32

6.1K 835 56
                                    

Jisung mendesah pelan ketika Minho mengeluarkan dirinya dari dalam Jisung. Deru nafas Jisung masih belum stabil setelah klimaks. Dapat ia rasakan cairan Minho keluar dari dalam dirinya membahasi paha bagian dalam dan kasur.

"Jisung, tidurlah." Ujar Minho. Pria itu menunduk lalu mendaratkan ciuman singkat di dahi berkeringat Jisung. Namja itu bangkit dan segera memungut baju kotor dan membuangnya ke keranjang baju kotor yang tersedia di sudut kamar.

Ternyata Beta manis itu tidak menuruti titahnya, Jisung masih tetap terjaga sambil menatap Minho dengan tatapan seperti tengah menelusuri sesuatu. Entah apa yang di pikirkan Namja manis itu.

"Minho, ada apa sebenarnya ? Kau terlihat aneh sekali dua hari belakang ini. Apa ini ada hubunganannya dengan kawin lari yang kau bahas beberapa hari lalu ?" Tanya Jisung akhirnya setelah diam sekitar dua menit.

Kedua alis Minho terangkat ke atas, terkejut, ia tak menyangka Jisung akan memperhatian hal hal kecil seperti ini. Padahal, Minho sudah payah berakting baik baik saja dan menyembunyikan semuanya hingga saat yang tepat untuk di bicarakan. Walau Minho sendiri tidak tahu kapan saat yang tepat untuk mengajak Jisung membahas masalah ini.

"Aneh bagaimana ?" Balas balik Minho tersenyum seolah yang Jisung tanyakan adalah sebuah lelucon. "Kau terlalu paranoid, aku tidak aneh." Lanjutnya dengan nada meyakinkan. Tempat tidur mereka sedikit bergoyang ketika Minho menaikinya.

Memposisikan dirinya di sebelah Jisung yang masih menatap Minho curiga.

"Minho...Jujur padaku. Apa kau bosan padaku ?" Mata Jisung mendadak berkaca kaca.

Minho memiringkan badannya menghadap Jisung, menarik Namja yang lebih muda itu ke dalam pelukannya.

"Aku tidak bosan padamu, bodoh. Aku hanya...mengalami sedikit masalah."

"Apa itu ?" Tuntut Jisung.

"Itu tidak penting. Kau hanya perlu fokus ke kesehatan Felix saja. Aku rasa ia lebih membutuhkanmu."

"Kau tidak mempercayaiku ? Apa kau pikir aku ini bodoh, payah, dan tak bisa di andalkan ?" Emosi Jisung mendadak naik dan meluap luap. Ia mendorong badan Minho agar menjauh, memberi jarak antara mereka, dan menatap kedua manik malam Minho dengan tatapan kesal dan cemberut. "Jika kau tetap keras kepala seperti imi. Jangan peluk aku untuk malam ini! Peluk saja bantal gulingmu yang lebih memahamimu!" Jisung langsung membalikan badan, membelakangi Alpanya itu, dan segera menenggelamkan badan telanjangnya dengan selimut tebal.

Minho menghela nafas melihat Jisung yang tengah merajuk itu. Ia tak ingin berdebat.

"Sung...., Eommaku sudah tahu hubungan apa yang kita miliki."

Awalnya Jisung mati matian tidak mau mendengarkan bila Minho meminta maaf dan membujuknya agar tidak marah, tapi ketika Minho membahas sesuatu yang tidak ia duga. Matanya otomatis terbuka. Ia langsung menurunkan selimut dan kembali menghadap Alpa itu. Amarahnya dan egonya lenyap begitu saja.

"Pada awalnya aku senang Eommaku sudah tahu terlebih dahulu kalau aku memiliki hubungan denganmu, jadi nanti tidak akan sulit bila aku menjelaskannya. Aku juga ingin berterus terang akan mengajakmu menikah bulan desember nanti kalau bisa. Tapi-" Minho sengaja menggantung kalimatnya. "Tidak semudah aku bayangkan...' Ia masih mempertimbangkan hal ini di dalam otaknya. "Eommaku meminta ku menjauhimu," Minho juga tidak memberitahu kalau Eomma juga membenci Jisung.

Mendadak rasanya otot otot tubuh Jisung lemas, tidak, bukan efek mereka telah bercinta. Tidak, bukan itu.

"Ke...kenapa ?" Tanya Jisung sangat amat pelan. Kedua alis Jisung terangkat ke atas, otaknya berhasil mencari tahu kenapa.

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang