Aku egois karena masih menahanmu. Haruskah aku belajar untuk melepasmu?- Ellea Prisa -
🐚🐚🐚
Dering telepon cukup panjang memenuhi pendengaran Ellea. Dia mengernyit tapi masih enggan membuka mata. Seingatnya, itu bukan nada deringnya. Lantas, itu milik siapa dan mengapa terdengar tak jauh darinya?
Butuh lima detik untuk Ellea benar-benar sadar dari tidurnya. Dia membuka mata dan terduduk seketika. Gerakan tiba-tiba itu membuat kepalanya berputar. Detak jantungnya meningkat dan berakibat pada tubuhnya yang terasa lemas. Ellea melirik dering yang berasal dari ponsel yang tergeletak di atas nakas sebelah—
JAYDEN!
Ellea meluruskan pandangan. Debar jantungnya semakin menggila saat kejadian tadi malam berputar cepat dalam kepalanya. Ellea menggeleng keras, tidak memercayai apa yang ia perbuat pada pria yang saat ini masih setia dalam mimpinya. Ini adalah hal gila pertama yang dia lakukan sepanjang hidupnya. Menangis di depan laki-laki bahkan meminta ditemani tidur satu ranjang?
Oh, Prisa! Sebenarnya apa yang ada di kepalamu? Sepertinya kau harus segera memeriksakan diri ke dokter.
Ellea melirik Jayden, bahkan dering sekeras itu tak membuat pria itu terganggu sedikit pun. "Sebenarnya dia tidur atau pingsan?" gerutu Ellea. "Jay, bangun! Ponselmu berbunyi." Ellea mengguncang sedikit keras lengan Jayden. Namun, pria itu hanya bergumam sebagai jawaban.
Ellea kesal. Dering yang sudah berbunyi lebih dari sekali itu benar-benar mengganggunya. "Jay, angkat dulu. Siapa tahu itu penting."
Tidak ada pergerakan dari Jayden. Pria itu justru berpindah posisi membelakangi Ellea. Wanita itu semakin kesal. Dia terus mengguncang tubuh Jayden sambil mengumpatinya beberapa kali. Deringnya baru berhenti setelah Jayden menonaktifkan ponsel secara paksa.
Ellea menganga, semudah itu Jayden menghentikan suara ponselnya tanpa melihat terlebih dulu siapa si penelpon. "Kenapa kau malah mematikan ponselmu? Bagaimana jika itu panggilan mendesak? Apa—"
"Berisik. Kembali tidur. Ini masih pagi." Ellea semakin melebarkan mulut. Sebenarnya makhluk jenis apa yang sedang berada di sebelahnya ini? Manusia tidak seajaib itu, kan? Bagaimana bisa dia mengetahui ini masih pagi saat bahkan matanya tak sedikit pun terbuka untuk melihat waktu?
Ellea mendengus. Dia terbiasa bangun lebih pagi dari ini. Namun, sekali lagi, ini adalah hal ke sekian yang masuk dalam list 'pertama kali' Ellea; tidur nyenyak dan melewatkan waktu bangun tidur hariannya. Ellea tidak berpikir mengaitkan kejadian semacam itu sejak bertemu Jayden. Ellea realistis tapi ia juga melupakan jika tidak semua hal bisa dimainkan dengan logika.
"Pemalas." Ellea menyerah, turun dari ranjang dan melangkahkan kaki ke arah kamar mandi. Di dalam, ia berhenti di depan kaca besar, mencari persediaan sikat gigi baru dan dengan mudah menemukannya dalam kotak sedang tak jauh dari pintu.
Sambil menggerutu, Ellea merasa aneh, seolah ada hal penting yang dia lupakan. Memejamkan mata dengan sambil berkumur, Ellea mendesah keras, tidak menemukan apa-apa. Dia melihat pantulan dirinya sendiri pada kaca besar di depannya. Bercak kemerahan pada leher hingga ke dadanya terlihat jelas. Ellea menjernihkan kepalanya dari kilasan kejadian malam mengerikan itu. Ia memberikan sugesti pada dirinya sendiri jika semua itu sudah berlalu. Seperti kata Jayden, dia aman sekarang. Ini akan menjadi pelajaran berharga baginya. Ke depannya, Ellea harus lebih hati-hati dan mungkin dalam waktu dekat ini, ia tidak akan keluar terlalu larut. Itu sudah cukup membantu meski kejahatan tak mengenal waktu, setidaknya Ellea merasa aman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Masquerade
RomanceEllea Prisa menganggap seorang Jayden Park adalah lelaki berwajah datar tanpa ekspresi yang harus dijauhi. Bukan karena takut jatuh cinta, melainkan karena pria itu sama berbahayanya dengan dirinya. Baginya, makhluk hidup berjenis kelamin 'laki-laki...