Cuaca yang cerah. Burung berkicauan dan terbang ke sana ke mari. Musim gugur memang terlihat menyejukkan. Ditambah saat membawa keluarga kecil untuk menikmati semilir angin di sore hari seperti ini. Menggelar kain untuk alas, membawa makanan segar serta tak lupa dihiasi suara lengkingan anak laki-laki yang baru saja menginjak usia 7 tahun itu.
"Papa!!!"
Laki-laki itu tersenyum sambil mendengus geli. Anaknya itu sejak tadi tidak berhenti protes kepadanya saat burung-burung yang ia dekati kembali berlari.
"Kenapa lagi sayang?"
"Tau deh, ngeselin burungnya!" Anak laki-laki itu duduk dan mengambil buah melon yang sudah terpotong kecil.
"Tuh liat celana kamu udah kotor gini. Jatoh berapa kali tadi hm?"
"Ih nggak usah dicubit aku nya!" Anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya ketika wanita yang sedang menata buah-buahan mencubit pelan pipinya.
"Kamu yang anteng dong, Bin. Kita kan mau nikmatin musim gugur, bukan nangkep burung."
Bukannya didengarkan, anak laki-laki itu secara perlahan mulai berdiri. Kakinya melangkah dengan pelan, kedua tangannya terangkat sedikit ke atas, bahkan matanya tak lepas menatap seekor burung yang sepertinya akan kembali menjadi terjangannya seperti yang lain.
"Anak kamu tuh."
"Siapa yang buat emangnya?"
Sepasang suami istri itu tertawa. Membiarkan anak mereka yang sepertinya ingin menangkap burung tak bersalah itu. Sesekali saling suap menyuap dan tanpa sadar anak mereka sudah tidak terlihat dari pandangan.
Nyatanya, anak laki-laki tersebut mengikuti langkah seorang anak perempuan yang sedang berlari kecil dengan seekor burung digendongannya.
"Kok bisa?" Herannya melihat burung yang ada di tangan anak perempuan itu.
"Bunda, Ayah! Liat aku bawa burung!!"
Anak laki-laki itu menajamkan pendengarannya.
"Ya ampun, Yah liat deh anak gadisnya tuh."
"Nggak papa dong, tapi abis ini lepasin ya burungnya."
"Kok dilepas? Kita pelihara aja Yah.. ya kan Bun?"
"Kamu kira itu burung bisa seenaknya dipelihara? Lagian kamu ma main barbie aja sana."
"Hih bilang aja Kakak cemen nggak berhasil nangkep burungnya kan?"
"Enak aja! Dibilang Kakak mau main game aja, ngapain ngejar burung coba, bikin cape."
"Hus udah jangan ribut. Sayang anak Bunda yang cantik, burung ini harus tinggal di alam bebas. Kamu emangnya nggak kasian kalo burungnya harus dikurung terus?"
"Iya juga ya.. hm yaudah deh, dadah burung kecil Lia!!"
Anak laki-laki itu tersenyum. Apa katanya barusan? Burung kecilnya Lia. Ada-ada saja menurutnya.
"Kamu ngapain di sana?"
Anak laki-laki itu terperanjat. Matanya berkedip beberapa kali dengan cepat lalu tangannya menunjuk dirinya sendiri.
"A-aku?"
"Iya kamu. Ngapain di sana liatin aku terus?"
"Siapa, Li? Lho, Soobin?"
"Soobin? Tunggu- anaknya Minah??"
Anak laki-laki itu mengusap tengkuknya. Ia tidak mengerti situasi kali ini. Bagaimana bisa seorang bibi dan paham dihadapannya ini mengenal namanya bahkan mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOON TO BE A PAPA
FanfictionBegini perubahan si bad boy Soobin ketika dirinya tau akan segera memiliki anak dari sahabatnya sendiri, Lia. Rank #1 soolia 190707 #1 choilia 190918 #1 txzy 190923 #1 choijisu 191013 #1 yeonjun 191030 ...