Hyunsuk menatap adiknya dari jauh. Kedua tangannya dilipat di depan dada, matanya menandakan bahwa dia marah, kecewa, sekaligus khawatir. Masih setia berdiri di ambang pintu kamar adiknya, Hyunsuk menyumpah serapahi Soobin dalam hati. Dirinya sangat marah sekarang. Tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.
Karena, nasi telah menjadi bubur.
"Lia!" Dengan lantang, Hyunsuk memanggil adiknya. Kini Hyunsuk mulai masuk ke dalam kamar Lia, lalu dengan sekali gerakan mengambil benda yang dipegang Lia sedari tadi.
"Kak..."
"Mau gimana lagi kamu, Dek? Kakak bingung, kenapa nggak langsung kamu bilang aja ke Soobin soal ini, hah?" Bentak Hyunsuk, mengangkat benda itu ke atas.
Lia merebut kembali benda tadi. "Kakak nggak ngerti. Ini susah buat Lia, Kak!"
"Kalo ini susah buat kamu, biar Kakak yang kasih tau Soobin!" Hyunsuk mengambil ponselnya, bersiap untuk menelfon Soobin. Tapi Lia menghempaskan ponselnya membuat benda persegi panjang berwarna silver itu terjatuh ke lantai.
"Kak, Lia mohon.. jangan bilang apa - apa sekarang. Lia masih mau pikirin ini sendiri, ini masalah Lia Kak, Liaㅡ"
Hyunsuk memotong ucapan adiknya. "Gila kamu ya, Dek.."
Lia kaget dengan penuturan Kakaknya. Tapi dia sadar, memang akal sehatnya sudah tidak terpakai sejak melihat hasil dari benda tadi.
"Kamu mau mikir sampe perut kamu buncit, gitu? Abis itu Bunda sama Ayah tau. Terus pas Bunda sama Ayah ngajak kamu ke rumah Soobin buat minta tanggung jawab, Soobin nya malah nggak tau apa-apa. Kamu rencanain jalan cerita kayak gitu? Iya?!"
Tangisan Lia pecah. Ucapan kakaknya memang benar. Lia sekarang hanya dikuasai oleh ketakutan. Mau bagaimana pun, Lia harus bilang pada Soobin. Bilang bahwa sekarang dirinya sedang mengandung darah daging Soobin.
Memang hanya kakaknya yang tau tentang kehamilannya. Karena Lia meminta kakaknya yang mencarikan benda untuk periksa apakah perempuan hamil atau tidak. Atau lebih gampangnya, testpack.
Lia bahkan sudah menceritakan bagaimana dirinya dan Soobin bisa menghasilkan seseorang di dalam perut Lia. Dari saat Soobin mabuk di pesta kelulusan karena putus dengan kekasihnya, sampai Soobin yang membuatnya dikuasai nafsu setan. Yang membuat Hyunsuk mendengarkan cerita adiknya dengan menahan emosi.
"Nanti malem, Kakak anter kamu ke rumah Soobin!" Hyunsuk mencengkram pergelangan tangan Lia, membuat adiknya itu sedikit meringis.
"Kak, kalian kok berantem?" Tiba-tiba suara bunda terdengar. Hyunsuk langsung melepaskan cengkramannya lalu membalik badan. Menatap bundanya ragu.
"Kita.. nggak berantem kok, Bun." Elak Hyunsuk. Lia yang tertutup tubuh Hyunsuk mencoba menghapus air matanya.
"Kakak udah berani boong sama Bunda? Iya?" Bunda masuk ke dalam kamar anak gadisnya.
"Kalo nggak berantem kenapa ini adeknya nangis?" Bunda menarik tangan Lia supaya menjauh dari Hyunsuk. Ternyata bundanya lebih dulu lihat air mata anak gadisnya tadi.
"Lia nggak nangis kok, Bun!" Jawab Lia percaya diri.
Hyunsuk menatap adik serta bunda nya gantian. Dirinya sebagai kakak harus memilih pilihan yang tepat. Kalau Hyunsuk menutupi tentang kehamilan Lia pada bunda, itu sama saja dia menyiksa adiknya secara perlahan. Tetapi kalau Hyunsuk memberitahu hal itu sekarang, bagaimana nasib Lia di mata kedua orang tua nya. Hyunsuk sangat dilema. Dalam hati memanjatkan doa tentang apa yang harus dia lakukan.
Bunda menghela nafas, lalu matanya tidak sengaja melihat testpack yang Lia jatuhkan ke bawah meja tadi. Hyunsuk sadar bunda melihat testpack itu, akhirnya sebuah pilihan terlintas di otaknya.
"Lia hamil, Bun."
Bunda yang masih dalam mode kaget, yang baru saja ingin berteriak, langsung lemas mendengar pernyataan Hyunsuk. Lia sendiri kaget dengan apa yang dia dengar.
"Bun- nggak gitu, Bun. Lia.. Lia cumaㅡ"
"BUNDA!"
Bunda pingsan.
***
Soobin sedang nongkrong dengan teman-temannya sekarang. Sebut saja Yeonjun, Beomgyu, Taehyun dan Kai. Mereka berlima sudah berteman dan sering nongkrong seperti ini sejak awal masuk SMA. Walaupun kelimanya berbeda sekolah, hanya Beomgyu dan Taehyun yang satu sekolah, bukan berarti acara nongkrong seperti ini tidak bisa dilaksanakan.
"Gimana lo, bro? Diterima nggak di kampus kebanggaan lo itu?" Yeonjun si pria berponi rata bertanya pada Soobin. Dirinya juga menekan kata 'kebanggaan'.
"Nggak tau nih, belum cek lagi gue." Jawab Soobin lalu menghembuskan asap dari mulutnya.
"Lah gimana dah lo, Bang? Waktu itu aja lo sampe ikut les padahal bukan gaya lo banget." Saut Beomgyu, diangguki yang lain.
Soobin tertawa kecil lalu mematikan rokok yang sudah tinggal seujung jari itu. "Gue belajar keras waktu itu gara-gara Lia. Karena gue mau satu kampus sama Lia, tapi lo tau kan sekarang gimana? Gue udah nggak ketemu lagi semenjak pesta kelulusan." Soobin mengusap wajahnya gusar.
Kai yang ada di sampingnya menepuk pundak Soobin. "Sabar, Bang. Lagi kedatengan tamu kali tuh cewek."
"Ck, lo kira Lia apaan kedatengan tamu sampe berminggu-minggu?" Soobin menepis tangan Kai. Padahal yang diucapkan Kai benar. Lia sedang kedatangan tamu, yang akan dibawa kemana-mana sampai 9 bulan.
"Heh udah lah, Bang. Kita nongkrong buat hepi hepian. Jangan galau lah, lupain dulu masalah lo." Kali ini Taehyun yang bicara.
Yeonjun mengangguk-anggukan kepalanya lalu membuka tas gemblok yang dia bawa tadi. "Nih lah lupain dulu aja."
Soobin menatap Yeonjun dengan senyum miring. Lalu mengalihkan pandangannya pada botol yang sudah tidak asing baginya.
"Weh gila masih sore udah mao mabok, ckck." Kata si bungsu Kai. Karena hanya Kai dan Taehyun yang tidak minum. Sebenarnya Beomgyu juga, tapi kadang dia penasaran dan mencicipnya sedikit.
"Ikut minum lagi nggak, Gyu?" Tanya Yeonjun yang sedang menuangkan minuman itu ke gelas kecil.
"Enggak lah, Bang. Bawa motor gue." Tolak Beomgyu.
"Lemah lo! Dikira gue nggak bawa mobil kali." Ledek Soobin.
"Nggak usah gila dulu, lo belum minum!" Yeonjun menoyor kepala Soobin.
"Cheers?" Yeonjun memajukan gelasnya. Soobin langsung menuangkan minuman tadi ke gelasnya.
"Cheers!"
Ting!
Dua gelas berisi alkohol itu sudah saling beradu. Tinggal diminum oleh si empu. Tapi belum sempat ujung bibir mengenai gelas, pintu tergedor dengan keras.
"Bangsat kaget gue." Umpat Yeonjun.
"Buka gih!" Semuanya menyuruh Kai untuk membuka pintu. Kai yang memang sudah terbiasa disuruh-suruh langsung nurut.
Ceklek
"Papa? Papa ngapainㅡ"
PLAK
Keempatnya terperanjat melihat papa nya Soobin datang-datang menampar putranya.
Sedangkan Soobin masih membeku di tempatnya. Dengan satu tangan yang memegang pipi bekas tamparan tadi.
"IKUT PAPA SEKARANG!"
Soobin yang ditarik paksa mencoba berontak. Setelah sekian lama tidak berjumpa dengan papanya, bukan kejadian seperti ini yang Soobin harapkan.
"Om, janganㅡ"
Yang lain mencoba untuk menghentikan papanya Soobin.
"Nggak usah berontak, Soobin! Kamu pantes Papa giniin!" Akhirnya tangan Soobin dilepas dari cengkeramannya.
"Pa, Papa apa-apaan sihㅡ"
Papa Soobin masih belum memberikan kesempatan untuk anaknya. Beliau kembali berbicara.
"Lia hamilㅡ"
"ㅡdan itu anak kamu."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOON TO BE A PAPA
FanfictionBegini perubahan si bad boy Soobin ketika dirinya tau akan segera memiliki anak dari sahabatnya sendiri, Lia. Rank #1 soolia 190707 #1 choilia 190918 #1 txzy 190923 #1 choijisu 191013 #1 yeonjun 191030 ...