24. Game of Life

189 22 0
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menangis tapi tidak tahu kenapa harus menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Menangis tapi tidak tahu kenapa harus menangis. Ellea memukul kepalanya sendiri. Ada yang tidak benar pada ruang miliknya yang disebut hati. Emosi yang saling berlomba mendapatkan tempatnya, membuat Ellea kepayahan menguasai dirinya. Hanya karena seorang Jayden, Ellea tidak memahami dirinya sendiri. Berulang kali ia bertanya pada diri sendiri tentang kesalahannya pada pria itu, tapi tetap saja ia tidak menemukan hal pelik yang bisa digunakan Jayden untuk bersikap seperti itu padanya.

Ellea masih ingat, terakhir kali mereka bertemu, Jayden masih bersikap normal padanya. Meski normalnya pria itu hanya sebatas berbicara singkat dengan wajah datar, Ellea bisa merasakan jika dalam bahasa batunya itu tidak tersimpan kemarahan atau semacamnya. Bahkan, Ellea sempat melihat pria itu menahan senyum beberapa kali ketika mereka bersama malam itu. Jadi, kenapa tadi malam sikap Jayden berubah seperti itu? Perubahan emosi pada Jayden tentu saja membuatnya bertanya-tanya. Sebelumnya, pria itu tidak pernah menunjukkan emosi jenis ini padanya. Ellea terbiasa mendapat mulut pedas dan tatapan tak acuh dari Jayden. Jadi ... jadi ....

Argghh!

Ellea memasukkan suapan lasagna besar-besar ke dalam mulutnya. Siang ini, tidak ada jadwal pemotretan atau pekerjaan Organizernya yang membutuhkan keberadaan Ellea. Gadis itu berencana pergi ke galeri Briana setelah ini.

"Kau bisa mati tersedak jika caramu makan seperti itu, El." Steve duduk di seberang Ellea. Sebenarnya sejak lima belas menit lalu, pria itu sudah berada di sana, memerhatikan wajah kusut Ellea dan cara makan yang luar biasa itu. Sementara Ellea tidak menyadari keberadaan Steve karena dari awal kedatangannya, dia hanya sibuk melamun, menggerutu dan memukul pelan kepalanya sendiri.

"Bukankah memang seperti ini cara makanku."

Steve melipat tangannya di depan dada, menyandarkan punggung pada kursi dan menatap Ellea tanpa putus. Steve paham, Ellea tidak akan bersikap seperti itu jika tidak sedang dalam mode stres atau kesal. "Katakan."

Ellea mendesah panjang. Jika sudah berurusan dengan Steve, dia tak bisa mengelak. Namun, Ellea juga tidak tahu harus memulai dari mana. Dia sendiri tidak paham apa yang terjadi pada dirinya. Jadi, apa yang musti dikatakannya?

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang