63. EPILOG

783 44 3
                                    

02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02.25 PM
Saint Lucia, Queensland, Australia

Suara dedaunan yang bergesekan terdengar begitu menenangkan, namun di siang menuju sore pada waktu musim semi ini suhu udara terasa semakin dingin, membuat laki-laki yang tengah berdiri didekat pohon itu mengeratkan jaketnya.

Suara bus yang semakin mendekat memenuhi pendengarannya, bus itu datang dan kini berhenti disebrangnya.

Jantungnya berdebar tatkala sebuah gelak tawa terdengar, suara yang familiar itu berbaur dengan suara lainnya dalam bahasa asing. Untuk beberapa saat ia hanya hanya bisa mendengar suaranya, saat tiba waktunya Bus itu pergi dan mulai berlalu dari pandangan, akhirnya mata itu kembali melihat sosoknya, sosok yang dirindukannya.

Sosok yang sama sekali tidak berubah namun terlihat berbeda. Rambutnya yang panjang kini sedikit berwarna, masih berwarna hitam namun ada warna lain juga disana, dia juga tampak lebih dewasa sekarang tidak seperti dulu saat masih SMA saat bersamanya.

Dia berjalan hendak masuk kedalam asramanya namun kemudian sesuatu yang tampak seperti dompet itu terjatuh ketanah. Oh tidak, jangan seperti ini, tolonglah. Pinta laki-laki itu dalam hatinya. Sedetik kemudian dia melega karena gadis itu ternyata menyadari sesuatu miliknya tidak ada, diapun berhenti berjalan lalu kembali berbalik kebelakang dengan mata yang bergerak melihat kebawah.

Setelah menemukannya dia berjongkok untuk mengambilnya. Dan saat itulah, saat ia kembali berdiri, matanya menatap kesebrang jalan.

Ia tampak terkejut, matanya berkedip-kedip, mungkin sedang menimbang apakah yang dia lihat itu nyata atau hanya hantu di siang bolong penunggu pohon. Namun kini raut wajahnya berubah entah bagaimana, kedua temannya yang menunggu dibelakang datang membuyarkan lamunannya, mengakhiri acara tatap-tatapan mereka.

Mereka tampak berbincang pelan, laki-laki itu bisa mendengar bahwa dia tengah meminta temannya untuk pergi duluan. Setelah dia sendirian tubuhnya kembali berbalik menatap sosok yang masih berdiri mematung disebrang jalan.

Gadis itu berlari menghampirinya, dan tanpa laki-laki itu duga ia memeluknya tanpa pikir panjang.

"Karell" lirihnya sembari mengeratkan pelukan.

Mereka hanya diam seperti itu selama beberapa saat, sama sama melepas rasa rindu yang hanya bisa mereka pendam sejak dulu. Bisa Karell rasakan tubuh Key yang bergetar, dia baru sadar bahwa Key menangis dipelukannya.

"Kenapa lo disini?" tanya Key dengan mata yang basah.

Karell mengacak rambut gadis itu. "Kok lo nangis, sih?" tanyanya.

Key menunduk, entahlah dia juga tidak tahu kenapa dia harus menangis, dia yang bingung pun mengangkat bahunya. "Mungkin karena seneng liat lo" akunya membuat Karell tersenyum.

"Sebenernya gue udah janji, kalo lo muncul didepan gue, gue gak bakal sudi liat muka lo!" Karell terkekeh.

"Nyatanya lo langsung lari peluk gue sambil nangis" Key menunduk menatap tanah.

Keyla [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang