25. Hide and Seek

190 17 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan Alana tidak akan kembali bangun, Ellea melepas tangan yang melingkari perutnya, menggeser pelan tubuhnya dan berdiri untuk menyelimutinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan Alana tidak akan kembali bangun, Ellea melepas tangan yang melingkari perutnya, menggeser pelan tubuhnya dan berdiri untuk menyelimutinya. Dia berjalan keluar kamar dan memutuskan untuk segera pulang. Ellea sudah bertemu Justin ketika mereka sampai satu jam lalu, Justin hendak mengambil Alana dari gendongannya tapi Ellea menolaknya, meminta ijin pada sang ayah untuk menidurkan Alana langsung di kamarnya, Justin mengijinkan. Alana sempat mengigau, tidak ingin melepas tautan tangannya pada Ellea, gadis itu menemaninya kembali tidur hingga lelap, membelai lembut rambutnya, sesekali memberikan lagu pengantar tidur.

Ellea menuruni tangga, mengedarkan pandangan. Bertepatan dengan itu, seorang pelayan menghampiri Ellea. "Nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Maaf, apa bibi tahu, di mana Justin atau Jayden berada?"

Senyum ramah ditunjukkan oleh kepala pelayan tersebut. "Tuan Jayden sedang ada di dapur. Sementara Tuan Justin sedang bersama tamunya di ruang kerjanya. Apa Nona memerlukan sesuatu?"

"Ah, tidak. Kalau begitu terima kasih, Bi. Biar saya menyusul Jayden saja."

Setelah mengucapkan itu, Ellea berjalan ke arah dapur. Dia melihat Jayden sibuk dengan sesuatu. "Hmm, Jay ... aku mau pulang, ini sudah malam."

Jayden melihat Ellea sekilas sebelum kembali sibuk dengan daging dalam panggangannya. "Duduklah, kau belum makan malam."

"Tid—" ucapan Ellea terpotong oleh bunyi perutnya yang sudah berdemo meminta asupan makanan. Tangannya segera memegang perutnya, berharap dengan itu Jayden tidak mendengarnya sambil mengutuk perutnya dalam hati yang justru tidak bisa diajak bekerja sama. Namun, senyum kecil Jayden menjadi pertanda buruk untuk Ellea. "Kalau ingin tertawa, tertawa saja."

Ellea memutuskan untuk duduk dan memerhatikan tangan cekatan Jayden. Ini sudah dua kali perutnya sengaja mempermalukannya di depan Jayden.

Jayden sudah meletakkan tenderloin steak-nya di atas piring. "Makanlah."

Ellea menerimanya. Dia ingin sampai di rumah tidak terlalu malam. Meski daerah Justin menuju rumahnya tergolong jalan besar yang ramai, tetap saja kejahatan bisa terjadi. Ellea tidak ingin kembali berurusan dengan penjahat.

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang