gak akan pernah tinggalin lo" bisiknya, sama sepertinya Key yang juga merasa rindu pun membalas pelukan itu. Memeluk Karell yang selalu berhasil membuatnya jatuh cinta sekaligus membuatnya terluka.

Apa semua ini akan berakhir indah, atau bahkan malah sebaliknya?

"Kalo gue yang tinggalin lo?"

Karell membuka matanya yang semula terpejam, membuat jarak diantara mereka tanpa melepaskan pelukannya. Matanya menatap Key yang baru saja bicara, menatapnya lekat seolah mencari sesuatu disana, namun seketika...

Keyla [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang