15

6.8K 1.2K 150
                                    

Jisung mengunyah makanannya pelan, pandangannya menatap kosong ke arah mangkuk nasi, bukan Felix tidak menyadarinya. Tapi pasti ada sesuatu yang terjadi-

"Jisung,"

"Aku tak mau kehilangan nafsu makan, lix. Jangan tanya sesuatu di meja makan."

Brak!

"Tapi kau malah memainkan makananmu sedari tadi! Kau pikir aku tidak memerhatikan mu ?!" Felix menatap Jisung tajam. Tapi Jisung malah menghindari tatapan Felix, enggan melihat balik.

"Maafkan aku membentakmu, maafkan aku juga menggunakan nada tinggi sebelumnya. Tapi Jisung-" Mata Felix sudah berkaca kaca. "Aku khawatir. Sangat khawatir."

"Lix, aku baik baik saja." Jisung mencoba untuk tersenyum palsu. Tapi Felix menggeleng kepalanya keras.

"Lihat aku bertambah tampan dan manly kan ?"

"Jisung, that not funny."

"Yes it is."

"Nooooo!"

"Jangan sedih Lix, aku memang mengalami hal hal buruk hari ini. Tapi aku kuat kok! Ehehehe! Lihat aku makan masakanmu dengan lahap!" Seru Jisung dengan cengiran bodohnya. Menyuap besar besar sendokan itu ke dalam mulutnya dan mengunyah dengan pipi penuh yang lucu.

"Masakan mu enak. Bisakah kau mengajariku suatu hari nanti ? Mungkin aku bisa menjadi bapak rumah tangga yang baik." Jisung mencoba mengalihkan perhatian Felix. Karena ia akan bertambah lemah, cengeng, dan rapuh jika ia bercerita apa yang sedang menimpanya.

"Sung, aku tau kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku. Tapi aku harap kau memfokuskan energimu untuk hal lain yang lebih berguna ketimbang memfokuskam energimu untuk balas dendam, cukup karma yang mengerjakan pekerjaan kotor itu untukmu."

Senyuman palsu itu luntur. Terganti senyuman getir. Wajahnya berubah sendu tapi ia sembunyikan dengan baik beberapa detik kemudian.

"Aku adalah Beta yang kuat! Tenang saja, kau tak perlu khawatir lix." Jisung mengangkat kedua jempolnya.
_

"Hai, kakek Ahn!" Sapa Jisung.

Kakek kakek yang tengah memotong pohon hiasnya menoleh lalu membalas senyum hangat Jisung.

"Kau sedang belanja ?" Tanyanya sambil menyimpan gunting kebun ke dalam kotak perkakas di sebelahnya.

Jisung mendudukkan dirinya di atas kursi taman sang kakek. "Tidak, apa kakek tidak lihat aku tidak membawa belanjaan ?" Tanya terkekeh geli. Dahinya sudah basah akibat keringat. Berapa lama dia berjalan ?

"Maafkan mata kakek nak, sedang typo." Kakek Ahn mengambil tempat di sebelah Jisung.

"Kau tidak bekerja ? Biasanya kau selalu berangkat pagi pagi sekali untuk bekerja." Jisung tersenyum sendu mendengarkan pertanyaan kakek Ahn.

"Aku sudah berhenti kek."

"Kenapa ?"

"Ada sesuatu terjadi di sana, kek. Boss tempat itu membenci ku karena hal yang tidak aku pahami. Aku tak mau membuatnya kesal dan semakin membenciku jika aku masih berkerja di sana."

Kakek Ahn menatap Jisung sedih dan iba. "Bagaimana kalau kau bekerja di toko buku kakek ? Meski upahnya tidak sebesar gajimu di sana. Tapi-"

"Sungguhan kek ?!" Pekik Jisung senang. Menatap kakek Ahn dengan mata berbinar binar.

"Iya tentu saja. Untuk cucu kesayangan kakek."

"Terima kasih banyak kek. Empedu Jisung terharu mendengarkannyaaa,"

Gladiol -MinSung- [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang