"Kak Mira!"
Dira berjalan cepat menyusul Kakaknya yang langsung keluar saat dia menepikan mobil didepan rumahnya. Ia berusaha menahan tangis, ingin rasanya ia berlari dan memeluk saudarinya yang ia cintai, namun entah kenapa hatinya yang patah memengaruhi tubuhnya menjadi lemah dan tak bertenaga.
Rasa sakit yang dirasakannya saat ini tak sebanding dengan apa yang dirasakan oleh Mira.
"Mama!?"
Mira berhenti berjalan, matanya melihat kearah dimana putri-putrinya tengah menghiasi kue yang penuhi buah diatasnya. Air matanya semakin deras, tak kuat berlama-lama berdiri disana dia kembali berjalan dengan cepat menaiki anak tangga, menuju kamarnya, kamar yang baru saja Ivy dan Key hias sedemikian rupa.
"Mama tunggu!"
"Kak Mira!" Ava hendak menyusulnya tapi kemudian suara Dira terdengar, ia mengurungkan niatnya lalu beralih menatap Dira.
"Tante, ada apa?" tanya Ava penuh kekhawatiran. Bagaimana tidak? Dia melihat Ibu dan Tantenya pulang dengan berurai air mata.
"Maafkan Tante, karena Tante semua usaha kalian sia-sia" ucapnya sembari mengambil duduk disofa.
Ivy dan Key ikut bergerak menghampiri Dira dan Ava.
"Sekarang itu bukan lagi masalah" Ava menenangkan Dira setelah duduk disebelahnya. "Apa semuanya baik-baik saja?" sambungnya mewakili Ivy dan Key yang sama bingungnya.
"Tante sudah membuat kesalahan dengan membawa Ibu kalian ke acara pertemuan itu, Tante tidak mengira semua ini akan terjadi" jelas Dira disela-sela isakannya.
"Apa yang terjadi disana?" Ivy bertanya.
Dira tak langsung menjawab, bagaimana cara dia memberitahu ketiga keponakannya itu? Tapi dia juga sadar bahwa terus diam pun tidak akan berguna, sudah pasti mereka akan mendesaknya menuntut sebuah jawaban.
"Orang-orang disana keterlaluan, mereka melewati batas. Mereka menghina Ibu kalian"
Tak ada lagi yang berani berbicara setelah itu, mereka semua diam, seolah sudah mengerti tanpa dijelaskan lebih lanjut. Hanya isakan Dira yang mengisi keheningan diantara mereka.
Key menjadi orang yang paling lemah saat ini, seketika pemikiran-pemikiran buruk memenuhi isi kepalanya. Apakah semua ini tentang dirinya? Apakah orang-orang disana menghina ibunya karena dirinya?
Seperti yang Dira katakan, semua usaha mereka sia-sia. Malam itu semua orang mengurung diri dikamarnya, Ava memutuskan untuk menunda semuanya, padahal Ivy dan Key tahu bahwa semua yang mereka lakukan sudah gagal dan hanya akan sia-sia.
Key terdiam, memandang amplop coklat yang diberikan Vino tadi siang. Seketika air mata membasahi pipinya, dadanya terasa begitu sesak, sakit sekali rasanya.
Anggap semua ini sebagai mimpi buruk, sejak ayahmu memutuskan untuk merawatmu, sejak saat itu juga kamu telah menjadi putrinya.
Tangis Key semakin menjadi tatkala ia mengingat ucapan Gurunya kala itu. Key sadar, semua ini tidak benar, semua ini tidak sesederhana seperti yang dia pikirkan sebelumnya.
Rasanya teramat sakit, Key baru sadar kalau dirinya telah bertindak bodoh, dia benar-benar melupakan Ibunya. Dia tidak pernah berpikir bahwa semua ini tidak akan pernah berakhir, luka dan rasa sakit yang dirasakan Ibunya tidak akan pernah berakhir.
Sekarang Key menyadari betapa egois dirinya. Sudah cukup! Key tidak mau bodoh lagi! Key tidak mau selamanya seperti ini, menyakiti Ibunya seumur hidup, semua itu tidak pantas Mira dapatkan setelah apa yang telah dia lakukan dan berikan pada Key.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keyla [COMPLETED]
أدب المراهقين[BELUM DI REVISI] Berkisah tentang kehidupan bahagia Keyla Yang tak pernah ia duga kebenarannya. Kisah ini panjang, Kisah terindah dalam hidup Keyla yang membawanya pada suatu titik, titik dimana Keyla kehilangan tujuan hidupnya. Kisah ini tak rumit...