26. Hwall

6K 802 105
                                    

"Lo sadar lo salah nggak?"

Soobin tersentak begitu mendengar Hwall bertanya saat keduanya baru saja keluar dari ruangan Lia. Ia membalikkan tubuhnya agar dapat menatap Hwall yang juga sedang menatapnya dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

"Maksud lo apa?"

"Lo, ngelakuin hal yang salah, ke Lia." Hwall menekan setiap kalimatnya sambil menunjuk Soobin.

"Nggak usah nunjuk, lo tau sopan santun kan?" Soobin menepis tangan Hwall membuat pria itu tertawa kecil.

"Lo bisa dewasa nggak? Apa pantes kelakuan kekanakan lo gini buat jadi kepala keluarga?" Singgungnya.

"Ini rumah sakit, Hwall. Bisa mulut lo diem nggak?" Soobin sudah mengepalkan kedua tangannya.

"Nggak usah emosi. Gue cuma mau ngobrol sama lo, sesama cowok."

"Gue nggak butuh ngobrol sama lo." Tolak Soobin.

"Lia sayang sama lo."

Empat kata lolos dari mulut Hwall berhasil menghentikkan Soobin yang baru saja akan meninggalkan tempat. Hwall lagi-lagi tersenyum miring, ia menertawai dirinya sendiri yang mengatakan bahwa gadis pujaannya selama bertahun-tahun hanyalah sayang pada seorang Soobin.

"Gue masih kasih kesempatan buat lo perbaiki hubungan sama Lia. Ini juga demi Jibinㅡ" Soobin memotong ucapannya.

"Gue tau apa yang harus gue lakuin, jadi lo nggak usah ikut campur sama urusan kita." Soobin menekan kata kita saat mengucapkannya.

"Tetep aja, kalo lo nyia-nyiain kesempatan yang gue kasih, gue nggak segan-segan bertindak."

"Lo pikir lo siapa? Jangan ngatur gue sama istri gue bisa kanㅡ"

"Karena gue sayang sama Lia!"

Keduanya terdiam. Hwall masih menahan nafasnya setelah berbicara agak keras tadi. Soobin makin mengepalkan kedua tangannya. Sudah cukup ia menahan emosi sampai satu tangannya terarah untuk menarik jaket yang dipakai Hwall.

"Maksud lo apa bangsat?!" Tanya Soobin pelan, namun penuh penekanan.

"Maksud gue? Gue bakal memperlakukan Lia lebih baik, lebih tulus dan lebih menghargai. Gue nggak peduli dengan statusnya sekarang, gue sayang sama Lia, jauh sebelum ini. Lo pasti tau maksud gue, kan."

"Lia istri gue, gue suami Lia, jangan berani-beraninya lo sayang sama istri orang!"

"Oh ya? Apa pernah lo anggap Lia sebagai istri lo?"

Tangan Soobin melemas. Ia melepaskan cengkraman di jaket Hwall dan pria bermata minimalis itu segera merapihkan penampilannya seperti semula.

"Lo tau apa sih, hah! Urusan gue anggap Lia atau enggak, sayang Lia atau enggak, gue rasa itu bukan urusan lo!"

"Oke gue akuin itu bukan urusan gue. Tapi kalo hal ini ada sangkut pautnya sama Lia, gue nggak akan diem aja. Karena sekali lagi gue kasih tau, gue sayang Lia. Tulus."

Soobin memejamkan kedua matanya, menahan perasaan sakit di hatinya saat Hwall mengatakan bahwa pria itu menyayangi Lia. Menyayangi istrinya.

"Jangan berani-beraninya lo deketin Lia!" Ucapnya masih dengan mata terpejam.

"Kalo Lia aja lagi nunggu surat cerai dari lo, apa salahnya gue maju satu langkah?"

Soobin membuka matanya, menatap Hwall dengan ekspresi yang campur aduk. Ada perasaan takut didalamnya. Takut Lia direbut Hwall. Takut Hwall berhasil membawa Lia ke dalam hidupnya. Takut Lia benar-benar pisah dengannya.

"Tapi gue sadar diri. Lo bapaknya Jibin, lo yang berhak ngatur semuanya. Makanya sekarang gue peringatin lo, kalo lo sia-siain, inget! Gue bakal jadi orang pertama yang meluk Lia." Hwall memperjelas, membuat Soobin menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya gusar.

Hwall menghela nafas lalu melangkahkan kakinya pergi. Bahunya sempat menabrak bahu Soobin namun pria itu tidak bergeming ditempatnya berdiri. Setelah Hwall sudah lumayan agak menjauh, Soobin membalikkan tubuhnya.

"Gue sayang sama Lia!"

Hwall menghentikkan langkahnya. Tersenyum kecut mendengar pengakuan Soobin yang terbilang tiba-tiba ini.

"Gue sayang keluarga kecil gue. Jadi gue pinta sama lo, berenti nungguin Lia!"

Untungnya mereka berada di koridor rumah sakit dimana tempat ruang VIP berada. Jadi sudah dipastikan koridor sepi, mungkin beberapa orang mendengarnya dari dalam ruangan. Seperti contohnya, Lia.

Lia mendengar apa yang dikatakan Soobin. Bukan hanya Soobin, namun Hwall juga. Semua percakapan kedua pria itu terdengar olehnya secara langsung. Perempuan itu bingung, haruskah ia bahagia atau tidak.

Hwall kembali melangkahkan kakinya. Kali ini ia benar-benar pergi. Soobin sendiri bersungguh-sungguh atas ucapannya. Ia memang sayang pada Lia, mungkin sebagai perempuan. Atau, hanya sebatas sahabat?

Lia dengan pakaian rumah sakitnya tiba-tiba keluar dan berdiri di belakang Soobin dengan keterkejutan di wajahnya. Soobin melangkahkan kakinya kembali namun sebelum benar-benar pergi, Lia menahan pergelangan tangannya.

"Lia? Bukannya kamu lagi tidur?" Soobin sendiri tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

"Kamu serius, Bin?"

Soobin menaikkan sebelah alisnya, "Soal apa?"

Lia menarik nafas lalu tersenyum dan tidak lupa kedua tangannya yang sedang memegang tangan Soobin sekarang, "Asal kamu tau.. Hwall bicarin hal yang penting sama aku. Sebelum kamu sama Yejin dateng tadi."

Soobin masih mendengarkan, tangannya membalas tautan tangan Lia.

"Apa? Hwall ngomong apa?"

"Dia bilang, dia serius sama ucapannya. Dan kamu tau apa ucapan Hwall sebelumnya?"

Soobin menggeleng, matanya menatap lurus ke dalam mata Lia.

"Hwall bilang, dia siap kapan pun jadi sosok ayah untuk Jibin. Kamu tau arti ucapannya itu, kan?"

Soobin membelalakkan matanya. Sekarang ia mendengar langsung hal itu dari istrinya sendiri.

"Dan kamu tau apa jawaban aku?"

"Lia..." Panggilnya lirih.

"Aku izinin dia. Karena nggak mungkin kan Jibin tumbuh tanpa ayah?"

Mendengar itu Soobin jadi tersinggung, "Aku papanya Jibin, Li! Mau sampai kapan pun, aku yang bakal tetep jadi papanya Jibin!" Soobin menghempaskan kedua tangan Lia.

Lia memejamkan matanya sebentar lalu kembali mengambil nafas dalam, "Aku tau. Aku tau betul, Bin. Tapi bukannya ini semua keinginan kamu? Bebas dari aku, setelah anak kita lahir. Kalo yang kamu mau itu bebas dari aku, itu artinya kamu mau nggak mau pasti menjauh dari Jibin."

"Liaㅡ"

Lia mengangkat satu tangannya pertanda Soobin harus berhenti bicara.

"Makanya sekarang aku tanya, apa kamu serius sama apa yang kamu bilang tadi? Kamu sayang sama aku? Sayang sama keluarga kecil kita?"

Soobin terdiam hingga beberapa saat.

"See? Kalo itu yang kamu mau, aku nggak akan ngelarang Hwall." Lia kembali ke dalam ruangannya dengan membanting pintu lumayan keras.

Sedangkan Soobin sedang merutuki kebodohannya sendiri.

tbc.

ada yang mau ngumpat ke soobin?

BTW SELAMAT LIBURAN GUYS~~

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang