"Keputusannya adalah lo ikut liburan bareng kita"
Helaan nafas panjang terdengar oleh telinganya tepat setelah mengatakan itu. Entah sudah berapa kali Azka menerima penolakan, namun tampaknya dia tetap gigih membujuk sahabatnya yang sekeras batu.
Siapa lagi kalau bukan Karell Juan Syahandra?
"Lo pikir dengan lo bilang langsung ke gue kayak gini, gue bakal berubah pikiran dan ikut lo?" tanya laki-laki itu dengan wajah kesal.
Sudah dua hari Azka menerornya, dia mengirim pesan setiap waktu dan menelponnya tanpa henti. Karell yang dibuat stress olehnya, membiarkan Azka menemui dia pada akhirnya.
Karell tidak menyangka bahwa sahabatnya itu mau datang jauh-jauh menemuinya yang sedang berada di Bandung. Dia kira setelah memberitahu keberadaannya Azka akan mengurungkan niatnya, namun nyatanya tidak, buktinya dia ada dihadapan Karell sekarang. Hanya untuk memaksanya ikut liburan, senekat itu dirinya.
"Rell, ayolah! Lo kenapa sih? Udah dua tahun loh, lo gak kangen apa sama temen-temen lo?"
"Lo gak bisa dihubungin, susah ditemuin, makin nyebelin, lagi! Kenapa lo sembunyi?"
"Gue gak sembunyi!" sangkalnya.
"Terus kenapa lo hindarin kita?"
"Gue sibuk! Kenapa lo masih nanya!?"
Azka menghela nafas sembari menatap Karell yang meraut kesal disofa tepat disebrangnya.
"Sekali aja kenapa sih, Rell? Gue minta izin langsung ke Om Bima deh!"
Karell menggelengkan kepala. "Gak bisa, gue juga mau pergi ke medan" jawab Karell.
Mendengar jawabannya Azka menautkan kedua alisnya. "Ngapain?"
"Ikut Papa kerja"
"Belajar ngurus perusahaan?"
Karell tak menjawab sementara Azka masih menatapnya curiga.
"Beneran karena itu? Bukan karena takut inget Key? Takut gagal move on?" Karell berdecak.
"Lo udah cukup buat gue kesel yaa Azka"
Azka memutar bola matanya sama sekali tak memedulikan kekesalan Karell, dia rasa apa yang dipikirkannya benar. Karell masih sama seperti dua tahun yang tahu, dan dia sedang berusaha menutupi hal itu.
"Berapa kali gue bilang? Hubungin dia!" ucapnya setelah menyeruput teh hangatnya.
"Diem lo!" ketus Karell.
"Udah dua tahun, Rell. Lo udah 'sangat' terlambat, gue takut lo nyesel, lo pikirin baik-baik deh"
Karell melirik Azka sekilas lalu kembali membuang pandangan. Sejak dulu Azka selalu bisa memahaminya bahkan tanpa ia bercerita, itu sebabnya Karell kadang tidak suka bertemu dengannya saat memiliki masalah. Karena terkadang dia akan memaksanya untuk memberitahunya. Seperti sekarang.
"Justru karena itu, Ka. Lo harusnya ngerti"
"Udah dua tahun, selama itu gue berusaha. Lo mau gue berenti gitu aja dan jadiin semua usaha gue sia-sia?" jawab Karell sembari berusaha bersikap tegas pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyla [COMPLETED]
Ficção Adolescente[BELUM DI REVISI] Berkisah tentang kehidupan bahagia Keyla Yang tak pernah ia duga kebenarannya. Kisah ini panjang, Kisah terindah dalam hidup Keyla yang membawanya pada suatu titik, titik dimana Keyla kehilangan tujuan hidupnya. Kisah ini tak rumit...