17

6.7K 1.2K 168
                                    

Felix membukakan matanya, indra penciumannya dapat mencium bau obat di ruangan serba putih itu. Kelopak matanya yang awal terbuka kembali tertutup beberapa kali, rentina matanya berusaha menyesuaikan pancaran cahaya yang masuk ke mata.

"Anda telah sadar ?" Tegur seseorang di sebelah Felix.

Karena tak ada kunjung respon, dokter bernickname Chan itu memeriksa denyut nadi Felix.

"Jam berapa sekarang ?"

"Jam delapan pagi. Apa perutnya terasa masih sakit ?" Tanya dokter itu lembut.

Raut wajah Felix berubah khawatir. "Dia tidak kenapa napa kan dok ?" Tanya Felix takut.

"Tentu saja, untung saja bayinya tidak kenapa napa." Felix menghembuskan nafas lega luar biasa. Kecemasannya menguap begitu saja.

Sepertinya Tuhan sangat baik ke Felix saat ini, ia masih di berikan memberikan kesempatan untuk Felix ketemu sang calon buah hati nanti.

"Oh ya. Ini beberapa obat untuk di tebus. Tolong di perbanyak mengasumsi sayur sayuran dan buah buahan," Felix mengangguk. Tangan mungilnya mengelus perutnya yang mulai membuncit itu.

"Apa saya boleh keluar hari ini dok ?"

"Belum boleh, anda masih sangat lemah. Untuk menebus obat anda sebaiknya keluarga anda saja yang melakukannya. Anda cukup istirahat."

Felix mengusap wajahnya kasar. Di tambah lagi ponselnya tinggal di rumah. Bagaimana Jisung tahu dia di sini ?

"Tuan ?"

"Ah, maafkan saya dok karena saya malah melamun."

Chan tersenyum. "Tenang saja, mungkin kerabat anda akan datang sebentar lagi."

"Tapi saya hanya seorang sebatang kara. Sahabat saya tidak tahu saya di sini," Jelas Felix sedih.

Chan menatap Felix prihatin. "Maafkan aku,"

"Tidak apa apa, lagi pula anda juga tidak tahu." Ujar Felix cepat dengan sebuah senyuman.

"Bagaimana dengan pasangan anda ?" Sebenarnya Chan agak ragu untuk menanyakan ini ke Felix, karena Chan menyadari kalau omega cantik di depannya ini belum di tandai. Meski dirinya tengah mengandung.

Felix terdiam. Ingatannya kemarin tiba tiba merasuki kepalanya. Bagaimana bencinya Alpa tampan tapi gagal tinggi, dan sangar itu terhadap dirinya, bagaimana hina dan rendahnya Felix di dalam pandangannya. Diam diam Felix merasa lega dan bersyukur mengingat Alpa itu tidak tahu menahu akan anak di dalam rahim Felix.

Mungkin kalau Alpa itu tahu, pasti Namja itu menyuruh Felix untuk aborsi. Tidak terima kasih, Felix sekarang sangat menyayangi anak dalam kandungannya.

"Saya-"

"Jangan di paksakan kalau anda enggan menjawab. Maaf membuat anda resah dan tidak enak atas pertanyaan saya," Potong Chan cepat dan mengutuki dirinya tidak peka akan reaksi tidak nyaman Felix di sana. Chan jadi sadar satu hal, alasan dia masih jomblo sampai sekarang, dan di tolak mentah mentah oleh omega manis bermarga Kim itu.

"Anda istirahat saja. Biarkan saya mengurus semuanya. Anda istirahat saja,"

Felix menatap Chan tidak enak. Ia paling tidak suka jika dirinya akan merepotkan orang lain lagi, cukup selama ini dia selalu menyusahkan Jisung. Bagaimana jika Chan menatap Felix omega pemalas dan seorang beban ? Dan berakhir membenci nya ? Felix tidak mau mengoleksi haters lebih banyak lagi. Sudah banyak haters yang ia koleksi selama ini.

"Tidak apa apa, lagi pula tugas seorang dokter juga. Mampu memberikan kenyamanan ke pasien nya." Chan mengembangkan senyum tampannya membuat Felix membeku.

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang