03. Guilty

8.5K 1K 109
                                    

Lia terbangun dari tidurnya. Kepalanya berdenyut sakit, apa lagi saat matanya terbuka dan langsung bertatapan dengan cahaya lampu. Biasanya, Lia tidak pernah lupa untuk mematikan lampu sebelum tidur. Tapi setelah matanya terbuka sempurna dan menelusuri ruangan, bisa dipastikan betapa kagetnya Lia sekarang.

Lia menoleh ke samping, dan benar. Ada Soobin sedang tidur nyenyak di sana. Perasaan Lia sangat takut sekarang. Dirinya baru sadar tidak memakai apapun saat ini. Bahkan melihat tubuh atas Soobin yang polos membuatnya teringat dengan apa yang mereka lakukan semalaman.

Lia menutup mulutnya. Tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lakukan. Mereka itu kan sahabat. Yang benar saja.

Sebelum Soobin bangun, lebih baik Lia memakai bajunya kembali dan pergi secepatnya dari rumah Soobin. Untungnya Soobin tidak terbangun selagi Lia berpakaian. Bukannya menghindar, Lia hanya tidak sanggup jika bertatapan dengan Soobin nanti. Dan bagaimana kelanjutan hubungan mereka selanjutnya.

Hanya memikirkannya saja membuat Lia takut.

"Soobin, aku pulang." Bisik Lia dan langsung keluar dari kamar Soobin. Untungnya, rumah Soobin masih sangat sepi. Bersyukur Lia bangun jam tujuh pagi tadi.

Pulang ke rumah menjadi satu-satunya tujuan sekarang. Lia ingin menangis sejadinya di dalam kamarnya. Lia ingin melampiaskan rasa menyesalnya dengan menghabiskan waktu sendiri.

"Lia, semalem kemana kokㅡ"

BRAKK

Belum sempat sang bunda yang sedang berkutat di dapur menyelesaikan pertanyaannya, Lia lebih dulu membanting pintu kamar. Bahkan ayahnya yang sedang membaca berita hangat lewat I-Pad dan kakak laki-lakinya yang sedang bermain game langsung membeku. Tidak biasanya satu-satunya anak gadis di keluarga mereka bertingkah kasar seperti itu.

Perasaan sakit kini bersemayam di hatinya. Lia rasanya ingin membalikkan waktu kembali di mana dia seharusnya tidak menuruti kemauan Soobin untuk pergi ke rumah laki-laki itu. Harusnya Lia keukeuh membawa Soobin ke rumahnya. Harusnya Lia mendorong Soobin semalam. Dan banyak 'harusnya' lagi yang terlintas dalam benaknya.

Lia begitu menyesal. Dia merasa kotor. Sekarang dirinya hanya bisa menangis. Karena mau bagaimana pun, pada akhirnya Soobin tetap lah menjadi orang pertama yang melakukan hal itu padanya. Tidak ada yang bisa dirubah.

Tok tok tok

"Lia..." Suara bunda terdengar di balik pintu.

Lia makin menangis begitu mendengar suara lembut Bundanya. Bagaimana perasaan beliau jika tau anak gadis satu-satunya sudah tidak lagi memiliki mahkota yang seharusnya dijaga sampai bersuami.

"Lia, sayang, kamu kenapa?" Bundanya mencoba untuk membuka pintu namun Lia sempat mengunci tadi.

Lia menutup kepalanya menggunakan bantal. Tidak mau mendengar suara bundanya. Karena semakin dia mendengar suara orang yang dia sayang, perasaan menyesal dan bersalah itu makin besar pula.

Tidak mau membuat sang Bunda menunggu di depan kamarnya, Lia memutuskan untuk mengirim pesan pada kakak laki-lakinya.

Kak Hyunsuk

Lia:
kak bilangin bunda
jgn ganggu lia dulu |
read

***

Sudah dua minggu Soobin tidak melihat keberadaan Lia. Bahkan yang seharusnya sahabatnya itu ikut mendaftar di salah satu kampus ternama, mereka tetap tidak bertemu. Berkali-kali Soobin menelfon Lia tapi tidak ada jawaban sama sekali. Semua akun sosial medianya tidak aktif sejak pertemuan terakhir mereka.

Berkali-kali pula Soobin menghampiri rumah Lia, tetapi selalu tidak diperbolehkan bertemu oleh kakaknya. Entah kenapa, Soobin masih belum dapat jawabannya sampai sekarang. Soobin mulai frustasi, dia tidak ingat apa yang menyebabkan Lia menghindar darinya. Yang dia ingat adalah dirinya mencium Lia di dalam kamarnya. Setelah itu, ingatannya seakan terhapus. Soobin tidak ingat apa-apa.

Kini Soobin sedang berdiri di depan rumah Lia. Hanya menatap jendela kamar sahabatnya yang ada di atas. Tidak niat untuk memanggil namanya. Karena Soobin tau, yang akan keluar adalah Choi Hyunsuk, bukan Choi Lia.

Soobin duduk di pinggir jalan, mengacak rambutnya kasar. Setelah dia kehilangan Chaeyoung, seharusnya Lia menemaninya, kan. Soobin sedikit kecewa dengan Lia yang malah menjauh darinya. Tapi Soobin selalu tepis perasaan itu karena dia yakin Lia pasti punya alasan kenapa menjauhinya.

Ting!

Suara notif pertanda pesan masuk berbunyi. Soobin dengan malas meraih ponselnya yang ada di kantung celana. Tetapi begitu melihat siapa yang mengirimnya pesan, Soobin langsung buru-buru membukanya.

liaCH🐰

liaCH🐰:
| pulang

Hanya satu kata padahal. Tapi Soobin merasa lega sekarang. Akhirnya Lia masih sadar akan keberadaannya.

Dengan cepat, Soobin mengetik sebuah balasan untuk Lia.

liaCH🐰

Soobin:
li, jgn diem gini |
ayo omongin klo gue ada salah |
gue kgn |

Tapi yang terjadi adalah Lia memblokir nomornya. Soobin akhirnya kesal. Kesabarannya habis. Dia memutuskan untuk pulang, tidak mau lagi menunggu Lia di depan rumahnya.

Masa bodo tentang alasan dibalik menjauhnya Lia. Sekarang Soobin merasa terabaikan. Dia merasa Lia berubah.

Tetapi entah mengapa, di dalam lubuk hatinya, Soobin merasakan sedikit perasaan bersalah. Benar-benar sedikit tapi sangat mengganggunya. Soobin tidak tau apa yang membuat dirinya merasa tidak bersalah.

Dan pada akhirnya Soobin benar-benar pergi dari wilayah rumah Lia.

Dan di kamarnya, Lia kembali menangis melihat kepergian Soobin lewat jendelanya.

Dengan satu tangan yang memegang sebuah alat dengan garis dua di tengahnya.

tbc.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang