Angel Residence, Kalideres-Jakarta Barat, 18.45 WIB
"Kenapa badanku serasa tak bertulang, ya?" gumam Briana pada Lea yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Dua jam yang lalu mereka tiba di Jakarta dari photoshoot yang dilakukan di Bali 2 hari kemarin. Lea masih sibuk dengan rambutnya yang basah, bersiap mengeringkannya sambil duduk di depan meja rias berwarna putih dengan kaca lebar yang terletak tak jauh dari pintu kamar mandi. Melirik sahabatnya yang menekuk wajah sambil memainkan ponselnya, gadis yang masih memakai bathrobe itu mengendik tak acuh.
"Lea, menurutmu apakah Steve tahu kalau aku menyukainya dari dulu?" tanya Briana sambil menopang dagu dengan kedua tangannya di atas ranjang.
Lea mematikan hair dryer dan memandang Briana dari balik cermin sambil menyisir rambut setengah keringnya, berpikir sejenak sebelum menjawabnya. "Kenapa tanya padaku? Coba saja langsung tanya ke orang yang bersangkutan," jawab Lea enteng.
"Hei, aku tak segila dirimu." Briana membesarkan hatinya dari jawaban tak terduga sahabatnya yang memang tak pernah serius menanggapi beberapa hal dalam hidup. Salah satunya pokok bahasan yang menyangkut soal hati dan lelaki.
Lea hanya terkekeh sambil berlalu untuk mengganti baju di walk in closet.
Ting...
Bunyi pesan masuk pada ponsel Lea terdengar lirih oleh Briana. Mengabaikannya dan melanjutkan membaca artikel tentang hal-hal yang berhubungan dengan fashion tapi lima detik kemudian terdengar bunyi yang sama beberapa kali. Berteriak lantang untuk memberitahu sahabatnya yang masih di walk in closet tapi jawaban Lea hanya tak acuh membuat Briana berdecak sebal. "Ah, siapa tahu penting. Aku buka ya?" tanya Briana.
"Terserah," jawab Lea.
"Oke, jangan menyesal jika itu dari salah satu pangeranmu," balas Briana sambil terkekeh.
Tepat ketika Briana hendak menekan tombol power, Lea merebut ponselnya. "Terima kasih, Sayangku. Kau takkan bisa membukanya hanya dengan mengucapkan bimsalabim," ucap Lea sambil menjulurkan lidahnya, mengejek Briana yang memandangnya dengan kesal.
"Ingatkan aku untuk meninggalkanmu besok pagi saat kau bangun kesiangan untuk meeting."
Lea hanya mengerling dan menjawab asal. "Iya, iya, aku juga sayang padamu," kata Lea sambil membuka pesan yang baru masuk tersebut. Gadis itu berniat untuk merebahkan badan di samping Briana yang lebih dulu meletakkan badannya di kasur empuk berukuran queen size, tapi urung dilakukan ketika matanya menangkap sebuah pesan dari sang fotografer BSL yang terlihat dari pop up. Sia berjalan ke arah balkon kamar dan membuka pintu yang seluruhnya terbuat dari kaca untuk menjauh dari Briana.
From: Steve
"Aku jemput jam 7 besok pagi, kita sarapan bersama. Istirahatlah. Good night, Lea."
Ellea menghela napas, menjadi dirinya seperti yang sekarang bukanlah keinginannya. Kadang dia harus bermain petak umpet dulu untuk sekadar membuka pesan dari sang fotografer ketika dia sedang bersama Briana. Lea tak ingin jika sahabatnya itu akan salah paham dan menjauhinya hanya gara-gara lelaki yang dia sukai itu lebih sering menghabiskan waktu berdua dengannya.
Lea tahu jika Steve masih menginginkannya, tapi mendengar rencana keseriusan Steve pada Briana tempo hari membuat Lea bernapas lega. Semoga itu pilihan yang terbaik untuk menghapus perasaan itu pada dirinya. Lea sudah menekankan pada Steve jika Briana adalah perempuan yang pantas untuk berada di sisinya dan Steve juga sudah mulai membuka hatinya untuk designer BSL itu. Meski masih ada nama Lea sedikit di hatinya, tapi Steve sudah bertekad kuat untuk melangkah meninggalkan masa lalu.
![](https://img.wattpad.com/cover/181477666-288-k37910.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Masquerade
RomanceEllea Prisa menganggap seorang Jayden Park adalah lelaki berwajah datar tanpa ekspresi yang harus dijauhi. Bukan karena takut jatuh cinta, melainkan karena pria itu sama berbahayanya dengan dirinya. Baginya, makhluk hidup berjenis kelamin 'laki-laki...