13

7K 1.2K 118
                                    

Minho mengerang tertahan, dia harus memeriksa semua email yang masuk yang minta di periksa, tapi seseorang -entah siapa itu- memencet bel apartemennya. Berkali kali. Bisa tidak siapa pun itu sabar ?!

Dengan gerutuan Minho berjalan keluar  dari ruang kerjanya, dan membuka pintu. Mulutnya mengatup, semua sumpah serapah tertelan begitu saja ke tenggorokan. Menyisakan Jisung tersenyum polos sambil membawa paperbag. "Um- Hallo ?!"
_

"Kenapa kau masih saja mengabaikan ku ?"

"Tapi-"

"Apa kau tidak tahu kita sekarang menjadi pasangan ? Mate ?"

Jisung terdiam. Bibir terkunci. Dia masih belum percaya semua ini, meski berulang kali Felix menjelaskan bahwa tanda di lehernya adalah tanda kepemilikan.

"Kita sudah mating ?" Tanya Jisung polos. Minho terdiam. Malas menjawab.

"Aku Beta. Kau tak akan mendapatkan keturunan apapun dariku, hubungan kita tabu." Lanjut Jisung masih menuntut jawaban.

"Aku tidak meminta keturunan darimu!"

"Terus kenapa kau menandaiku ?"

"Untuk membuat rujak."

"MINHO SERIUS!"

"AKU JUGA SERIUS. ASTAGA! Kenapa kau menganggap aku tidak serius ? aku menyukaimu dan kau menyukaiku. Lalu ada masalah apa dengan itu ? You love me don't you ?"

"AKU TIDAK BISA MASAK BODOH! BAGAIMANA RUJAKNYA MUTUNG ? GOSONG ?"

Minho menepuk jidat nya mendengar balasan Jisung.

Jisung langsung memasang wajah takut dan waspada ketika Minho semakin dekat. "Mau apa ?"

"Ayo kita membuat rujak." Belum sempat membalas tubuh Jisung sudah di panggul dan di bawa ke dalam kamar. Setelah beberapa puluh menit terdengar desahan Jisung dari dalam sana. Entah apa yang sedang mereka perbuat.

_
Jisung menatap Minho lama. Banyak hal yang bergentayangan di dalam otaknya, seperti menyuruhnya meminjam sejumlah uang ke Minho.

Sedangkan Minho yang telah membersihkan dirinya habis bercinta langsung berjalan dan tidur di sebelah Jisung.

"Ada apa ?" Tanyanya.

Jisung masih bimbang.

Pasti sangat tidak tahu di untung dan kurang ajar jika Jisung meminjam uang Minho sekitar 100 juta won. Tapi tungakan Eommanya di akhir bulan ini, belum lagi bayar flat mereka, biaya makannya dan Felix dan biaya untuk jaga jaga kalau Felix terjadi sesuatu. Mengingat omega itu memiliki kandungan yang lemah.

"Tidak ada." Jawab Jisung berusaha santai.

Ia mendekati Minho dan menyender di dada sang Alpa.

Jisung telah memutuskan. Ia akan menjadi kuli bangunan saja, mengingat ia pernah melihat proyek pembangunan mall di sekitar flat kumuhnya.

Cukup Minho di sebelah, memberikan energi seperti ini. Tak ada hal yang Jisung inginkan selain itu.

Telapak tangan besar Minho membelai lembut pucuk kepala Jisung. Membuat pertahan Jisung untuk tidak menangis kian mengendor.

Rasanya Jisung ingin menangis, dan menumpahkan beban hidupnya yang menghimpit rongga dadanya hingga sesak seperti ini.

Tak lama Jisung jatuh tertidur dengan sudut mata keluar air mata.
_

"Selamat pagi." Sapa Minho saat Jisung baru saja membuka matanya. Namja manis itu mengerjab ngerjabkan matanya.

"Ah, selamat pa-akkh." Jisung mendesah sakit saat menggerakkan pinggulnya. Karena sakit, Jisung memilih berdiam diri di balik selimut.

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang