27. Over

5.7K 758 53
                                    

Hari ini Lia dan bayinya sudah boleh pulang. Tentu keduanya langsung tinggal di rumah pemberian orang tua mereka. Irene dan Minah memutuskan untuk bergantian menginap, sekalian menggurui Lia yang sudah menjadi seorang ibu.

Sejak pagi tadi mood Soobin buruk. Ia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun dan hanya menurut ketika seseorang menyuruhnya. Seperti contohnya tadi, saat mamanya menyuruh Soobin menyediakan minuman untuk Hwall.

Ya, Hwall lagi-lagi datang untuk membantu kepulangan Lia dan Jibin.

Mata Soobin menatap lurus ke arah Hwall dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Ia tak habis pikir dengan Hwall yang sepertinya tidak menghiraukan pembicaraan mereka tempo hari. Padahal Soobin sudah dengan tegas mengatakan untuk tidak mencampuri urusan rumah tangganya.

Namun sayang, tidak ada yang berpihak pada Soobin. Bahkan mamanya sekalipun, beliau sendiri tidak mendengarkan Soobin ketika anaknya mengeluh tentang keberadaan Hwall. Respon Minah malah menyambut Hwall dengan hangat dan banyak bicara dengannya.

Lia keluar dari kamarnya setelah berhasil menidurkan Jibin bersama dengan bunda Irene. Senyumnya terukir ketika melihat Hwall duduk di ruang tamu dan sedang mengobrol bersama mama Minah. Namun senyumnya Lia kini tidak disukai Soobin. Pria itu tidak suka ketika Lia tersenyum bukan untuknya.

"Hwall dari kapan?" Tanya Lia antusias lalu duduk di sebelah Hwall, mengabaikan Soobin. Bahkan melirik saja tidak.

"Baru aja kok."

"Ah nggak usah merendah gitu. Hwall ini abis bantu anter baju-baju kamu karena Suho sama Minhyuk kan nggak bisa ke sini karena kerja." Jelas Minah.

Soobin merotasikan matanya malas. Padahal dia juga membantu. Bahkan bantuan Hwall tidak seberapa jika dibandingkan Soobin. Soobin juga ingin dipuji depan Lia.

"Aduh makasih banyak lho, Hwall. Maaf ya jadi ngerepotin."

"Nggak sama sekali, Lia."

"Ekhem.." Soobin berdehem agak keras. Sengaja memang, apa lagi ketika melihat Hwall mengelus punggung tangan Lia.

"Diminum kalo seret." Minah menyodorkan gelas berisi air putih miliknya.

"Apa sih, Ma?" Soobin mendorong gelasnya pelan pertanda menolak. Matanya menatap sinis Hwall yang malah sedang tersenyum manis padanya.

Lia melirik ke Soobin sebentar lalu menghela nafas pelan. Seperkian detik kemudian Lia kembali sibuk berbincang dengan Hwall. Kembali menganggap Soobin hanya sebuah bayangan disana.

Soobin yang merasa diabaikan memilih untuk keluar. Ia hanya berdiri di depan sana dengan kedua tangan yang dimasukkan pada saku celana. Melihat-lihat sekitar, pemandangan yang masih asing baginya. Matanya kembali salah fokus ke rumah Minju, saat hari dimana Lia lahiran, Soobin datang ke sana untuk mengakhiri semuanya. Mengakhiri hubungan salah mereka.

Pintu rumah itu terbuka, Soobin langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Namun terlambat, seorang perempuan yang membuka pintu tersebut telah menangkap basah Soobin yang sedang memperhatikan rumahnya. Senyum terukir di wajah perempuan itu.

Soobin berusaha untuk tidak kembali melihat ke sana, namun lagi-lagi matanya tidak bisa diajak kompromi. Sampi akhirnya mata mereka bertemu. Soobin lega karena ternyata itu bukan Minju. Entah siapa Soobin tidak peduli. Tapi ketidak peduliannya kini berubah menjadi heran. Ketika perempuan itu berhenti di depan gerbang rumahnya lalu melambaikan tangan.

Soobin menunjuk dirinya sendiri dan perempuan itu mengangguk kuat. Dengan ragu Soobin melangkah untuk membukakan gerbangnya.

"Soobin?" Tunjuknya dan Soobin mengangguk.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang