" Menyalahkan takdir adalah kegagalan diri memahami arti dari sebuah maksud. Kini, aku mulai memahami; ia selalu memiliki cara untuk mengubah sebuah persepsi."
- Ellea Prisa -
🍃🍃🍃
"Oh, tidak! Ada apa denganmu, Jack!"
Ellea mencoba menyalakan mobilnya kembali, tapi yang dia dapatkan hanya suara geraman mobilnya yang enggan bekerja sama. Ini sudah larut dan jalan yang dilaluinya juga cukup lenggang. Hanya beberapa mobil saja yang melewati jalan itu.
Ellea memutuskan untuk keluar, membuka kap mobil dan melihat di mana ia bisa menemukan masalah pada Jackynya. Namun, itu hanya sia-sia. Ellea tidak paham sama sekali tentang mesin mobil dan itu membuatnya terlihat bodoh.
Ellea mencoba menghubungi Steve tapi sudah dua kali percobaan, panggilan itu hanya berlalu begitu saja. Ia mendesah keras, mengapa harus saat ini dan di tempat sepi seperti ini mobilnya bermasalah? Di saat dirinya sendiri, malam hari dan gerimis mulai berjatuhan.
Ellea memutuskan untuk kembali ke dalam setelah menutup kap mobil dan melihat sekitar yang semakin sunyi. Perjalanannya ke Bandung untuk menjenguk tantenya berakhir sial. Seharusnya tadi ia menurut saja untuk menginap di sana. Itu terdengar lebih baik daripada ia harus terjebak di tempat antah berantah tanpa seorang pun di sampingnya. Setidaknya jika ada Steve atau teman kencannya, ia tidak perlu sesial ini.
Apa kau sedang merajuk padaku, Jack? Coba saja aku memiliki kekasih saat ini, pasti tidak akan sesulit ini.
Suara serangga dan hewan malam lainnya bersatu dengan rintik hujan yang semakin padat. Ellea masih berada di pinggiran Jakarta dan butuh waktu satu jam lagi untuknya sampai di rumahnya. Ia melihat jam pada ponselnya, 20.56. Salahkan saja dirinya yang nekat pulang saat dirinya sendiri tahu jika ingatannya pada jalanan cukup buruk pada malam hari. Apalagi jalanan utama yang biasa dilewati sedang ada perbaikan jalan, Ellea harus mencari jalan alternatif dan di sinilah ia sekarang berada. Terjebak dalam mobil yang tidak bisa menyala di tempat yang ia sendiri tak tahu. Ellea mencoba mencari bengkel online, tapi tidak ada mekanik yang kosong, semua sedang bertugas dan itu artinya Ellea harus bersabar menunggu di sana dengan hawa yang semakin menyeramkan.
Ellea mencoba kembali menghubungi Steve, tidak ada pilihan lain. Dia semakin gelisah jika harus terjebak di sana sepanjang malam. Ia bukan wonder women yang bisa terbang saat menghindar dari penjahat yang akan menyakitinya. Ellea juga tidak bisa bela diri. Jadi, bagian mana yang akan bisa membuatnya selamat saat mungkin kesialan akan mendatanginya lebih dari ini? Oh, Ellea tidak berharap itu terjadi.
Matanya menyipit bersamaan dengan mulut yang menguap lebar. Tubuhnya cukup lelah, menjadi model perusahaan Park dan masih mengurus Organizernya dalam satu waktu. Sementara di tempat Briana saat ini belum mengeluarkan design baru lagi, jadi ia tidak perlu datang untuk melakukan pengambilan gambar. Tentang pameran dan sejenisnya, Briana bisa meng-handle-nya bersama Steve dan anak buahnya yang lain.
"Ada apa?"
Suara berat itu menyentak Ellea dari rasa kantuknya. Dia menegakkan badan, membawa kepalanya ke sandaran kursi setelah sejenak menyandarkannya pada pintu mobil.
"Steve, kenapa suaramu berubah?" meski mengantuk, Ellea tidak lupa dengan suara pria itu. Nada yang digunakan sebagai salam pembuka juga tak pernah sedatar ini.
"Steve? Apa kau sedang mabuk? Aku tidak berniat mengganti namaku, Prisa."
Prisa? Tunggu dulu! Steve bahkan tidak pernah memanggil nama belakangnya. Ellea melihat layar ponselnya dan sedetik kemudian ia menganga; terkejut, bingung dan kesal. Ia tidak ingat sedang menghubungi pria sinting itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Masquerade
عاطفيةEllea Prisa menganggap seorang Jayden Park adalah lelaki berwajah datar tanpa ekspresi yang harus dijauhi. Bukan karena takut jatuh cinta, melainkan karena pria itu sama berbahayanya dengan dirinya. Baginya, makhluk hidup berjenis kelamin 'laki-laki...