23

7.1K 1.1K 92
                                    

Happy reading ✨

Felix harus membiasakan dirinya dengan pemandangan Jisung dan Minho yang sedang berada di dapur. Tidak, mereka tidak sedang bercinta. Hanya sedang membuat sarapan bersama.

"Selamat pagi!" Sapa Jisung yang menyadari kehadiran Felix yang baru keluar dari kamarnya.

"Pagi." Balas Felix sambil tersenyum. Melangkahkan kakinya ke kursi Bar mini di dapur.

"Kau tidak menganggu Minho ssi membuat sarapan kan ?" Goda Felix yang langsung membuat Jisung merona samar. "TENTU SAJA TIDAK!" Teriak Jisung malu.

"Katakan itu ke Namja yang memasak air saja bisa gosong." Sepertinya Felix keceplosan memberitahu salah satu aib Jisung ke Minho.

Minho langsung terkekeh mendengar perkataan Felix. Jisung menjadi tambah malu akibat respon Minho. Terima kasih pada sahabatnya yang baik hati itu. Rasanya Jisung ingin menjadi buah buahan saja.

"Lix, jangan mulai! Ini masih pagi," Ujar Jisung dengan nada memelas. Ia berjalan ke arah Felix yang meletakkan nampan berisi susu dan dua roti panggang dengan telor setengah masak di dalamnya untuk Felix.

Felix mendengus lalu mengambil alih nampan itu. "Kalau malam yang ada malah 'Minho more ahh'." Dengan sengaja Felix meniru desahan keras Jisung di dapur malam tadi.

Ya, mereka melakukannya di dapur malam tadi dan beberapa kissmark yang merekah di leher Jisung menuju area dada itu sudah menjadi bukti kuat tentang perbuatan mereka. Mungkin pagi ini juga mereka berdua sudah membersihkan sisa sisa kegiatan malam tersebut.

Minho dan Jisung yang mendengar perkataan Felix yang tanpa sensor itu langsung tersedak ludah bersamaan. Jisung langsung melampar pandangan menakutkan ke arah Minho yang tengah melihat ke arah Felix dan Jisung, karena memang pada awalnya Minho yang menggoda Jisung malam itu.

_

Jisung membuka pintu kamar yang ia tempati bersama Minho. Terlihat Minho yang kesulitan memakai dasinya, tengah membelakanginya.

Jisung tersenyum dan segera melangkah menghampiri sang kekasih yang tengah kesulitan itu. "Bagaimana kau bisa tampil menjadi boss yang galak, sedangkan memasang dasi sendiri saja tidak becus."

Minho tersenyum mendengar sindiran halus Jisung. Ia membiarkan Jisung yang mengambil alih dasinya, melepaskan simpul dasi asal itu san membuat simpul dasi baru dengan terampil. Tangannya meraih pinggang Jisung dan melingkar di sana. Membuat tubuh mereka menempel tanpa ada jarak di sana. Minho berharap sekali mereka berdua selalu seperti ini hingga kehidupan menikah nanti.

"Aku sempurna." Ujar Minho yang masih setia menatap wajah Jisung yang sangat ia sukai itu.

"Yang sempurna itu Tuhan." Balas Jisung tak terima.

"Aku sempurna karena kau melengkapi kekuranganku. Hehehe," Minho menyengir.

Pipi Jisung memerah mendengar gombalan itu. Tangannya menahan wajah Minho semakin mendekat.

"Sebentar..," Ujar Minho. Namja tampan itu menyingkirkan tangan Jisung, dan menghirup aroma sekitar leher Jisung membuat Namja manis itu terkikik geli ketika hembusan nafas beraroma mint itu menerpa area lehernya.

"Apa yang sedang kau lakukan ?" Tanya Jisung mati matian tidak mendesah. Bisa tidak jadi berangkat ke kantor jika Minho mendengarnya.

"Aku sedang membauimu." Jawab Minho yang pelan dan samar karena ia masih sibuk dengan area leher dan tengkuk Jisung.

"Aku tak akan selingkuh." Jisung mendesis, kedua matanya terpejam. Menikmati apa yang sedang dilakukan Minho ke lehernya.

"Tapi aku cemburu jika ada Alpa lain melirikmu dan berniat mendekatimu." Jawab Minho sekarang terdengar jelas karena Minho telah menarik diri. "Kau punyaku. Selamanya."

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang