28

6.2K 1K 58
                                    

Jisung menatap tajam ke arah Changbin, meski sudah sepuluh menit berlalu. Tetap saja tatapan itu tak membuat Changbin takut atau gentar. Beta tak mempunyai kekuatan mengintimidasi lawan sebaik Alpa.

"Kenapa bisa Minho menyukai Namja cerewet sepertimu ?" Ucap Changbin dengan nada datar.

"Karena Minho tidak menyukaimu." Balas Jisung kesal. Namja manis itu memasang pose tolak pinggang dengan tatapan sok menantang lawan, ia tahu kok ia menghadapi lawan yang salah dan tak sepadan dengan kekuatannya sendiri.

"Kau-"

"Bagaimana bila anak yang di kandung teman baik ku adalah anakmu ?" Belum sempat Changbin mengeluarkan amarah dan sumpah serapahnya, dengan cepat Jisung mengatakan hal tak terduga membuat pikiran Changbin blank.

"Ka-kau tidak berbohong kan ?" Perkataannya terdengar bergetar. Entah ada sesuatu yang membuatnya tidak bisa marah. Padahal Changbin yakin sekali belum tentu apa yang di kata Jisung benar. "Jangan mentang mentang kau adalah pasangan Minho, kau dapat membohongi ku dengan bualan belakamu. Aku tidak seperti Minho yang mudah di kelabuhi." Katanya mengeram.

Tangannya mengepal, buku buku tangannya memutih. Jisung tahu ia dalam keadaan bahaya.

Tapi Namja manis itu tak akan berhenti di sini.

"Apa kau tidak mengalami hal hal aneh seperti mengidam sesuatu atau mendadak tak sabar menantikan suatu kehadiran yang begitu berharga, yang terlintas begitu saja di benakmu tanpa kau inginkan ?"

Butuh waktu lama Changbin mencerna perkataan Jisung yang begitu cepat dan rumit.

"Saat kau menyakiti Felix apa kau tidak merasa hatimu menjerit kesakitan ?" Tanya Jisung terus menerus. Jisung tahu, jika ia terus bersikap sok tahu dan terus menekan Changbin. Emosi Changbin akan meledak seperti boom. Bisa saja langsung melompat dan memukul rahangnya misalnya.

"Aku yakin anak yang di kandung Felix mempunyai kontak batin yang kuat denganmu karena kau-"

"BERHENTI!" Bentak Changbin pada akhirnya setengah meraung. Lalu dengan gesit meraih kerah baju Jisung, mengangkat Namja kurus itu ke atas. Meski postur Alpa itu kurang tinggi, jangan remehkan kemampuan otot otot sempurna yang tersembunyi di sebalik kemejanya.

Meski dirinya sudah sangat takut, tetapi Beta itu malah memasang seringaian di wajahnya. Seringaian yang terasa bagi Changbin begitu merendahkan.

Tangan Jisung memegang erat tangan Changbin agar dia tidak terlalu tercekik oleh kerah bajunya yang tertarik. "Kau berteriak padaku, menyuruh ku untuk diam karena semua yang aku katakan benar bukan ?" Sindir Jisung tepat sasaran.

Karena beberapa hari belakangan, Changbin memimpikan anak yeoja cantik menatapnya kecewa. Entah kenapa selalu berhasil membuat Changbin terluka.

"Kau." Geram Changbin.

Jisung memejamkan matanya saat kepalan tangan itu lepas dan melayang ke arah pipinya.

Satu detik

Dua detik

Tiga-

Jisung mengintip di sebalik kelopak matanya, ketika ia tidak merasakan sesuatu yang menyakiti mengenai wajahnya.

Hal hal yang belum sempat Jisung cerna terjadi begitu cepat dalam satu kedipan mata. Yang Jisung tahu ia langsung terjatuh ke bawah karena cengkraman pada kerahnya terlepas, dan ada seseorang dengan begitu cepat meninju sudut rahang Changbin hingga Alpa itu terpental dan tumbang.

Saat baru selesai memproses apa yang terjadi, Jisung sekarang tahu siapa yang menyelamatkannya.

"Tidak ada seorangpun yang berhak menyakiti Jisung." Suara Namja yang sangat Jisung hafal di luar kepala. Suara yang selalu membisikkan kalimat cinta di setiap dirinya hendak tidur dan mengecup dahinya dengan lembut.

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang