9. Like an Idiot

210 21 0
                                    

"Karena aku tidak ingin jatuh sendiri, aku memilih untuk menjatuhkanmu lebih dulu. Jadi, bagian mana yang kau sebut tidak adil? Sejak awal ini hanya tentang perlindungan diri."

-Ellea Prisa-

🎬🎬🎬


Cinta itu tidak eksis. Ia tak lebih dari sebuah bualan yang dikumandangkan oleh para pujangga dengan bingkai penuh romansa. Sebuah emosi yang berasal dari hormon berlebih pada manusia, membuatnya menggebu ingin memiliki dan akhirnya menamainya dengan sebutan cinta. Lalu, bagaimana jika rasa menggebu itu perlahan atau bahkan tiba-tiba menghilang? Masihkah hal yang disebut 'cinta' itu ada? Pada bagian itu, kita disadarkan pada fakta jika cinta itu tidak nyata.

Well, mungkin kalimat itu tidak akan pernah dikeluarkan oleh Nicholas Spark dengan deretan novel roman yang ditulisnya atau karakter lain pada novel roman yang terlalu mencintai orang yang salah.

But it's not Ellea Prisa.

Dia terlahir dalam keluarga yang sempurna. Penuh kasih sayang, materi dan segala hal yang membuat jenis sesamanya iri ada padanya. Namun, semua itu terasa hampa. Hidupnya hanya seputar kerja dan memainkan peran sebagai gadis menarik untuk lawan jenisnya. Seolah itu adalah hal yang sudah mendarah daging sejak ia mulai mengerti cara kerja dunia.

Tak ada yang benar-benar bisa membuatnya lepas dari rasa hampa itu. Berganti lelaki baginya seperti berganti baju, sudah keharusan dan tidak boleh dilewatkan. Berkenalan, pendekatan, berkencan dan berpisah. Bukankah siklus sebuah hubungan memang seperti itu? Rasa penasaran di awal, berkembang menjadi sebuah ketertarikan, berbuah manis, lalu—Wush—selesai.

Ellea sangat memahami siklus itu dan dia selalu berperan dengan baik tanpa melibatkan perasaannya terlalu jauh. Jadi, apa ia tak memiliki hati?

Ellea pernah memilikinya, sebelum ia tahu jika ketulusan yang ia berikan untuk lelaki itu dibalas oleh hal curang olehnya. Itu sudah cukup membuatnya mengerti jika tidak semua kebaikan bisa melahirkan kebaikan yang sama, dan Ellea membenci itu.

Namun, ketika ia melihat dengan kepalanya sendiri; manusia yang melakukan hubungan romansa sesama jenis, ia tak bisa menahan keterkejutannya. Ellea tidak seliar itu untuk bisa memahami hal di luar akal sehat semacam itu. Di negaranya sendiri, hal itu juga masih tabu. Jadi, ketika ia melihat adegan itu langsung di depan mata, ia tak tahu harus bagaimana. Cara bermain Ellea dengan para lelaki itu juga tidak sejauh apa yang dipikirkan orang. Ia masih menjaga apa itu yang disebut harta paling berharga untuk perempuan; kehormatan.

Setelah peristiwa yang terjadi malam tadi, ia langsung kembali ke kamarnya dengan kepala kosong. Ellea hanya menggumamkan pada dirinya jika apa yang dilihatnya  hanya sebuah mimpi. Jayden sendiri juga tak berbicara lebih selain mengucapkan 'hai' dengan raut biasa seolah yang ia lakukan adalah hal biasa. Sementara pria lainnya hanya bersikap tak acuh.

Tepat pukul lima pagi, Ellea melangkah keluar kamar dan berniat jogging sembari menanti sunrise. Ia sengaja tak membangunkan Briana karena tahu jika sahabatnya itu baru pulang pukul dua pagi. Mungkin ia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan dengan idol favoritnya. Ellea juga tidak bisa tidur setelah mendapat pemandangan mengejutkan itu. Untuk itulah, ia memutuskan untuk menikmati waktunya di Pulau eksotis itu dengan baik, mencoba melupakan hal gila yang beberapa jam lalu menganggu penglihatannya.

Ellea berlari-lari kecil mengikuti garis pantai. Langit tidak begitu gelap, dari ufuk timur sudah mulai terlihat warna cantik yang akan menyapa dunia lewat sinar hangatnya. Ellea tidak perlu memasang ipod seperti kebiasaanya jika jogging di Jakarta. Di tempatnya sekarang sudah dilabeli dengan kata 'private'. Jadi, ia tak perlu khawatir akan bertemu dengan orang asing yang akan merusak paginya untuk sebuah sapaan atau semacamnya. Dari ketiga vila itu, hanya ada mereka saja yang berada di sana, begitulah yang ia percaya dari keterangan Steve. Namun ....

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang