21

7.5K 1.2K 78
                                    

"Maaf." Akhirnya hanya sepatah kata itu yang keluar dari kedua cela bibir Minho.

"Maaf."

Jisung mengangguk ringan. "Kau tak perlu minta maaf, Minho-ah. Aku tak pernah bisa membencimu."

"Maaf." Lagi lagi Namja tampan itu meminta maaf.

"Hey, jangan meminta maaf lagi." Air mata Jisung kembali turun."Aku sudah memaafkanmu terlebih dahulu, Minho-ah."

Minho menggeleng. Tangannya meraih sebelah tangan Jisung, Jisung yang tak siap sentuhan fisik langsung terkejut.

Minho menggenggam erat tangan Jisung. "Sung-" Kata kata Minho terpotong karena ringisan Jisung yang kesakitan. "-kau tidak apa ?"

"Jisung jangan berbohong!" Senyum Jisung luntur.

"Aku tidak berb-Akkh!" Jisung langsung memejam matanya kuat saat Minho menekan tangannya kembali.

"Jisung jawab aku."

Jisung tak dapat berbohong lagi untuk menutupi semuanya. Karena jiwa beta-nya langsung patuh atas perikataan sang Alpa.

"Aku hanya terjatuh, tidak parah. Jangan terlalu over reaksi."

Minho menarik kembali tangannya. Diam. Menatap lurus ke jalan raya yang begitu sepi. Jam berapa sekarang ?

"Ho."

Minho tetap diam.

Namja tampan itu menghidupkan mesin mobilnya, dan memijak pedal gas.

Jisung hanya bisa diam kaku. Tak berani bertanya kemana Minho akan membawanya pergi. Dia juga tak punya tenaga lagi untuk sekedar melawan perkataan Alpa itu.

"Kita akan pulang."
_

Jantung Jisung terasa berhenti berpacu. Kakinya terasa berat. Kilasan masa lalu yang buruk ketika Minho mengusirnya menelusup ke otaknya kembali meski ia tolak.

Minho menoleh ke belakang, ia menemukan Jisung yang mematung di ambang pintu masuk. Dengan pupil mata mengecil dan tubuh mematung.

Namja tampan itu berbalik, dan menarik tubuh Jisung masuk ke dalam apartemen. Tak lupa ia menutup kembali pintu apartemennya.

Jisung dapat bernafas kembali dan kembali ke dunia nyata ketika Minho mendorong tubuhnya untuk duduk di atas sofa.

Tangan Jisung menahan tangan Minho untuk tidak beranjak, Namja tampan itu melirik Jisung. Ternyata Namja manis itu tidak tengah menatapnya. Melainkan menunduk.

"H-ho..Minho..." Nafasnya tersendat sendat. Tubuh itu bergetar.

"Jisung-"

"Ini menakutkan." Bisiknya ketara sekali ketakutan.

Tatapan Minho perlahan melembut, ia berjalan mendekati Jisung dan merengkuh tubuh itu.

"Akhh!" Jisung kembali meringis kesakitan. Minho otomatis melepas pelukannya. Menatap Jisung yang enggan menatapnya.

"Aku akan meman-"

"JANGAN!" Teriak Jisung kencang.

Minho terkesiap mendengar teriakan Jisung untuk pertama kalinya. Namja manis itu menaiki kedua kakinya ke atas sofa lalu memeluknya. Menenggelamkan kepalanya di atas lutut.

"Kau kesakitan bodoh."

"Bagaimana jika setelah dia mengobati kau akan kembali mengusirku seperti dulu ?" Pertanyaa Jisung membuat Minho terdiam seribu bahasa. "Kau akan kembali membenciku ?"

"Kau tau Minho-ah ? Titik terendah dalam hidupku bukan karena semua orang menatapku jijik, mencelaku, menghina ku atau semua luka fisik yang aku terima." Sampai saat ini Jisung belum memberitahu Minho perihal Eommanya yang pelacur dan gila judi. Eommanya yang sangat suka menyiksanya. "Titik terendah dalam hidupku adalah-" Mendadak Jisung mengangkat wajahnya. Menatap tepat ke dua manik mata Namja Alpa itu.

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang