16. A Little Jealousy

6.3K 802 51
                                    

Lia memasuki rumahnya sambil melirik kanan kiri. Takut takut muncul Soobin yang masih emosi, Lia mana berani. Lagi pula, salah juga sih Lia pakai acara kabur segala. Bisa jadi Soobin makin marah karena itu. Tapi untungnya, sampai Lia menginjakkan kakinya di kamar, tidak terlihat keberadaan Soobin.

Lia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih tipisㅡmemudahkan seorang wanita hamilㅡ untuk bergerak. Mencuci kaki, tangan dan wajahnya lalu menaiki kasur untuk bersiap tidur. Namun semua rencananya sirna begitu pintu kamar terbuka dengan buru-buru dan menampilkan Soobin yang sedang menetralkan nafasnya.

"Lo kemana aja sih, Li?"

See? Lia kena omel lagi.

Lia diam, masih memejamkan mata pura-pura tidur.

"Gue khawatir tau nggak?!"

Deg

Lia mencoba menetralkan jantungnya. Sudah lama Soobin tidak bersikap seperti ini. Dan sekalinya mendapatkan perhatian Soobin lagi, Lia merasakan jantungnya bekerja lebih cepat.

Perlahan, Lia merasakan seseorang ikut tiduran di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan Soobin. Sebenarnya hal yang wajar bagi mereka tidur bersebelahan. Tapi anehnya, sekarang Soobin merapatkan tubuhnya ke Lia. Dan memeluk istrinya itu dari belakang.

"Jangan bikin khawatir." Bisik Soobin dari belakang tepat di telinga Lia.

"Aku- aku nggak ke mana-mana kok," Jawab Lia lirih.

Soobin melonggarkan sedikit pelukannya. "Jangan pergi sendirian lagi." Perintahnya.

Lia mengangguk lemah menjawabnya.

"Tadi dianter siapa?"

Lia diam.

"Lia." Panggil Soobin.

"Tadi gue liat lo turun dari mobil, itu mobil siapa?"

"Hwall, Hyunjin."

"Siapaㅡ bentar, mereka si kembar itu?" Tanya Soobin, menaikan tubuhnya agar dapat melihat wajah Lia.

"Iya."

"Kok bisa sama mereka?"

Lia memberanikan diri menatap balik mata Soobin yang terlihat tajam. "Yejin udah minta jemput sama kamu, tapi kamu nggak dateng juga. Akhirnya, pulang sama mereka."

Soobin mengerutkan keningnya. "Yejin?" Lalu menghela nafas. "Handphone gue ketinggalan."

Lia mengerti sekarang. Dia kira, Soobin tidak mau menjemputnya, dalam artian lain, tidak perduli dengan keadaan Lia. Tapi ternyata, suaminya itu sangat mengkhawatirkannya.

"Mau apa lagi sih Hwall deketin lo?" Soobin merebahkan kembali tubuhnya posisi telentang. Menatap langit-langit kamar.

"Masih mending ada mereka yang mau nganter pulang." Kata Lia dengan suara seraknya. Seperti ingin menangis.

"Emang nggak bisa Taxi?!"

"Kamu kenapa sih, Bin?!" Lia membalik tubuhnya menghadap Soobin.

"Ngapain nangis sih?" Protes Soobin, memajukan sedikit tubuhnya lalu mengusap air mata yang turun dari mata Lia.

"Nggak usah cengeng."

Lia diam. Memejamkan matanya sebentar sambil mengambil nafas dalam. Dia dibuat bingung dengan sikap Soobin yang aneh sekarang.

"Gue nggak ngomelin lo, Li." Soobin memelankan suaranya.

"Gue cuma..."

"Gue cemburu."

Lia menegang di tempatnya. Mata mereka saling tatap, Soobin mengelus kepala Lia dengan lembut.

"Denger lo nyebut nama Hwall, gue nggak suka."

"Bin.."

"Li, maaf." Lia menaikkan sebelah alisnya.

"Gue belum berhasil jadi suami lo."

Seakan terbius dengan tatapan polos Lia, Soobin perlahan mendekatkan wajahnya. Dan seketika itu juga, Soobin menempelkan bibirnya tepat di bibir Lia.

Dan tanpa Lia sadari, dia memejamkan matanya. Menikmati ciuman mereka walau hanya sekedar menempel.

Soobin tiba-tiba menggerakkan bibirnya. Mengecap bibir atas dan bawah istrinya bergantian. Lia hanya diam mengikuti permainan bibir Soobin. Sampai akhirnya Soobin menekan belakang kepala Lia memperdalam ciuman mereka.

"Eunghh.." Lia menepuk dada Soobin pelan untuk menyudahi karena dia kehabisan nafasnya.

"Tidur." Bisik Soobin sebelum akhirnya mengecup dahi dan bibir Lia singkat.

Entah apa yang harus Lia lakukan, sampai akhirnya perempuan itu hanya bisa diam dan perlahan memasuki mimpinya. Bersamaan dengan Soobin.

***

Minju mondar-mandir di kamarnya dengan tangan menggenggam ponsel. Bibir bawahnya digigit, sesekali melirik layar ponsel dan menghela nafas.

"Duh Soobin tuh lupa apa ya kalo janji mau check in?"

"Masa nyari Lia aja lama banget. Ck, nyusahin banget tuh cewek!"

"Udah napa, Dek!"

Mendengar suara datar kakaknya yang sedang duduk di kasur dengan laptop di depannya sukses mengalihkan perhatian Minju.

"Jangan gangguin hubungan orang terus, dosa mulu hidup lo." Lanjutnya.

"Yaelah Kak. Lo nggak ngerti apa-apa jangan menghakimi gue gini dong?" Minju tidak terima.

Kakaknya tertawa, matanya masih lekat menatap pada layar laptop. "Aneh banget sih lo. Naksir cowok beristri mulu. Kebetulan aja ini naksir yang seumuran."

"Bacot banget lo Kak sumpah."

"Itu yang sama dosen lo itu tuh, apa kabar sekarang? Jangan-jangan dimutilasi lagi sama istrinya gara-gara ketauan selingkuh sama lo."

"Lo tuh nyudutin gue banget sih, Kak? Keluar aja deh dari kamar gue." Usir Minju.

"Kamar gue yang dekor, masih berani aja lo ngusir-ngusir."

"Kalo mulut lo nggak rese juga gue biarinin lo di sini, Kak."

Kakak Minju membenarkan kacamatanya. "Si Soobin Soobin itu, istrinya lagi hamil gede kan?"

"Hng."

"Udah lah bego jangan diterusin."

"Kak Chungha gue potek juga nih laptop lo!"

"Kasian bego, ngotak dong lo udah gede juga ah."

Chungha tuh selalu santai walaupun adik perempuannya kelewat kurang ngajar juga.

"Ya lo kan cewek, Dek. Bayangin kalo lo di posisi istrinya, gimana perasaan lo?"

"Sayangnya gue nggak mau nyebayangin." Minju mengedikkan bahunya.

"Asal lo belum mati aja belum berenti ya?"

Minju diam mendengar penuturan kakaknya. Chungha memang kejam kalau ngomong. Ditambah nada datar yang menambah perasaan kesal siapa pun yang diajak ngobrol sama dia.

"Tapi Kak, Soobin sendiri yang janji ke gue bakal bikin istrinya nggak betah dan berakhir perceraian." Keukeuh Minju.

Chungha menghela nafas lalu menatap adiknya. "Gue cuma nggak mau lo kayak Mama."

Minju merotasikan matanya malas.

"Lo tau kan berapa kali Mama nikah dan selalu berakhir perceraian?"

Minju mendudukan tubuhnya di bangku depan meja belajar. Masih setia mendengarkan kakaknya.

"Empat kali, Dek. Lo pikir kenapa Mama selalu gagal dalam pernikahan, hah?"

"Karena dulu Mama sering ganggu rumah tangga orang. Iya Kak, gue tau!"

tbc.

SOON TO BE A PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang