24

6.7K 1.1K 56
                                    

Happy reading ✨

_
chapter sebelumnya...

"Kau telah bermain main dengan acamanku bocah tengik. Aku akan benar benar mencelakai sahabatmu yang paling berharga itu." Gumam Orang itu memotret punggung Felix dan mengirimnya ke nomor hp Jisung.

Chapter Sekarang ...,

"Minho cepat! Minho!" Seru Jisung tak sabaran. Dia bahkan duduk tidak tenang. Seharusnya dia tidak meninggalkan Felix sendiri, dan melupakan wanita itu. Dan banyak lagi kalimat seterusnya yang berada di dalam benak Jisung yang membuatnya semakin merasa bersalah.

Jisung berjanji pada dirinya sendiri jika Felix mengalami keguguran akibat ulah Eommanya, dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri selamanya.

"Sung jika aku percepat di atas batas kecepatan standar kita akan berakhir di kejar polisi lalu lintas." Ujar Minho kesulitan karena tangannya terus di goyang goyang Jisung.

Dia tahu Jisung sedang panik dan cemas luar biasa. Tapi kecemasan yang berlebihan tidak akan membuat mereka berpikir jernih.

Ckiiit

Jisung nyaris tempetal ke depan jika saja Minho tak menahannya. Alasan Minho berhenti mendadak bukan tanpa sebab, tapi sekarang lampu merah sedang menyala.

"Pakai sabuk pengaman dengan benar, Jisung. Kau nyaris melukai dirimu sendiri." Suara datar itu terdengar sedikit marah karena Jisung nyaris celaka akibat kecerobohan Jisung sendiri.

Jisung menarik dirinya dari tangan Minho yang menyelamatkannya ketika tersadar. Ia sudah memejamkan kedua matanya dan siap menerima kerasnya benturan.

"Terima kasih." Ujar Jisung dengan cepat memperbaiki duduknya dan sabuk pengaman nya.

Hening di antar mereka beberapa menit kemudian, hingga Minho tidak tahan lagi untuk tidak bertanya.

"Aku boleh bertanya." Tanyanya minta izin ke Jisung. Jisung tersentak dan menoleh ke samping. Alisnya terangkat sebelah menunggu pertanyaan terlontar dari Minho.

"Eommamu itu...apa dia dalang dari penculikan Felix ?" Tanya Minho tepat sasaran.

"Nde." Jawab Jisung singkat. "Ta-tapi dia punya alasan untuk itu..," Jisung bimbang akan semua ini. Dia takut Minho membunuh Ibunya. "...aku benar benar bukan anak berbakti."

Minho diam. Dia tak mengerti maksud Jisung yang terlalu multi tafsir ini.

Apa uke dan yeoja itu suka main kode kodean ?

Tolong, Minho bukan peramal yang bisa mengerti keadaan dengan sekali dengar.

"Eommaku kalah judi...ia mempunyai hutang yang telah bertumpuk di mana mana. Sebagai anaknya aku harus melunasi semua hutang Eomma-"

"Apa dia pernah menganggapmu anak ?" Potong Minho tiba tiba membuat lidah Jisung kelu seketika.

Apa dia pernah menganggap mu anak ?

Tentu saja jawabnya adalah tidak.

"Belum." Jawab Jisung pelan sekali. Untung saja indra pendengar Minho cukup tajam dan mampu mendengarkan suara lirih itu.

"Belum ?"

Jisung menatap lurus ke arah dua telapak tangannya. "Mungkin suatu saat nanti ia akan menganggap ku jika aku sudah berbakti padanya." Ucap Jisung terlalu naif akan semua ini.

Telah jelas Eommanya sudah menutup kedua matanya, dan tak akan pernah melihatnya sebagai anak. Kenapa hingga detik ini, Jisung masih berharap akan pelukan hangat dari Ibunya sendiri ?

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang