15. Dream In A Dream

5.7K 806 60
                                    

Hyunjin menggigit jarinya sedari tadi sehingga kulitnya terlihat memucat. Dia memang tidak begitu mengenal Lia, tapi tetap saja merasa khawatir atas kesalamatan gadis itu. Apa lagi saat tadi dengan tiba-tiba Yejin datang, dan menyuruhnya untuk menunggui Lia di depan ruang operasi.

Saat keadaan sedang tenang - tenangnya, tiba-tiba ada suara gaduh yang makin lama makin terdengar suaranya. Suara pria dewasa yang sedang marah dan suara tangis dari seorang ibu. Hyunjin menoleh, dan mendapati Hwall bersama Soobin yang sedang menunduk. Juga beberapa orang lainnya yang Hyunjin yakini merupakan orang tua Soobin dan Lia.

"Gimana keadaan Lia? GIMANA KEADAAN ANAK SAYA?!!!" Irene menangis sambil berteriak, memukul lemah pundak Hyunjin karena dia lah yang menunggui proses operasi.

"Li-Lia.." Hyunjin dengan ragu melirik Hwall dan yang kembaraannya itu lakukan adalah mengangguk.

"Tadi Yejin yang ngasih persetujuan untuk operasi Lia."

"Lia kenapa?" Masih dengan tangisan yang hebat, Irene terus bertanya perihal keadaan anaknya.

"Yejin setuju untuk operasi pengambilan janin." Jelas Hwall. Membuat semua yang ada di sana kaget.

"Kamu denger itu Soobin? KAMU DENGER, HAH!" Kemurkaan Irene sudah sampai puncak, ibu itu menarik baju Soobin, memukul dan memakinya. Sedangkan Minah, ibu Soobin hanya bisa pasrah dan menangis. Begitu juga dengan para suami mereka yang sedang menahan amarah pada oknum bernama Soobin.

Seharusnya di situasi seperti, Soobin diam. Tapi bodohnya, Soobin malah membela diri.

"Kenapa semua jadi salahin Soobin?" Soobin tersenyum miring. Mentertawakan nasib.

"Emangnya Soobin yang nabrak Lia? Emangnya Soobin yang bikin Lia harus operasi pengangkatan janin? Kenapa semua disalahin ke Soobin HAH?"

PLAK

Minah maju dan menampar putranya. "Mama kecewa sama kamu."

"Aku mau perceraian Lia dan Soobin secepatnya." Kata Irene dengan nada dingin. Membuat Minah hanya bisa menghela nafas.

"Ya bagus dong. Biar Lia bebas dari cowo kurang ngajar kayak Soobin. Iya kan?" Soobin tertawa getir.

Keadaan langsung hening. Irene beserta suaminya Suho hanya bisa berdiam diri berharap Lia bisa diselamatkan walaupun ya seperti itu.
















"Hwall." Seseorang memegang pundak Hwall.

Tetapi tidak ada sautan dari kembaran Hyunjin itu.

"Hwall?" Panggilnya lagi.

"HWALL!"

"Ih kebo banget. Hwall bangun, aku udah selesai."

Hwall membuka matanya lalu mengerutkan keningnya.

Ternyata dia ketiduran.

Dan masih di tempat yang sama, rumah sakit.

Tetapi bedanya, ini hanya perawatan umum, bukan tempat operasi. Kemana perginya Lia, Soobin dan kedua orang tua mereka?

Hwall menegakkan tubuhnya lalu menoleh pada sumber suara yang membangunkannya.

"LIA?!" Pekiknya kaget membuat beberapa orang di sana memandangnya.

"Kamu kenapa?"

"Li, perut lo.."

Aneh. Hwall sekarang melihat Lia sedang berdiri di hadapannya. Sehat bugar dan masih mengandung anaknya.

Tunggu, apa tadi itu hanya mimpi dia? Tetapi kenapa mereka benar-benar berada di rumah sakit?

"Makasih ya udah anter aku ke rumah sakit. Aku udah sama Yejin, tadi ketemu, jadi kamu boleh pulang." Kata Lia yang belum sadar akan kebingungan Hwall.

"Tunggu! Li, lo.. lo nggak papa?"

Lia tersenyum mendengar pertanyaan Hwall. Walaupun terdengar ada nada kebingungan di sana. "Aku nggak papa kok. Lagian tadi kan cuma keserempet motor jadi kena lecetnya deh." Jawab Lia sambil memperlihatkan kakinya yang sudah tertutup plester luka.

Hwall makin mengerutkan keningnya. Menatap Lia dengan berbagai pertanyaan yang enggan diungkapkan.

"Hwall?" Lia melambaikan tangannya depan wajah Hwall.

"Eh iya- anu, yaudah gue balik duluanㅡ"

"Heh enak aja balik! Parah banget nggak ada niatan ketemu temen lama nih?" Hwall mengalihkan pandangannya dan mendapati Hyunjin jalan beriringan bersama seorang perempuan yang menahannya untuk pulang tadi.

"Yejin?"

"Wih, apa kabar lo?" Tanya Yejin.

"Baik."

"Ah nggak asik banget gue nggak ditanya balik." Yejin merenggut.

"Haha iya iya, lo apa kabar?" Itu yang nanya bukan Hwall, tapi Hyunjin.

Yejin berdecih lalu pindah posisi ke sebelah Lia dan menggaet lengannya.

"Kamu kemana aja tadi?" Tanya Lia.

"Aku abis beli makan sama Hyunjin tadi, nih buat kamu yang ini buat Hwall." Yejin mengeluarkan makanannya.

"Ini yang jual di depan, kan? Kok lama? Hayo, abis jalan-jalan ke mana dulu nih?" Ledek Lia.

Yejin merotasikan matanya malas. "Tuh si Haje ketiduran di warung sana. Sumpah malu-maluin banget mana aku jadi makan sendirian. Dibangunin malah ngorok, kebo!" Semprot Yejin membuat Lia tertawa.

Hyunjin hanya bisa terkekeh kecil sambil mengusap tengkuknya karena malu. Apa lagi setelah mendengar Yejin memanggilnya dengan sebutan Haje. Seakan bernostalgia jaman SMA di mana mereka sedang dekat dekatnya.

Hwall dari tadi hanya menyimak Yejin berbicara. Lalu menatap tanya Hyunjin begitu mendengar kembarannya itu ketiduran. Hyunjin membalas tatapan Hwall seakan mengerti atas tatapan kembarannya itu.

"Li, balik yuk! Kayaknya Soobin udah nyampe." Ajak Yejin tetapi Lia malah menahannya saat sepupunya itu ingin membantunya berjalan.

"Kamu ngapain nyuruh Soobin jemput?" Tanya Lia dengan nada takut di sana.

"Lho kenapa emangnya?" Tanya Yejin.

Hwall yang mendengar juga bingung. Jadi, Soobin itu memang benar suami Lia? Seperti di mimpinya tadi?

"Ya.. takutnya dia lagi capek." Jawab Lia.

"Aduh, udah deh ayo balik. Eh lo si kembar, balik juga sana jangan ngalusin anak PPL di sini. Bye!"

Kedua anak kembar itu menatap punggung Lia dan Yejin yang kian menjauh. Hyunjin dari tadi hanya bisa menggelengkan kepalanya atas ucapan ceplas ceplos Yejin.

"Jin.."

"Hm?"

"Sini dulu napa." Hwall menepuk sebelah kursinya yang kosong.

"Ngapain? Lo nggak mau balik?" Tanya Hyunjin namun tetap duduk di bangkunya.

"Lo ngerasa ada yang aneh nggak sih?"

Hyunjin mengerutkan keningnya mendengarkan pertanyaan Hwall. Dia melihat Hwall benar-benar menampilkan wajah seriusnya.

"Iya sih. Semenjak gue bangun di warung depan tadi."

"Ya kan?"

"Gue mimpi, Hwall. Dan di sana ada Lia sama Soobin." Lapor Hyunjin.

"Dan keadaan Lia tuhㅡ"

"Keguguran." Potong Hwall.

"Kok lo tau?"

"Gue juga mimpi. Dan kayaknya, mimpi kita sama."

"Hah, masa?"

"Lo yang nyuruh telpon ambulan waktu gue cuma diem aja liat Lia ketabrak truk." Hwall menceritakan kejadian awalnya.

"Lah beneran sama?" Kaget Hyunjin.

"Lo inget kan terakhir kali kita punya mimpi yang sama tuh ada kejadian yang nggak ngenakin."

Hyunjin mengangguk dengan kekhawatiran di sorot matanya.

Begitu pun dengan Hwall.

tbc.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang