31. Masquerade; End of the Game

536 32 3
                                        

"Aargh!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aargh!"

Teriakan itu menggema bersama. Ellea refleks memejamkan mata sembari menutup telinga. Lututnya semakin gemetar. Ellea tidak tahu apa yang terjadi dan dari mana asal suara desingan itu. Sementara Jimmy menjatuhkan pisaunya, memegang bahu kanan seraya memutar tubuhnya. Rasa panas menjalar pada bahunya. Tubuhnya dipenuhi keringat dingin saat mengetahui siapa yang melakukan tindakan itu padanya.

"Jay...," lirihnya. Ellea membuka mata. Air matanya kembali bergulir. Tubuhnya sudah tremor, terjatuh duduk. Rasa lega dan cemas bercampur menjadi satu.

Jayden berjalan santai ke arah keduanya. Sementara Hugo melepaskan ikatan Briana sebelum membawanya turun sesuai instruksi Jayden. "Jadi, semua itu ulahmu?"

"Aku mencintaimu."

"Itu bukan cinta."

Jimmy terkekeh. "Ayolah, kita sudah menghabiskan banyak malam hingga di titik ini. Apa kau ingin membunuh orang yang mencintaimu? Kau masih tidak lupa, bukan, aku adalah penyelamatmu?"

Jayden tidak bereaksi. Langkahnya hanya tertuju pada satu garis, Ellea. "Biarkan dia pergi. Dia tidak ada hubungannya dengan apa yang kau tuduhkan."

"Ah!" Jimmy memegang dadanya seolah sedang menahan rasa sakit di hatinya. Mengabaikan rasa panas dan ngilu luka tembaknya. "Semakin kau membelanya semakin aku ingin membuat tubuhnya terbelah, Baby."

Jimmy berjalan mundur, menarik rambut Ellea kasar, semakin membawanya ke tepi gedung. "Majulah, kupastikan dia akan segera menyusul Amanda sialanmu. Kau hanya milikku, Jayden! Tidak ada yang boleh memilikimu selain aku!"

Jayden berhenti melangkah. Cukup lama mengenal Jimmy membuatnya hafal setiap ekspresi lelaki itu. Jayden tahu jika Jimmy tidak pernah main-main jika menyangkut dirinya. "Apa maumu?"

Jimmy tersenyum manis. "Tentu saja dirimu."

Jayden menjatuhkan revolver di tangannya. Lantas, membuang pandangan dengan wajah sedih. "Aku tidak menyangka kau yang melakukan semua ini." Pandangannya menyiratkan luka di mata Jimmy. "Apa tidak cukup hidup tenang berdua tanpa melukai orang lain? Aku tidak suka kau menjadi seperti ini. Kau bukan Jimmy yang kukenal."

Jimmy menggeleng. Akal sehatnya sudah berantakan jika Jayden sudah memasang wajah itu. Perlahan, Jimmy berjalan ke arah Jayden, memeluknya dengan erat dan mengucapkan kalimat maaf berulang kali. "Kau tahu aku tidak suka membagimu dengan siapapun, Jay! Bahkan jika itu dengan ayahmu. Kau yang paling memahamiku. Kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku mencintaimu."

"Aku mencintaimu." Jayden mengulang perkataan yang sama. Namun pandangannya justru mengarah pada satu-satunya orang  waras di antara mereka.

Selama ini, Jayden tidak pernah mengatakan hal semacam itu kepada Jimmy. Hal itu membuat Jimmy mendatarkan ekspresinya. Ucapan itu bukan untuknya. Jaydennya tidak akan membalas seperti itu hanya untuk menyenangkan hatinya. Amarahnya mulai kembali. "Tapi ... maafkan aku."

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang