8. Hi on Eleven

239 24 6
                                    

Kamu cenderung menyukai hal yang berbau fiksi dari pada harus bersusah payah memercayai sebuah kebenaran. Itulah dunia. Fakta.

-Jayden Park-

📌📌📌

"APA!"

Ellea sudah menduganya. Seharusnya ia tadi tak perlu mengatakan hal ini kepada Briana.

"Jadi, kau wajib menemaniku ke sana dan minta tolong temanmu itu agar aku bisa berkenalan langsung dengan mereka."

Fine, mode konyol Briana sudah menyala dan itu membuat Ellea jengah. "Minimal aku bisa berfoto dengan Jongin," lanjutnya.

Lihatlah, senyumnya sudah mengalahkan iklan pasta gigi jika sudah berurusan dengan idolanya. Ellea mendesah panjang. Ia memang tidak begitu mengerti dunia Kpopers. Dari zamannya remaja pun ia tidak menggemari yang namanya boyband. Ellea lebih suka menonton serial dramanya sesekali. Beberapa wajah yang memang sering muncul di drama korea yang pernah ia lihat cukup bisa ia kenali, itu pun hanya pemeran utamanya saja, selebihnya ia memang payah dalam hal mengingat nama-nama korea yang menurutnya sulit di lidahnya.

"Kau tahu jawabanku. Lebih baik pergi saja berdua dengan Steve, nanti aku akan meminta Stella untuk membawamu ke back stage. Hanya foto, kan?"

Briana mendengus tak suka. Niat gadis itu sebenarnya juga ingin menunjukkan pada Ellea jika boyband favoritnya itu tidak seburuk yang ada dalam pandangannya. Briana paham alasan Ellea lebih suka melihat western man. Untuk itu, ia akan membuktikan pada sahabatnya jika apa yang menjadi persepsinya selama ini tidak sepenuhnya benar. Bukankah pepatah mengatakan 'tak kenal maka tak sayang'? That's why Briana harus berhasil mengajak Ellea untuk datang ke konser favoritnya tersebut.

"Oke, fix kita berangkat ke Bali. Aku  akan memesan tiketnya."

Briana menghilang begitu saja setelah mengucapkan kalimat tersebut. Ia tahu Ellea akan mendebatnya jika ia masih terus berada di dekatnya. Gadis 23 tahun itu juga akan memastikan semua pekerjaan Ellea aman sepeninggal mereka ke Pulau Dewata selama dua hari. Kali ini ia harus bekerja sama dengan Jena—asisten Ellea—agar semua berjalan lancar.

Ellea mendesah panjang. Sepertinya kali ini ia memang salah berbicara. Ia juga tidak tahu, kenapa tadi harus mengatakan kalimat sakral itu. Menonton konser boyband? Bahkan jika itu hanya streaming, Lea tidak pernah melakukannya, apalagi harus berdesak-desakan untuk beberapa pria yang menurutnya berwajah sama dan masuk dalam kategori pria cantik? Ellea lebih memilih tidur.

Briana selalu sesuka hati memaksakan kehendaknya jika sudah menginginkan sesuatu. Padahal ini hanya tentang selera. Ellea bukannya membenci modelan Kpopers, ia hanya kurang berminat pada hiburan seperti itu. Umurnya juga sudah tidak cocok untuk menggemari boyband-boyband yang rata-rata usianya masih di bawahnya. Dari semenjak sekolah dasar, ia tidak menyukai bergaul dengan teman yang lebih muda darinya bahkan teman-teman yang dekat dengannya mayoritas lebih tua dari Lea. Pengecualian untuk Briana, spesies keras kepala yang selalu menempelinya tanpa rasa malu.

"Hei, ada apa dengan wajahmu?" Steve mengernyit heran melihat Lea menghela napas panjang beberapa kali.

"Salahkan tunanganmu, sepertinya dia sudah tidak tertolong lagi." Ellea meletakkan pekerjaannya, kehilangan minat bekerja begitu saja.

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang